Kim Hyuli Present
‘Be Amazing Girls’
DRSTL (Difna, Retno, Sulis, Likah,
Tari) | B1A4 | Other
Fiction | Fight | Dreams
G
“Fanfic ini adalah fanfic seri
keduaku setelah ‘A Short Journey of Daydream with KRY’ yang aku tulis dibuku.
ini hanya sekedar fanfic, tidak bermaksud untuk menyinggung pihak lain. Jadi,
saya mohon maaf jika ada kata-kata yang tidak pantas”
RCL & Happy Reading ^^
-------------------------------------------
Previous Chapter
“Huhh. Lega” Retno menghela nafas, ia menunggu
lift terbuka, ia ingin menuju rooftop gedung itu untuk mencari udara segar.
Namun pandangannya terhenti pada dua orang yang berada di lobby. Satunya benar
Kang Sungjong, dan satunya lagi, sepertinya orang yang sangat dikenalnya, dia
menyipitkan matanya memastikan pandangannya tak salah. “Miss Sheilla?”.
Chapter 6
Segera
ia berlari dan menghampirinya.
“MISS
!!!” pekiknya girang. Sheilla dan Sungjong langsung menatap kearahnya. Mereka
sangat terkejut melihatnya.
“Miss,
syukurlah kau datang. Apa Likah sudah menceritakannya? Kau menjemput kami kan? benar kan?” tanya Retno bertubi-tubi
dengan penuh harap. Namun Sheilla hanya tersenyum bingung sambil memegang
pundak Retno. “Kau baik kan? dimana yang lain?” tanyanya mencoba
mengalihkan topik.
“Mereka
ada disana. Dan aku sangat baik. Kalau begitu, ayo Miss, kita berkemas!” ajak
Retno,ia menarik tangan Sheilla. Namun Sheilla menahan tangannya, “T-ttunggu
dulu...!”.
“Ada
apa? Kita akan pulang kan? kita harus segera berkemas, kan?”
tanya Retno penuh harap. Sheilla terdiam, lalu melirik Sungjong yang sejak tadi
hanya diam memperhatikan mereka berdua. Melihat itu, Retno ikut menatap
Sungjong. “Ada apa? Apa ada masalah?” tanyanya. “Ret...!” Sheilla memegang
pundak Retno. “Se-..”
“Oh!
MISS S !!!” pekik seseorang diiringi suara langkah beberapa orang yang berlari
kecil semakin dekat. “Kalian?” ucap Sheilla. Retno menatap mereka,
teman-temannya (DSTL).
“Kapan
kau tiba?” tanya Likah. “Baru saja” jawab Sheilla. “Hhh, syukurlah kau
datang...” ucap Difna dan Tari, Sulis mengangguk. “Miss, cepat katakan, ada
apa?” interupsi Retno. “Ha?” bingung DSTL menatap Retno dan Sheilla bergantian.
“Tidak
enak jika bicara disini” ucap Sheilla. “Tuan Kang, bisa kita bicarakan hal itu
nanti, saya ingin berbicara dulu dengan mereka” tambahnya pada Kang Sungjong.
“Oh, ne” Sungjong pun pergi. Dan mereka berenam menuju kesebuah ruangan.
Kini
mereka tengah duduk berhadapan.
“Kalian,
bahagia disini?” tanya Sheilla.
“Ha?
apa maksud anda?” tanya Tari. “Mana mungkin bahagia jika kena tipu dinegeri
orang? Apa anda bercanda?” ucap Retno penuh kekesalan, jelas itu bukan hal yang
patut ditanyakan dalam masalah ini. “Hhh. Jangan marah-marah deh”
interupsi Likah.
“Miss.
Anda akan membawa kami kembali kan?” tanya Sulis sopan, “Iya, Miss.
Jujur kami tidak ingin lama-lama disini” tambah Difna, yang sebenarnya ingin
mengungkapkan keinginan Retno. Tapi, yang sejak tadi ditanya hanya diam saja
sambil menatap mereka dengan senyuman lembutnya. Tapi,itu membuat DRSTL
benar-benar penasaran.
“Apa
jangan-jangan kau merencanakan sesuatu dengan Kang Sungjong?” bidik Retno
memicingkan matanya. Kini semuanya menatap Retno. “kau pikir Miss Sheilla itu
licik seperti dia?” kata Likah tak terima. Sulis dan Difna mengangguk
menyetujui karena mereka sudah lama kenal dengan Sheilla dibanding Retno
ataupun Tari. Sedang Sheilla masih diam memperhatikan kelima wanita didepannya
itu.
“Lalu,
apa yang dibicarakannya dengan Kang Sungjong tadi?” Retno berbicara pada Likah,
namun matanya menatap Sheilla. “Miss, apa kau berbicara sesuatu pada Kang
Ajussi tadi?” tanya Likah. Sheilla hanya mengangguk.
“Masalah
apa?” tanya Difna. “kalian” jawab Sheilla singkat, “Lalu?” DRST berbareng.
“Lalu apa lagi?” ucap Sheilla. “Kami bisa pulang, kah?” mata Retno
berbinar, ia tak sabar wanita didepannya itu mengangguk mengiyakan ucapannya.
“Belum” jawab Sheilla dengan senyum tipisnya. Seketika tubuh yang lain lemas,
begitupun Retno.
---
Retno
duduk termenung di rooftop, dorm B1A4, tempatnya harus tinggal saat ini.
tatapannya kosong. Tetesan cairan bening sudah berhasil membuat pipinya basah.
Menangis tanpa suara.
“Kumohon
kalian bersabar, dan lakukan semua ini. aku akan berusaha bagaimanapun caranya
agar kalian bisa segera pulang. Dan, untuk mempermudah jalannya, kalian harus
melakukan apapun yang diperintahkan Kang Sungjong. Aku tahu kalian bisa, aku
akan mengurus semuanya, jadi, kalian harus membantuku. Ya?”
“Bagaimana
mungkin? Kami punya pekerjaan di Indonesia, dan kami harus segera kembali” ,
“Dan... bagaimana dengan Mbak Tita? Dia pasti khawatir”
“Kau
tenang saja. Semua sudah kuurus. Jadi,tetaplah fokus dengan semua pelajaran
dari Kang Sungjong, dan jadilah Superstar, buatlah Indonesia bangga”
“Tapi...”
Penjelasan
Sheilla saat itu kembali terngiang ditelinga Retno. Sekarang apa yang bisa
dilakukannya? Kang Sungjong? Sheilla? Apa semuanya bersekongkol? Apa ini
konspirasi? Ah, terlalu jauh jika dimaknai seperti itu. tapi, bisakah dia
melakukannya? Para wartawan itu, jika dia berada dalam dunia seperti ini, maka
mereka akan selalu membayanginya.
“Gwaenchanna?”
seseorang menyerahkan sebuah sapu tangan padanya. Retno yang sempat terkejut
langsung mengusap air matanya. “gwaenchanna” ucapnya lirih. Orang itu
Shinwoo. Ia masih memandang Retno yang tetap menunduk. “Kau tidak suka tinggal
disini?” tanyanya. “Ne. Aku sangat benci negara ini” jawab Retno datar.
“Tck.
kalau kau benci negara ini, kenapa kau berlibur kemari?”
“Itu...
saat itu aku belum membencinya. Hingga...” Retno menggantungkan kalimatnya saat
melihat sapu tangan yang dibawa Shinwoo. “Itu... bagaimana...?” gagapnya sambil
menunjuk sapu tangan itu, sangat mirip dengan sapu tangannya yang hilang dulu.
“Eoh,
ini. hapus airmatamu” ucap Shinwoo menyerahkan sapu tangan itu. Retno menatap
Shinwoo lalu sapu tangan itu bergantian. “Ini. bukan milik Sunbae kan?”
tanyanya.
“Ne?
Bagaimana kau tahu?”
“Ah,
dimana kau menemukannya?”
“Mwo?...”
“Eodi?”
“Ohh.
Di... jalan... setelah... fanmeeting dulu. Eoh, saat aku pertama kali
melihat kalian berlima” jawab Shinwoo. “A, mianhae, waktu itu aku tidak
membantumu” tambahnya sambil membenarkan letak kacamatanya. Ya, Retno sangat
ingat waktu itu, dan itu juga alasannya tidak menyukai Shinwoo, tapi, mendengar
itu, ia merasa bahagia, dan lagi, sapu tangan keberuntungannya sudah kembali
padanya. “Gomapta” ucapnya.
“Eoh?”
bingung Shinwoo.
“Gomapta
sudah mengembalikan ini. ini sangat berarti bagiku. Jongmal gomapta”
ucap Retno.
“Jadi,
itu milikmu?”
“Ne.
Ini buatan ka...kak...” kembali setetes cairan bening itu keluar dari sudut
matanya. “Ya! Neo angwaenchanna, keutchi?” Shinwoo jadi bingung harus
apa sekarang, “Ya!” ...
“Ya!
Uljima yo. Jika kau punya masalah, berceritalah pada orang lain. Karena
jika kau simpan sendiri akan sangat menyakitkan” ujar Shinwoo. “Arra.
Ini memang menyakitkan. Tapi, tak ada yang percaya saat aku mengatakannya.
Hahh” Retno mengusap air matanya dan tersenyum miris. “Bagaimana kalau aku
percaya padamu?” tanya Shinwoo membuat Retno langsung menatapnya. “W-wae?”
tanya Retno.
“Humh,
saat pertama kali kau datang kesini, aku merasakan kau sangat menyebalkan.
Jahil dan selalu egois” Shinwoo tersenyum. “Tapi, saat kau rela melakukan hal
yang paling kau hindari saat itu, aku merasa kau adalah orang yang kuat dan tak
pernah takut melakukan apapun meski itu mungkin bisa merenggut nyawamu”
tambahnya.
“Maksud
Sunbae?” tanya Retno.
“Kau
alergi daging, kan?”
“Bagaimana...?”
“Arra.
Aku tahu saat melihat perubahan wajahmu setelah kau memakan bulgogi itu. orang
yang alergi daging, wajahnya akan memerah dan timbul bercak hitam disekitar
telapak tangannya”. Retno masih menatapnya tak percaya.
“Dan,
seharusnya kau langsung memuntahkannya. Bagaimana jika nyawamu benar-benar
bahaya saat itu, dan lagi, kau tidak meminum obat yang ku berikan. Babo”
keras Shinwoo seperti seorang kakak yang sedang memarahi adiknya. Seketika mata
Retno membulat. Menyadari ucapannya, Shinwoo langsung membuang muka, “Mianhae”
ucapnya cepat. “A-ni. Gomawo Sunbae. Justru kau yang bukan siapa-siapa
bisa mengetahui hal sedetail itu. Gomawo” ucap Retno dengan senyumnya.
“Assh,
berhentilah berterima kasih”. Sesaat hening.
“Sunbae”
panggil Retno. “Wae?”
“Bisakah
aku mempercayaimu?” tanya Retno menatap Shinwoo penuh harap. “Eoh?” Shinwoo tak
tahu harus menjawab apa.
“Kalau
aku bilang bahwa aku takut wartawan, apa kau percaya?”
“Mwo?
Apa kau teroris atau penjahat sampai kau takut wartawan, huh?” Shinwoo
terkekeh mendengarnya. Tapi, Retno memberikan tatapan kecewanya, Shinwoo merasa
jika itu bukan sekedar gurauan. “Jinjja? Kau benar-benar takut
wartawan?” tanyanya. Retno kembali menatap lurus kedepan dan menghembuskan
nafas kasar.
“Memang
semua akan berfikir seperti itu, ya” ucapnya.
“Apa....
itu alasanmu tak ingin jadi Idol. Maksudku sangat menentang menjadi Idol?
Karena takut dengan mereka?”. Retno mengangguk. “Hwooo? Ddaebak” gumam
Shinwoo.
“Apanya
yang ddaebak? Bahkan, Miss Sheilla juga mendapat ancaman dari Kang
Sungjong. Dia benar-benar orang jahat, licik” umpat Retno sambil meremas ujung
kaosnya. “Sekarang aku tidak punya cara lain, selain mengambil passporku dari
Kang Sungjong diam-diam” tambahnya dengan tatapan serius. “Mwo? Kau mau
mencuri?”.
“Ani.
Aku hanya ingin mengambil milikku saja. Ya! Sunbae!” kini Retno menatap
Shinwoo serius. “Wae? Jangan bilang kau mau minta aku membantumu”
tebaknya, dan tepat, Retno mengangguk, “Jebal. Hanya informasi saja, ne,
jebal” mohon Retno.
“Andwae.
Shireo” Shinwoo langsung beranjak. “Ya! Sunbae, sunbae! Jebal...”
keras Retno, namun Shinwoo sudah masuk kedalam rumah. ia menghembuskan
nafasnya, lalu kembali duduk dan menatap langit malam. “Hhh. Apa benar dia
orang baik? Ah, bagaimana kalau dia sebenarnya adalah informan dari mereka
semua. Asshh, dasar bodoh, kenapa aku bisa bercerita pada orang seperti dia?
Asshh” frustasi Retno yang langsung mengejar Shinwoo kedalam.
Saat
ia masuk kedalam, semua teman-temannya, para Sunbaenya dan juga Kang
Sungjong sudah ada disana. ‘Assh, jangan-jangan dugaanku benar’ pikirnya, ia
menggigit bibir bagian bawahnya.
“Oh,
Retno. Kau baik-baik saja?” sapa Tari yang langsung menarik tangannya
mengajaknya bergabung bersama yang lainnya.
“Kau
datang? Mokjja! Manager Kang mentraktir kita” ucap Jinyoung.
“Ne.
Ne. Kalau kau tidak datang, semua ini akan dilahap olehnya” Gongchan
menunjuk Sandeul. “MWO YA!” pekik Sandeul tak terima.
“Asshh,
sudah-sudah. Ayo dimakan. Ini untuk kesuksesan konser kalian, dan keberhasilan
para trainee kita menjawab pertanyaanku dengan benar” ucap Sungjong.
“YEAH...
!!!! CHEERS!!!” semua mengangkat gelasnya kecuali Retno yang menatap
semua yang ada disitu satu-persatu. Pertanyaan untuk trainee? Pertanyaan
apa? Apa dia ketinggalan? Pikirnya.
“Tari,
apa maksudnya?” bisiknya pada Tari.
“Uhm,
kau tidak ingat? Kang Ajussi kan bilang akan memberikan pertanyaan pada
kita setelah kita selesai menonton konser para Sunbae” jelas Tari lirih.
Retno mengangguk, ya dia ingat. “Kalian menjawabnya dengan benar?” tanyanya
lagi. “Ya. Tentu saja. Hanya kau saja yang tidak bertanggung jawab. Pergi
begitu saja” sahut Likah ketus. “Lik!” nterupsi Sulis. Likah pun langsung
pindah tempat duduk di dekat Sandeul.
“Sunbae,
aku boleh duduk disini, kan?” tanyanya dengan manja. Sandeul hanya
menatapnya heran, dan Likah menganggapnya sebuah persetujuan, dan langsung
menempati tempat duduk disamping Sandeul.
“Hwooo.
Kau punya fans baru ternyata” ucap Sungjong setelah meneguk minumannya.
Yang lainnya tertawa.
“Memalukan”
umpat Difna dan Retno. Sulis menggeleng dan mengambil kentang goreng lagi,
namun tangannya menyentuh tangan Jinyoung yang juga ingin mengambil kentang
goreng. “Oh?” Sulis salah tingkah dan langsung menarik tangannya. “Mianhae”
ucapnya. “Aniyo. Ini!” Jinyoung memberikannya kentang goreng yang baru
diambilnya sambil tersenyum. “Um, Gomapta” wajah Sulis seketika merona
merah setelah menerima itu. kalau saja bisa, ia akan menyimpan kentang goreng
itu, sayang jika dimakan.
“Ahh,
kenapa kau makan sedikit sekali. Tambah ini!” Baro menambahkan satu ayam goreng
lagi kepiring Tari. “Sunbae. Aku sudah kenyang” ucap Tari. “Ya! Menjadi
seorang Idol itu dituntut memiliki postur tubuh yang indah. Liahtlah tubuhmu
sangat kurus kering” ujar Baro sambil menatap Tari dari atas kebawah. “Ya! Sunbae!”
pekik Tari malu. “Mulai sekarang aku yang akan mengajarimu membuat tubuhmu
menjadi tubuh yang sempurna!” . Tari membulatkan matanya, “T-t-ta-...”
“Ya!
Hyung! Apa yang sedang kau pikirkan, huh?” bisik Gongchan yang sejak
tadi hanya menatap layar tabnya. “Kau! Apa yang kau pikirkan tentangku?” Baro
menjitak kepala Gongchan. “Ahh, appo...!” Gongchan menggosok-gosok
kepalanya lalu menatap tajam Baro, “Mau lagi?” . “Ani” Gongchan langsung
mengalihkan tatapannya kembali kelayar tabnya. “Jangan pikir yang macam-macam. Mokjja
ppali!” ucap Baro pada Tari. Tari pun hanya mengangguk.
Difna juga sibuk dengan akun instagramnya.
Difna
terkikik membacanya.
\
“Oh? Kyutie....” gumam Gongchan, lalu tersenyum tipis.
Begitulah
kiranya obrolan mereka berdua. Mereka sama-sama belum menyadari, bahwa
sebenarnya mereka sangat dekat sekarang.
Dan,
Retno, ia masih bergumul dengan pikirannya, matanya tak pernah teralih dari
Shinwoo dan Sungjong yang tengah asyik berbincang. ‘Apa yang dibicarakannya?
Apa dia mengatakan hal yang kukatakan tadi? Ashh, benarkah?’ pikirnya mencoba
menajamkan pendengarannya, namun sulit, karena yang lain sangat gaduh. “Assh,
kenapa mereka ramai sekali, sih” kesalnya. Diteguknya sebotol air
didepannya dengan rakus, mencoba meluapkan kekesalan. Ia langsung berlari ke
toilet setelahnya.
Setelah
ia pergi, semuanya diam dan menatap Shinwoo.
“Otte?”
tanya Sungjong. “Umh, eopseo” jawab Shinwoo datar.
“Aishh,
sebenarnya apa saja yang kalian bicarakan tadi?” tanya Jinyoung agak kesal.
“Humh,
dia menahan rasa sakitnya sendirian, keluarganya, teman-temannya, kurasa dia
banyak mengorbankan egonya demi mereka. Dan saat ia tidak bisa mengorbankan
egonya lagi, semuanya tak ada yang mempercayainya” ujar Shinwoo.
“Jinjja
yo, Sunbae?” tanya Difna dan Tari hampir bersamaan. Shinwoo mengangguk.
“Ne,
kurasa dia yang dikatakannya saat itu bukan bercanda” ucap Sulis.
“Mwo?
Apa yang dikatakannya dulu?” tanya Sungjong.
“Dia
pernah bilang kalau dia sedang sakit hati dan pikiran. Awalnya kupikir itu
hanya gurauannya, tapi, ternyata dia benar-benar sakit” jelas Sulis.
“Hhh,kasihan
Retno” ucap Difna. “Aku temannya, tapi bahkan aku tidak tahu dia benar-benar
kesakitan” sesal Tari. “Itu juga salahnya sendiri kan, seharusnya dia
menceritakannya pada kita. Dia sendiri yang menyembunyikannya” ucap Likah tak
peduli.
“Ya!
Kalian kan temannya, seharusnya kalian membantunya. Kalau begitu, kita lakukan
pendekatan, kita harus selalu berbuat baik padanya. Mungkin suatu saat dia akan
luluh” usul Jinyoung.
“ah,
matta matta. Kita akan melakukannya” setuju Sungjong. Yang lain pun
mengangguk setuju. “Selalu merepotkan orang” umpat Likah.
Tak
lama kemudian terdengar suara langkah. Semuanya pun langsung kembali keposisi
masing-masing. Dan melakukan kegiatan yang sama seperti tadi.
Retno
menghentikan langkahnya dari pintu dan menatap teman-temannya sedih, “Jika
kalian bahagia disini, aku harus mengorbankan perasaanku lagi, ya?” gumamnya,
lalu menghampiri teman-temannya.
“Aku
tidur dulu, ne. Aku sudah sangat ngantuk. Jaljayo” ucapnya lalu
menuju kamarnya. “JALJAYO!” jawab yang lain. Mereka menghela nafas
melihat Retno masuk kekamarnya.
“OKEY.
Lanjutkan rencana kita. Sekarang aku harus pulang. Anyeong!” ucap
Sungjong meraih jaketnya dan langsung pergi. “Hati-hati Manager” ucap yang
lain.
“Hwooo.
Aku baru tahu ada yang sangat tidak suka menjadi Idol” gumam Sandeul. “Nado”
ucap Likah. Sandeul menatapnya, “Sunbae, ternyata kita sehati, ne?”
tambahnya. Sandeul tertawa garing, lalu menguap. “Hhh, sudah malam, ya. Jaljayo!”
ucapnya yang langsung pergi kekamarnya. Yang sebenarnya ia ingin lepas dari
Likah, hhh. Member B1A4 yang lain pun mengikutinya. “Jaljayo! Fighting!”
“Jaljayo
Sunbaenim!” DSTL pun menuju kamar mereka. “Retno, aku akan melakukan apapun
agar kamu tidak sakit lagi” yakin Tari dalam hati.
)()()()( Be Amazing Girls )()()()(
Kini,
Retno hanya bisa pasrah, ia mencoba mengikuti semua kegiatan para trainee.
Hal ini membuat yang lainnya senang. Selain itu, Retno mempunyai maksud lain,
ia memanfaatkan kegiatan itu untuk lebih sering bertemu Kang Sungjong dan mengorek
banyak informasi tentangnya, dengan begitu, ia akan tahu dimana Sungjong
menyembunyikan passpornya, sehingga ia bisa mengambilnya kembali.
Hari
ini mereka tengah latihan dance. Dan terlihat gerakan mereka lebih
lentur dibanding saat pertama kali latihan. Kang Sungjong juga ada disana.
“1...2...1...2...3...
Cukup!” ucap sang pelatih dance. “Kalian semakin bagus, pertahankan itu.
Anyeong!” tambahnya lalu pergi, tak lupa ia menundukkan kepalanya pada
Kang Sungjong.
“Hhh.
Gerakannya sedikit sulit yang part kedua” kata Difna. “Uhm, kau benar. Aku juga
sedikit bingung” jawab Sulis. “Ashh, dance korea memang sangat sulit
dibanding goyangan Indonesia” gumam Likah. “Heh? Karena kau hanya tahu ‘Maju
mundur maju mundur cantik, cantik’” Difna memperagakan gerakan ala Syahrini.
Yang lain tertawa, sedang likah tersenyum kecut.
“Keyakinanku
ternyata benar. Kalian memang berbakat. Good job!” puji Sungjong.
“Ne.
Gamsahamnida” jawab DSTL. Retno hanya tersenyum singkat.
“baiklah,
untuk besok,kita akan latihan vocal. Aku harus segera pergi sekarang. Anyeong!”
ucap Sungjong dan pergi setelahnya.
“Hati-hati
Manajer”
“Ah,
aku seneng kau mau melakukan ini. tapi, kau baik-baik saja kan?” tanya
Sulis pada Retno.
“Ya.
Kurasa begitu. Aku juga seneng melihat kalian bahagia” jawab Retno.
“Hei.
Jangan melakukan hal yang membuatmu sakit hanya demi melihat kami bahagia” ucap
Difna. “Iya, Ret. Oh ya, aku punya hadiah buat kamu” Tari langsung berlari
menuju lokernya dan mengambil sesuatu, tak lama kemudian ia kembali lagi dengan
sebuah kotak biru berukuran sedang.
“Nah,
buka ini” ucapnya. Retno menatap teman-temannya seakan meminta persetujuan
untuk membuka kotak itu. “Udah, buka aja. Gitu aja bingung” sewot Likah sambil
memainkan rambutnya. Retno tersenyum kecut lalu membuka kotak itu.
Sebuah
Headphone merah yang cantik dan juga mp3nya. Retno tersenyum,
“Makasih, tapi, darimana kau punya uang untuk membeli ini?” tanyanya. “Uhm, ada
deh,yang pasti bukan mencuri atau hutang” jawab Difna dengan sedikit kekehan
kecil. “Hemh, aku percaya. Sekali lagi makasih, ya!” kata Retno.
“Makasih
juga kau mau melakukan hal ini” kata Sulis. Retno tersenyum dan mengangguk.
“Okey! Akhirnya kita bersatu lagi. SEMANGAT !” ucap Difna. “Semangat!!” sorak
yang lain. “Oh, bagaimana kalau kita belanja keperluan dapur?” usul Sulis. “Ah,
setuju. Ayo!” ucap Difna dan Tari. Mereka berlima saling berangkulan dan pergi
bersama.
“Hwaa,
persahabatan mereka kental sekali, ya?” ucap Minji, staf bagian konsumsi dari
dekat pintu keluar ruang latihan.
BIP
BIP BIP.
Ia
langsung merogoh saku jaketnya mengambil ponselnya, setelah ada SMS masuk.
“Jaehwa?
Ashh, dia benar-benar” umpatnya lalu pergi dari tempat itu.
@Vegetables
& Fruits market
DRSTL
tengah sibuk memilih sayuran untuk cadangan bahan masakan di dorm. Mereka
begitu asyik dengan kegiatannya. Disamping itu mereka juga saling bercanda, ya
sepertinya semua sudah kemali seperti semula. Benarkah?
“Aku
bayar dulu, ya!” ucap Sulis sambil membawa semua bahan masakannya kekasir. “Aku
ikut!” seru Tari. Mereka berdua pun pergi kekasir.
“Huh,
lihatlah toko ini. hanya ada sayur dan buah saja, ya? Di Indonesia apakah
seperti ini ada?” gumam Likah. “Pergi aja ke pasar Senen, ntar juga banyak
penjual buah dan sayur” kata Retno sambil memainkan apel ditangannya. “Hello...
elo kira gue apaan? Nggak level kali. Kepasar? Tch”. Retno
mendesis kecil, “Princess Syndrom” lirihnya.
“Oh!
Kalian ini masih saja berdebat. Biar di sini ataupun dipasar Senen, kan sama
aja jualan sayur” ucap Difna yang sejak tadi berada diantara Retno dan Likah.
“Dia aja yang nyebelin” umpat Likah lalu memainkan rambutnya. Retno tersenyum
kecut.
“Hwooo!
Ada apa disana? Apa ada artis?” tanya Difna sambil menunjuk arah luar. Retno
dan Likah pun mengikuti arah itu. “Ahh,kurasa kau benar. Ayo kesana!” Likah
langsung saja berlari pergi. “Oh! Tunggu!” kata Difna menyusul. Retno
mengerjapkan matanya berkali-kali, ya ada banyak orang bergerombol disana, dan
juga para wartawan itu. segera ia membalikkan tubuhnya dan meremas ujung
bajunya. Setiap kali melihat mereka ingatan masa lalu itu pasti muncul, dan
tubuhnya akan begetar, keringat dingin pun mengucur dari pelipisnya.
Sulis
dan Tari baru kembali dari kasir, dan mendapati Retno yang terlihat ketakutan
dan panik. Mereka pun langsung menghampirinya.
“Ada
apa?” tanya Tari. Retno menggeleng.
“Dimana
Likah dan Difna?” tanya Sulis. Retno menunjuk kearah belakangnya. Sulis dan
Tari melihat mereka. “Ngapain disana?” gumam Sulis.
“Ayo
kita juga kesana!” ajak Sulis. Tari mengangguk lalu mengajak Retno. “ayo!”
ucapnya. Retno masih diam. “Ayo!” ulang Tari sambil memegang tangan Retno dan
merasakan getaran disana. “Ret? Kamu kenapa? Kamu baik-baik saja?” tanya Tari
panik.
Retno
hanya bisa menggeleng. “A-ayo kesana!” gagapnya lalu menarik tangan Tari keluar
menuju keteman-temannya yang lain. Tari menatapnya heran dan penasaran, karena
ia masih merasakan tangan Retno yang menggenggamnya masih bergetar. Ia pun
langsung merangkulnya. “Tenanglah!” bisiknya. Retno tersenyum singkat lalu
kembali mengatur nafasnya.
Mereka
pun kini telah berkumpul dengan gerumulan orang-orang itu.
“Nuguya?”
tanya Likah pada salah seorang disana. “Ya! Neo mollayo? Miss-A, Suzy!”
jawab orang itu. Likah mengangguk lalu mencoba menerobos gerombolan itu melihat
seperti apa Suzy itu.
“Hwoo,
dia benar-benar cantik” gumam Difna. “Beneran?” tanya Likah. Difna mengangguk.
Akhirnya Likah pun bisa melihat Suzy. “Hah? Itu pasti oplas” gumamnya.
“Hwah,
rame banget. Siapa sih?” tanya Sulis pada Tari. “Bae-Seo-ji” Tari
mengeja hangul yang tertulis disalah satu poster milik orang yang ada disitu.
“Mungkin artis bernama Bae Seoji” tambahnya. “Miss-A. Dia dari J-Tune Entertainment”
ucap Retno. “Hee? Bagaimana kau bisa tahu?” tanya Tari disambung anggukan
Sulis. Retno menunjuk poster di depan gedung seberang jalan. “Kalian lupa? Kita
pernah kesini dan bertemu mereka” jelasnya. “Ah, kau benar” gumam Sulis mulai
ingat.
Sulis
dan Tari pun ingin melihat ada acara apa disana. Sedang Retno masih mencoba
menguatkan dirinya. Tiba-tiba..
‘BUUKK’
Seseorang
menabraknya dari belakang, membuatnya sedikit terdorong kedepan.
“Oh?
Mianhae. Gwaenchana, agassi?” ucap orang itu. Retno mengangguk lalu
melihat orang itu. seketika matanya membulat, melihat sosok lelaki didepannya
dengan pakaian berlabel stasiun berita, microfon dan kamera dipundaknya. “Gwaenchanna
yo?” tanya orang itu lagi. Tubuh Retno kembali bergetar. Tanpa sepatah kata
ia langsung berlari dari situ sambil menutup telinganya. “Isanghae”
gumam lelaki itu lalu kembali ketugasnya, mencari berita terbaru.
Retno
masih berlari, hingga tanpa sengaja ia tersandung sebuah tanjakan kecil dan
terjatuh. Semua orang yang lewat disekitarnya memandangnya aneh. Ia tak peduli,
ia melirik kebelakang, ternyata ia sudah cukup jauh berlari hingga tak dapat
melihat reporter tadi.
Ia
melihat lututnya yang sedikit berdarah. Ia pun kembali berdiri, dan berjalan
tertatih menuju halte bus, tapi itu ada diseberang jalan. Ia pun segera
menyeberang bersama beberapa anak SMA.
Hampir
ia sampai diseberang jalan.
“HALMEONIM
AWAAASSS!!!” pekik beberapa orang berbareng dengan suara klakson mobil yang
berentetan. Retno membalikkan tubuhnya dan melihat seorang wanita tua tengah
mengambil paperbag berisi sayuran miliknya yang terjatuh ditengah jalan karena
kejailan beberapa anak SMA tadi.
Tanpa
pikir panjang Retno langsung berlari dan membantu nenek itu secepat mungkin dan
membawanya ketepi jalan.
‘WUSSSHH’
mobil itu pun melewati mereka.
Retno
menghela nafas lega. “Gwenchannayo Halmeonim?” tanya Retno.
“Aigoo.
Mereka tidak sabaran sekali. Gomapta Agassi, Gomapta” ucap nenek itu
sambil mengelus pundak Retno.
“Syukurlah”
lega Retno lalu tersenyum.
“Hah.
Kau sangat baik sekali, bagaimana kalau kau mampir dulu kerumahku? Aku akan
memasakkan sup rumput laut untukmu.” Ucap nenek itu.
“Ah,
mianhamnida. Tapi saya harus pergi” kata Retno sambil membungkukan
badannya. Nenek itu menatapnya kecewa dan memperhatikan Retno dari atas sampai
bawah.
“Aigoo,
lihat lututmu berdarah. Apa kau terjatuh tadi?”
“Ne,
tadi saya tidak berhati-hati”
“Ashh,ini
harus segera diobati, ayo mampirlah dulu kerumahku dan akan kuobati lukamu.
Ayolah!” pinta nenek itu. “Gwenchanna...Tapi... halmeonim?”
“Ah,
geuraeseo. Antarkan saja aku pulang. Belanjaan ini sangat berat” kata
nenek itu menyerahkan belanjaannya yang sempat terjatuh tadi. Retno menatapnya
bingung, jika dia pergi, nanti temannya akan mencari. Tapi, kalau dia tidak
pergi, kasihan nenek itu, bahkan dia hampir tertabrak mobil tadi. ‘Ah, mungkin
sebentar saja’ pikir Retno lalu mengikuti nenek itu yang sudah berjalan lebih
dulu.
-Sementara
itu ditempat tadi-
DSTL
merasa gerah setelah berdesak-desakkan ingin menyaksikan acara itu. ya, sebuah fanmeeting
untuk single terbaru milik Suzy. Mereka ingat pesan Sungjong untuk
selalu update dengan hal-hal seperti ini.
“Keren.
Sudah cantik, suaranya bagus banget” puji Difna. “Setuju” kata Sulis. “Hmmh,
sebelas duabelas lah denganku” PD Likah. Difna dan Sulis terkekeh. Sedang
Tari mengedarkan pandangannya kesekeliling tempat itu seperti sedang mencari
seseorang.
“Ada
apa, Tar?” tanya Sulis. “Dimana Retno?” Tari balik bertanya, yang lain pun
mulai sadar bahwa Retno tidak ada. “Kita cari dia. Jangan sampai sesuatu yang
buruk terjadi padanya” kata Difna. “Baiklah, ayo!” DST sudah berpencar.
“Huh,
selalu merepotkan” umpat Likah lalu beranjak. Dan saat itu ia berpapasan dengan
Shin Mina. Namun, ia tak tahu dan terus saja melangkah. Berbeda dengan Mina
yang sepertinya masih mengingatnya. “Dia? Ah, mana mungkin dia kembali kesini,
dia kan sudah dideportasi” ucap Mina lalu melanjutkan langkahnya.
--
“Nah.
Ini dia rumahku. Masuklah!” suruh nenek itu. “Ne” Retno mengangguk dan
mengikuti nenek itu masuk kedalam rumahnya. “Taruh saja didapur jalan sebelah
kiri” ucap nenek itu entah dari mana. Retno pun menuruti perintahnya, setelah
menemukan dapurnya, ia langsung meletakkannya di atas meja. Dan segera kembali
kedepan.
Ia
menunggu nenek diruang tamu. Ia hanya berdiri sambil memperhatikan setiap
detail tempat itu. Ruangan itu terlihat penuh dengan foto-foto didindingnya dan
piala-piala, piagam penghargaan, dsb. Semuanya benar-benar keren. Hingga
matanya mematut sebuah foto keluarga. Nenek itu, dan juga 3 pria, yang paling
tua mungkin suami nenek itu, dan dua lelaki dibelakang mereka, sangat tidak
asing baginya.
“Ahh,
itu almarhum suamiku. Dan mereka dua putraku. Apa kau mengenalnya? Dia artis
terkenal” ucap nenek itu yang tiba-tiba sudah ada disampingnya dengan baju yang
berbeda. Retno masih menatap foto itu.
“Eomoni...
kau sudah pulang?” teriak seseorang dari arah luar.
“Oh.
Dia sudah datang” kata nenek itu lalu menuju pintu. “NE” ucap nenek itu.
Retno melihat kearah pintu dan sangat terkejut melihat seorang lelaki yang
sangat familiar muncul dari balik pintu. Begitupun lelaki itu. tatapan mereka
bertemu dan saling memantung ditempat.
--TBC—
Hwoo... kira-kira siapa ya orang itu.
Humh, next chapter will coming
soon... See u ♥♥♥
keren chingu - yya, sma sperti yg kmu critain ke aq... hhehehe.. :)
BalasHapushahah, kan emang seperti itu. thanks uda berkunjung ^^
BalasHapus