Jumat, 24 Juli 2015

Be Amazing Girls (Chapter 6)



Kim Hyuli Present


‘Be Amazing Girls’
DRSTL (Difna, Retno, Sulis, Likah, Tari) | B1A4 | Other
Fiction | Fight | Dreams
G
“Fanfic ini adalah fanfic seri keduaku setelah ‘A Short Journey of Daydream with KRY’ yang aku tulis dibuku. ini hanya sekedar fanfic, tidak bermaksud untuk menyinggung pihak lain. Jadi, saya mohon maaf jika ada kata-kata yang tidak pantas”
RCL & Happy Reading ^^
-------------------------------------------

          Previous Chapter
“Huhh. Lega” Retno menghela nafas, ia menunggu lift terbuka, ia ingin menuju rooftop gedung itu untuk mencari udara segar. Namun pandangannya terhenti pada dua orang yang berada di lobby. Satunya benar Kang Sungjong, dan satunya lagi, sepertinya orang yang sangat dikenalnya, dia menyipitkan matanya memastikan pandangannya tak salah. “Miss Sheilla?”.


Chapter 6

Segera ia berlari dan menghampirinya.
“MISS !!!” pekiknya girang. Sheilla dan Sungjong langsung menatap kearahnya. Mereka sangat terkejut melihatnya.
“Miss, syukurlah kau datang. Apa Likah sudah menceritakannya? Kau menjemput kami kan?  benar kan?” tanya Retno bertubi-tubi dengan penuh harap. Namun Sheilla hanya tersenyum bingung sambil memegang pundak Retno. “Kau baik kan? dimana yang lain?” tanyanya mencoba mengalihkan topik.
“Mereka ada disana. Dan aku sangat baik. Kalau begitu, ayo Miss, kita berkemas!” ajak Retno,ia menarik tangan Sheilla. Namun Sheilla menahan tangannya, “T-ttunggu dulu...!”.
“Ada apa? Kita akan pulang kan? kita harus segera berkemas, kan?” tanya Retno penuh harap. Sheilla terdiam, lalu melirik Sungjong yang sejak tadi hanya diam memperhatikan mereka berdua. Melihat itu, Retno ikut menatap Sungjong. “Ada apa? Apa ada masalah?” tanyanya. “Ret...!” Sheilla memegang pundak Retno. “Se-..”
“Oh! MISS S !!!” pekik seseorang diiringi suara langkah beberapa orang yang berlari kecil semakin dekat. “Kalian?” ucap Sheilla. Retno menatap mereka, teman-temannya (DSTL).
“Kapan kau tiba?” tanya Likah. “Baru saja” jawab Sheilla. “Hhh, syukurlah kau datang...” ucap Difna dan Tari, Sulis mengangguk. “Miss, cepat katakan, ada apa?” interupsi Retno. “Ha?” bingung DSTL menatap Retno dan Sheilla bergantian.
“Tidak enak jika bicara disini” ucap Sheilla. “Tuan Kang, bisa kita bicarakan hal itu nanti, saya ingin berbicara dulu dengan mereka” tambahnya pada Kang Sungjong. “Oh, ne” Sungjong pun pergi. Dan mereka berenam menuju kesebuah ruangan.
Kini mereka tengah duduk berhadapan.
“Kalian, bahagia disini?” tanya Sheilla.
“Ha? apa maksud anda?” tanya Tari. “Mana mungkin bahagia jika kena tipu dinegeri orang? Apa anda bercanda?” ucap Retno penuh kekesalan, jelas itu bukan hal yang patut ditanyakan dalam masalah ini. “Hhh. Jangan marah-marah deh” interupsi Likah.
“Miss. Anda akan membawa kami kembali kan?” tanya Sulis sopan, “Iya, Miss. Jujur kami tidak ingin lama-lama disini” tambah Difna, yang sebenarnya ingin mengungkapkan keinginan Retno. Tapi, yang sejak tadi ditanya hanya diam saja sambil menatap mereka dengan senyuman lembutnya. Tapi,itu membuat DRSTL benar-benar penasaran.
“Apa jangan-jangan kau merencanakan sesuatu dengan Kang Sungjong?” bidik Retno memicingkan matanya. Kini semuanya menatap Retno. “kau pikir Miss Sheilla itu licik seperti dia?” kata Likah tak terima. Sulis dan Difna mengangguk menyetujui karena mereka sudah lama kenal dengan Sheilla dibanding Retno ataupun Tari. Sedang Sheilla masih diam memperhatikan kelima wanita didepannya itu.
“Lalu, apa yang dibicarakannya dengan Kang Sungjong tadi?” Retno berbicara pada Likah, namun matanya menatap Sheilla. “Miss, apa kau berbicara sesuatu pada Kang Ajussi tadi?” tanya Likah. Sheilla hanya mengangguk.
“Masalah apa?” tanya Difna. “kalian” jawab Sheilla singkat, “Lalu?” DRST berbareng. “Lalu apa lagi?” ucap Sheilla. “Kami bisa pulang, kah?” mata Retno berbinar, ia tak sabar wanita didepannya itu mengangguk mengiyakan ucapannya. “Belum” jawab Sheilla dengan senyum tipisnya. Seketika tubuh yang lain lemas, begitupun Retno.
---
Retno duduk termenung di rooftop, dorm B1A4, tempatnya harus tinggal saat ini. tatapannya kosong. Tetesan cairan bening sudah berhasil membuat pipinya basah. Menangis tanpa suara.
“Kumohon kalian bersabar, dan lakukan semua ini. aku akan berusaha bagaimanapun caranya agar kalian bisa segera pulang. Dan, untuk mempermudah jalannya, kalian harus melakukan apapun yang diperintahkan Kang Sungjong. Aku tahu kalian bisa, aku akan mengurus semuanya, jadi, kalian harus membantuku. Ya?”
“Bagaimana mungkin? Kami punya pekerjaan di Indonesia, dan kami harus segera kembali” , “Dan... bagaimana dengan Mbak Tita? Dia pasti khawatir”
“Kau tenang saja. Semua sudah kuurus. Jadi,tetaplah fokus dengan semua pelajaran dari Kang Sungjong, dan jadilah Superstar, buatlah Indonesia bangga”
“Tapi...”
Penjelasan Sheilla saat itu kembali terngiang ditelinga Retno. Sekarang apa yang bisa dilakukannya? Kang Sungjong? Sheilla? Apa semuanya bersekongkol? Apa ini konspirasi? Ah, terlalu jauh jika dimaknai seperti itu. tapi, bisakah dia melakukannya? Para wartawan itu, jika dia berada dalam dunia seperti ini, maka mereka akan selalu membayanginya.
Gwaenchanna?” seseorang menyerahkan sebuah sapu tangan padanya. Retno yang sempat terkejut langsung mengusap air matanya. “gwaenchanna” ucapnya lirih. Orang itu Shinwoo. Ia masih memandang Retno yang tetap menunduk. “Kau tidak suka tinggal disini?” tanyanya. “Ne. Aku sangat benci negara ini” jawab Retno datar.
“Tck. kalau kau benci negara ini, kenapa kau berlibur kemari?”
“Itu... saat itu aku belum membencinya. Hingga...” Retno menggantungkan kalimatnya saat melihat sapu tangan yang dibawa Shinwoo. “Itu... bagaimana...?” gagapnya sambil menunjuk sapu tangan itu, sangat mirip dengan sapu tangannya yang hilang dulu.
“Eoh, ini. hapus airmatamu” ucap Shinwoo menyerahkan sapu tangan itu. Retno menatap Shinwoo lalu sapu tangan itu bergantian. “Ini. bukan milik Sunbae kan?” tanyanya.
Ne? Bagaimana kau tahu?”
“Ah, dimana kau menemukannya?”
Mwo?...”
Eodi?”
“Ohh. Di... jalan... setelah... fanmeeting dulu. Eoh, saat aku pertama kali melihat kalian berlima” jawab Shinwoo. “A, mianhae, waktu itu aku tidak membantumu” tambahnya sambil membenarkan letak kacamatanya. Ya, Retno sangat ingat waktu itu, dan itu juga alasannya tidak menyukai Shinwoo, tapi, mendengar itu, ia merasa bahagia, dan lagi, sapu tangan keberuntungannya sudah kembali padanya. “Gomapta” ucapnya.
“Eoh?” bingung Shinwoo.
Gomapta sudah mengembalikan ini. ini sangat berarti bagiku. Jongmal gomapta” ucap Retno.
“Jadi, itu milikmu?”
Ne. Ini buatan ka...kak...” kembali setetes cairan bening itu keluar dari sudut matanya. “Ya! Neo angwaenchanna, keutchi?” Shinwoo jadi bingung harus apa sekarang, “Ya!” ...
“Ya! Uljima yo. Jika kau punya masalah, berceritalah pada orang lain. Karena jika kau simpan sendiri akan sangat menyakitkan” ujar Shinwoo. “Arra. Ini memang menyakitkan. Tapi, tak ada yang percaya saat aku mengatakannya. Hahh” Retno mengusap air matanya dan tersenyum miris. “Bagaimana kalau aku percaya padamu?” tanya Shinwoo membuat Retno langsung menatapnya. “W-wae?” tanya Retno.
“Humh, saat pertama kali kau datang kesini, aku merasakan kau sangat menyebalkan. Jahil dan selalu egois” Shinwoo tersenyum. “Tapi, saat kau rela melakukan hal yang paling kau hindari saat itu, aku merasa kau adalah orang yang kuat dan tak pernah takut melakukan apapun meski itu mungkin bisa merenggut nyawamu” tambahnya.
“Maksud Sunbae?” tanya Retno.
“Kau alergi daging, kan?”
“Bagaimana...?”
Arra. Aku tahu saat melihat perubahan wajahmu setelah kau memakan bulgogi itu. orang yang alergi daging, wajahnya akan memerah dan timbul bercak hitam disekitar telapak tangannya”. Retno masih menatapnya tak percaya.
“Dan, seharusnya kau langsung memuntahkannya. Bagaimana jika nyawamu benar-benar bahaya saat itu, dan lagi, kau tidak meminum obat yang ku berikan. Babo” keras Shinwoo seperti seorang kakak yang sedang memarahi adiknya. Seketika mata Retno membulat. Menyadari ucapannya, Shinwoo langsung membuang muka, “Mianhae” ucapnya cepat. “A-ni. Gomawo Sunbae. Justru kau yang bukan siapa-siapa bisa mengetahui hal sedetail itu. Gomawo” ucap Retno dengan senyumnya.
“Assh, berhentilah berterima kasih”. Sesaat hening.
Sunbae” panggil Retno. “Wae?
“Bisakah aku mempercayaimu?” tanya Retno menatap Shinwoo penuh harap. “Eoh?” Shinwoo tak tahu harus menjawab apa.
“Kalau aku bilang bahwa aku takut wartawan, apa kau percaya?”
Mwo? Apa kau teroris atau penjahat sampai kau takut wartawan, huh?” Shinwoo terkekeh mendengarnya. Tapi, Retno memberikan tatapan kecewanya, Shinwoo merasa jika itu bukan sekedar gurauan. “Jinjja? Kau benar-benar takut wartawan?” tanyanya. Retno kembali menatap lurus kedepan dan menghembuskan nafas kasar.
“Memang semua akan berfikir seperti itu, ya” ucapnya.
“Apa.... itu alasanmu tak ingin jadi Idol. Maksudku sangat menentang menjadi Idol? Karena takut dengan mereka?”. Retno mengangguk. “Hwooo? Ddaebak” gumam Shinwoo.
“Apanya yang ddaebak? Bahkan, Miss Sheilla juga mendapat ancaman dari Kang Sungjong. Dia benar-benar orang jahat, licik” umpat Retno sambil meremas ujung kaosnya. “Sekarang aku tidak punya cara lain, selain mengambil passporku dari Kang Sungjong diam-diam” tambahnya dengan tatapan serius. “Mwo? Kau mau mencuri?”.
Ani. Aku hanya ingin mengambil milikku saja. Ya! Sunbae!” kini Retno menatap Shinwoo serius. “Wae? Jangan bilang kau mau minta aku membantumu” tebaknya, dan tepat, Retno mengangguk, “Jebal. Hanya informasi saja, ne, jebal” mohon Retno.
Andwae. Shireo” Shinwoo langsung beranjak. “Ya! Sunbae, sunbae! Jebal...” keras Retno, namun Shinwoo sudah masuk kedalam rumah. ia menghembuskan nafasnya, lalu kembali duduk dan menatap langit malam. “Hhh. Apa benar dia orang baik? Ah, bagaimana kalau dia sebenarnya adalah informan dari mereka semua. Asshh, dasar bodoh, kenapa aku bisa bercerita pada orang seperti dia? Asshh” frustasi Retno yang langsung mengejar Shinwoo kedalam.
Saat ia masuk kedalam, semua teman-temannya, para Sunbaenya dan juga Kang Sungjong sudah ada disana. ‘Assh, jangan-jangan dugaanku benar’ pikirnya, ia menggigit bibir bagian bawahnya.
“Oh, Retno. Kau baik-baik saja?” sapa Tari yang langsung menarik tangannya mengajaknya bergabung bersama yang lainnya.
“Kau datang? Mokjja! Manager Kang mentraktir kita” ucap Jinyoung.
Ne. Ne. Kalau kau tidak datang, semua ini akan dilahap olehnya” Gongchan menunjuk Sandeul. “MWO YA!” pekik Sandeul tak terima.
“Asshh, sudah-sudah. Ayo dimakan. Ini untuk kesuksesan konser kalian, dan keberhasilan para trainee kita menjawab pertanyaanku dengan benar” ucap Sungjong.
“YEAH... !!!! CHEERS!!!” semua mengangkat gelasnya kecuali Retno yang menatap semua yang ada disitu satu-persatu. Pertanyaan untuk trainee? Pertanyaan apa? Apa dia ketinggalan? Pikirnya.
“Tari, apa maksudnya?” bisiknya pada Tari.
“Uhm, kau tidak ingat? Kang Ajussi kan bilang akan memberikan pertanyaan pada kita setelah kita selesai menonton konser para Sunbae” jelas Tari lirih. Retno mengangguk, ya dia ingat. “Kalian menjawabnya dengan benar?” tanyanya lagi. “Ya. Tentu saja. Hanya kau saja yang tidak bertanggung jawab. Pergi begitu saja” sahut Likah ketus. “Lik!” nterupsi Sulis. Likah pun langsung pindah tempat duduk di dekat Sandeul.
Sunbae, aku boleh duduk disini, kan?” tanyanya dengan manja. Sandeul hanya menatapnya heran, dan Likah menganggapnya sebuah persetujuan, dan langsung menempati tempat duduk disamping Sandeul.
“Hwooo. Kau punya fans baru ternyata” ucap Sungjong setelah meneguk minumannya. Yang lainnya tertawa.
“Memalukan” umpat Difna dan Retno. Sulis menggeleng dan mengambil kentang goreng lagi, namun tangannya menyentuh tangan Jinyoung yang juga ingin mengambil kentang goreng. “Oh?” Sulis salah tingkah dan langsung menarik tangannya. “Mianhae” ucapnya. “Aniyo. Ini!” Jinyoung memberikannya kentang goreng yang baru diambilnya sambil tersenyum. “Um, Gomapta” wajah Sulis seketika merona merah setelah menerima itu. kalau saja bisa, ia akan menyimpan kentang goreng itu, sayang jika dimakan.
“Ahh, kenapa kau makan sedikit sekali. Tambah ini!” Baro menambahkan satu ayam goreng lagi kepiring Tari. “Sunbae. Aku sudah kenyang” ucap Tari. “Ya! Menjadi seorang Idol itu dituntut memiliki postur tubuh yang indah. Liahtlah tubuhmu sangat kurus kering” ujar Baro sambil menatap Tari dari atas kebawah. “Ya! Sunbae!” pekik Tari malu. “Mulai sekarang aku yang akan mengajarimu membuat tubuhmu menjadi tubuh yang sempurna!” . Tari membulatkan matanya, “T-t-ta-...”
“Ya! Hyung! Apa yang sedang kau pikirkan, huh?” bisik Gongchan yang sejak tadi hanya menatap layar tabnya. “Kau! Apa yang kau pikirkan tentangku?” Baro menjitak kepala Gongchan. “Ahh, appo...!” Gongchan menggosok-gosok kepalanya lalu menatap tajam Baro, “Mau lagi?” . “Ani” Gongchan langsung mengalihkan tatapannya kembali kelayar tabnya. “Jangan pikir yang macam-macam. Mokjja ppali!” ucap Baro pada Tari. Tari pun hanya mengangguk.
Rounded Rectangle: Turchan
Jinjja! Selalu saja menjitak kepalaku. Apa dia tidak tahu ini sakit... assh, appo! :’(
Difna juga sibuk dengan akun instagramnya.



Difna terkikik membacanya.
Rounded Rectangle: Kyutie
Are you okey? Nugu ya?
\


Rounded Rectangle: Turchan
My brother. N’ i’m fine. How about you? Are you back to your country?
“Oh? Kyutie....” gumam Gongchan, lalu tersenyum tipis.





Rounded Rectangle: Kyutie
Oh, good. Not yet. I think I’ll stay here for long time.


Rounded Rectangle: Turchan
Are you sure.
 







Begitulah kiranya obrolan mereka berdua. Mereka sama-sama belum menyadari, bahwa sebenarnya mereka sangat dekat sekarang.
Dan, Retno, ia masih bergumul dengan pikirannya, matanya tak pernah teralih dari Shinwoo dan Sungjong yang tengah asyik berbincang. ‘Apa yang dibicarakannya? Apa dia mengatakan hal yang kukatakan tadi? Ashh, benarkah?’ pikirnya mencoba menajamkan pendengarannya, namun sulit, karena yang lain sangat gaduh. “Assh, kenapa mereka ramai sekali, sih” kesalnya. Diteguknya sebotol air didepannya dengan rakus, mencoba meluapkan kekesalan. Ia langsung berlari ke toilet setelahnya.
Setelah ia pergi, semuanya diam dan menatap Shinwoo.
Otte?” tanya Sungjong. “Umh, eopseo” jawab Shinwoo datar.
“Aishh, sebenarnya apa saja yang kalian bicarakan tadi?” tanya Jinyoung agak kesal.
“Humh, dia menahan rasa sakitnya sendirian, keluarganya, teman-temannya, kurasa dia banyak mengorbankan egonya demi mereka. Dan saat ia tidak bisa mengorbankan egonya lagi, semuanya tak ada yang mempercayainya” ujar Shinwoo.
Jinjja yo, Sunbae?” tanya Difna dan Tari hampir bersamaan. Shinwoo mengangguk.
Ne, kurasa dia yang dikatakannya saat itu bukan bercanda” ucap Sulis.
Mwo? Apa yang dikatakannya dulu?” tanya Sungjong.
“Dia pernah bilang kalau dia sedang sakit hati dan pikiran. Awalnya kupikir itu hanya gurauannya, tapi, ternyata dia benar-benar sakit” jelas Sulis.
“Hhh,kasihan Retno” ucap Difna. “Aku temannya, tapi bahkan aku tidak tahu dia benar-benar kesakitan” sesal Tari. “Itu juga salahnya sendiri kan, seharusnya dia menceritakannya pada kita. Dia sendiri yang menyembunyikannya” ucap Likah tak peduli.
“Ya! Kalian kan temannya, seharusnya kalian membantunya. Kalau begitu, kita lakukan pendekatan, kita harus selalu berbuat baik padanya. Mungkin suatu saat dia akan luluh” usul Jinyoung.
“ah, matta matta. Kita akan melakukannya” setuju Sungjong. Yang lain pun mengangguk setuju. “Selalu merepotkan orang” umpat Likah.
Tak lama kemudian terdengar suara langkah. Semuanya pun langsung kembali keposisi masing-masing. Dan melakukan kegiatan yang sama seperti tadi.
Retno menghentikan langkahnya dari pintu dan menatap teman-temannya sedih, “Jika kalian bahagia disini, aku harus mengorbankan perasaanku lagi, ya?” gumamnya, lalu menghampiri teman-temannya.
“Aku tidur dulu, ne. Aku sudah sangat ngantuk. Jaljayo” ucapnya lalu menuju kamarnya. “JALJAYO!” jawab yang lain. Mereka menghela nafas melihat Retno masuk kekamarnya.
“OKEY. Lanjutkan rencana kita. Sekarang aku harus pulang. Anyeong!” ucap Sungjong meraih jaketnya dan langsung pergi. “Hati-hati Manager” ucap yang lain.
“Hwooo. Aku baru tahu ada yang sangat tidak suka menjadi Idol” gumam Sandeul. “Nado” ucap Likah. Sandeul menatapnya, “Sunbae, ternyata kita sehati, ne?” tambahnya. Sandeul tertawa garing, lalu menguap. “Hhh, sudah malam, ya. Jaljayo!” ucapnya yang langsung pergi kekamarnya. Yang sebenarnya ia ingin lepas dari Likah, hhh. Member B1A4 yang lain pun mengikutinya. “Jaljayo! Fighting!”
Jaljayo Sunbaenim!” DSTL pun menuju kamar mereka. “Retno, aku akan melakukan apapun agar kamu tidak sakit lagi” yakin Tari dalam hati.

)()()()( Be Amazing Girls )()()()(

Kini, Retno hanya bisa pasrah, ia mencoba mengikuti semua kegiatan para trainee. Hal ini membuat yang lainnya senang. Selain itu, Retno mempunyai maksud lain, ia memanfaatkan kegiatan itu untuk lebih sering bertemu Kang Sungjong dan mengorek banyak informasi tentangnya, dengan begitu, ia akan tahu dimana Sungjong menyembunyikan passpornya, sehingga ia bisa mengambilnya kembali.
Hari ini mereka tengah latihan dance. Dan terlihat gerakan mereka lebih lentur dibanding saat pertama kali latihan. Kang Sungjong juga ada disana.
“1...2...1...2...3... Cukup!” ucap sang pelatih dance. “Kalian semakin bagus, pertahankan itu. Anyeong!” tambahnya lalu pergi, tak lupa ia menundukkan kepalanya pada Kang Sungjong.
“Hhh. Gerakannya sedikit sulit yang part kedua” kata Difna. “Uhm, kau benar. Aku juga sedikit bingung” jawab Sulis. “Ashh, dance korea memang sangat sulit dibanding goyangan Indonesia” gumam Likah. “Heh? Karena kau hanya tahu ‘Maju mundur maju mundur cantik, cantik’” Difna memperagakan gerakan ala Syahrini. Yang lain tertawa, sedang likah tersenyum kecut.
“Keyakinanku ternyata benar. Kalian memang berbakat. Good job!” puji Sungjong.
“Ne. Gamsahamnida” jawab DSTL. Retno hanya tersenyum singkat.
“baiklah, untuk besok,kita akan latihan vocal. Aku harus segera pergi sekarang. Anyeong!” ucap Sungjong dan pergi setelahnya.
“Hati-hati Manajer”
“Ah, aku seneng kau mau melakukan ini. tapi, kau baik-baik saja kan?” tanya Sulis pada Retno.
“Ya. Kurasa begitu. Aku juga seneng melihat kalian bahagia” jawab Retno.
“Hei. Jangan melakukan hal yang membuatmu sakit hanya demi melihat kami bahagia” ucap Difna. “Iya, Ret. Oh ya, aku punya hadiah buat kamu” Tari langsung berlari menuju lokernya dan mengambil sesuatu, tak lama kemudian ia kembali lagi dengan sebuah kotak biru berukuran sedang.
“Nah, buka ini” ucapnya. Retno menatap teman-temannya seakan meminta persetujuan untuk membuka kotak itu. “Udah, buka aja. Gitu aja bingung” sewot Likah sambil memainkan rambutnya. Retno tersenyum kecut lalu membuka kotak itu.
Sebuah Headphone merah yang cantik dan juga mp3nya. Retno tersenyum, “Makasih, tapi, darimana kau punya uang untuk membeli ini?” tanyanya. “Uhm, ada deh,yang pasti bukan mencuri atau hutang” jawab Difna dengan sedikit kekehan kecil. “Hemh, aku percaya. Sekali lagi makasih, ya!” kata Retno.
“Makasih juga kau mau melakukan hal ini” kata Sulis. Retno tersenyum dan mengangguk. “Okey! Akhirnya kita bersatu lagi. SEMANGAT !” ucap Difna. “Semangat!!” sorak yang lain. “Oh, bagaimana kalau kita belanja keperluan dapur?” usul Sulis. “Ah, setuju. Ayo!” ucap Difna dan Tari. Mereka berlima saling berangkulan dan pergi bersama.
“Hwaa, persahabatan mereka kental sekali, ya?” ucap Minji, staf bagian konsumsi dari dekat pintu keluar ruang latihan.
BIP BIP BIP.
Ia langsung merogoh saku jaketnya mengambil ponselnya, setelah ada SMS masuk.
“Jaehwa? Ashh, dia benar-benar” umpatnya lalu pergi dari tempat itu.

@Vegetables & Fruits market
DRSTL tengah sibuk memilih sayuran untuk cadangan bahan masakan di dorm. Mereka begitu asyik dengan kegiatannya. Disamping itu mereka juga saling bercanda, ya sepertinya semua sudah kemali seperti semula. Benarkah?
“Aku bayar dulu, ya!” ucap Sulis sambil membawa semua bahan masakannya kekasir. “Aku ikut!” seru Tari. Mereka berdua pun pergi kekasir.
“Huh, lihatlah toko ini. hanya ada sayur dan buah saja, ya? Di Indonesia apakah seperti ini ada?” gumam Likah. “Pergi aja ke pasar Senen, ntar juga banyak penjual buah dan sayur” kata Retno sambil memainkan apel ditangannya. “Hello... elo kira gue apaan? Nggak level kali. Kepasar? Tch”. Retno mendesis kecil, “Princess Syndrom” lirihnya.
“Oh! Kalian ini masih saja berdebat. Biar di sini ataupun dipasar Senen, kan sama aja jualan sayur” ucap Difna yang sejak tadi berada diantara Retno dan Likah. “Dia aja yang nyebelin” umpat Likah lalu memainkan rambutnya. Retno tersenyum kecut.
“Hwooo! Ada apa disana? Apa ada artis?” tanya Difna sambil menunjuk arah luar. Retno dan Likah pun mengikuti arah itu. “Ahh,kurasa kau benar. Ayo kesana!” Likah langsung saja berlari pergi. “Oh! Tunggu!” kata Difna menyusul. Retno mengerjapkan matanya berkali-kali, ya ada banyak orang bergerombol disana, dan juga para wartawan itu. segera ia membalikkan tubuhnya dan meremas ujung bajunya. Setiap kali melihat mereka ingatan masa lalu itu pasti muncul, dan tubuhnya akan begetar, keringat dingin pun mengucur dari pelipisnya.
Sulis dan Tari baru kembali dari kasir, dan mendapati Retno yang terlihat ketakutan dan panik. Mereka pun langsung menghampirinya.
“Ada apa?” tanya Tari. Retno menggeleng.
“Dimana Likah dan Difna?” tanya Sulis. Retno menunjuk kearah belakangnya. Sulis dan Tari melihat mereka. “Ngapain disana?” gumam Sulis.
“Ayo kita juga kesana!” ajak Sulis. Tari mengangguk lalu mengajak Retno. “ayo!” ucapnya. Retno masih diam. “Ayo!” ulang Tari sambil memegang tangan Retno dan merasakan getaran disana. “Ret? Kamu kenapa? Kamu baik-baik saja?” tanya Tari panik.
Retno hanya bisa menggeleng. “A-ayo kesana!” gagapnya lalu menarik tangan Tari keluar menuju keteman-temannya yang lain. Tari menatapnya heran dan penasaran, karena ia masih merasakan tangan Retno yang menggenggamnya masih bergetar. Ia pun langsung merangkulnya. “Tenanglah!” bisiknya. Retno tersenyum singkat lalu kembali mengatur nafasnya.
Mereka pun kini telah berkumpul dengan gerumulan orang-orang itu.
Nuguya?” tanya Likah pada salah seorang disana. “Ya! Neo mollayo? Miss-A, Suzy!” jawab orang itu. Likah mengangguk lalu mencoba menerobos gerombolan itu melihat seperti apa Suzy itu.
“Hwoo, dia benar-benar cantik” gumam Difna. “Beneran?” tanya Likah. Difna mengangguk. Akhirnya Likah pun bisa melihat Suzy. “Hah? Itu pasti oplas” gumamnya.
“Hwah, rame banget. Siapa sih?” tanya Sulis pada Tari. “Bae-Seo-ji” Tari mengeja hangul yang tertulis disalah satu poster milik orang yang ada disitu. “Mungkin artis bernama Bae Seoji” tambahnya. “Miss-A. Dia dari J-Tune Entertainment” ucap Retno. “Hee? Bagaimana kau bisa tahu?” tanya Tari disambung anggukan Sulis. Retno menunjuk poster di depan gedung seberang jalan. “Kalian lupa? Kita pernah kesini dan bertemu mereka” jelasnya. “Ah, kau benar” gumam Sulis mulai ingat.
Sulis dan Tari pun ingin melihat ada acara apa disana. Sedang Retno masih mencoba menguatkan dirinya. Tiba-tiba..
‘BUUKK’
Seseorang menabraknya dari belakang, membuatnya sedikit terdorong kedepan.
“Oh? Mianhae. Gwaenchana, agassi?” ucap orang itu. Retno mengangguk lalu melihat orang itu. seketika matanya membulat, melihat sosok lelaki didepannya dengan pakaian berlabel stasiun berita, microfon dan kamera dipundaknya. “Gwaenchanna yo?” tanya orang itu lagi. Tubuh Retno kembali bergetar. Tanpa sepatah kata ia langsung berlari dari situ sambil menutup telinganya. “Isanghae” gumam lelaki itu lalu kembali ketugasnya, mencari berita terbaru.
Retno masih berlari, hingga tanpa sengaja ia tersandung sebuah tanjakan kecil dan terjatuh. Semua orang yang lewat disekitarnya memandangnya aneh. Ia tak peduli, ia melirik kebelakang, ternyata ia sudah cukup jauh berlari hingga tak dapat melihat reporter tadi.
Ia melihat lututnya yang sedikit berdarah. Ia pun kembali berdiri, dan berjalan tertatih menuju halte bus, tapi itu ada diseberang jalan. Ia pun segera menyeberang bersama beberapa anak SMA.
Hampir ia sampai diseberang jalan.
HALMEONIM AWAAASSS!!!” pekik beberapa orang berbareng dengan suara klakson mobil yang berentetan. Retno membalikkan tubuhnya dan melihat seorang wanita tua tengah mengambil paperbag berisi sayuran miliknya yang terjatuh ditengah jalan karena kejailan beberapa anak SMA tadi.
Tanpa pikir panjang Retno langsung berlari dan membantu nenek itu secepat mungkin dan membawanya ketepi jalan.
‘WUSSSHH’ mobil itu pun melewati mereka.
Retno menghela nafas lega. “Gwenchannayo Halmeonim?” tanya Retno.
Aigoo. Mereka tidak sabaran sekali. Gomapta Agassi, Gomapta” ucap nenek itu sambil mengelus pundak Retno.
“Syukurlah” lega Retno lalu tersenyum.
“Hah. Kau sangat baik sekali, bagaimana kalau kau mampir dulu kerumahku? Aku akan memasakkan sup rumput laut untukmu.” Ucap nenek itu.
“Ah, mianhamnida. Tapi saya harus pergi” kata Retno sambil membungkukan badannya. Nenek itu menatapnya kecewa dan memperhatikan Retno dari atas sampai bawah.
Aigoo, lihat lututmu berdarah. Apa kau terjatuh tadi?”
Ne, tadi saya tidak berhati-hati”
“Ashh,ini harus segera diobati, ayo mampirlah dulu kerumahku dan akan kuobati lukamu. Ayolah!” pinta nenek itu. “Gwenchanna...Tapi... halmeonim?”
“Ah, geuraeseo. Antarkan saja aku pulang. Belanjaan ini sangat berat” kata nenek itu menyerahkan belanjaannya yang sempat terjatuh tadi. Retno menatapnya bingung, jika dia pergi, nanti temannya akan mencari. Tapi, kalau dia tidak pergi, kasihan nenek itu, bahkan dia hampir tertabrak mobil tadi. ‘Ah, mungkin sebentar saja’ pikir Retno lalu mengikuti nenek itu yang sudah berjalan lebih dulu.
-Sementara itu ditempat tadi-
DSTL merasa gerah setelah berdesak-desakkan ingin menyaksikan acara itu. ya, sebuah fanmeeting untuk single terbaru milik Suzy. Mereka ingat pesan Sungjong untuk selalu update dengan hal-hal seperti ini.
“Keren. Sudah cantik, suaranya bagus banget” puji Difna. “Setuju” kata Sulis. “Hmmh, sebelas duabelas lah denganku” PD Likah. Difna dan Sulis terkekeh. Sedang Tari mengedarkan pandangannya kesekeliling tempat itu seperti sedang mencari seseorang.
“Ada apa, Tar?” tanya Sulis. “Dimana Retno?” Tari balik bertanya, yang lain pun mulai sadar bahwa Retno tidak ada. “Kita cari dia. Jangan sampai sesuatu yang buruk terjadi padanya” kata Difna. “Baiklah, ayo!” DST sudah berpencar.
“Huh, selalu merepotkan” umpat Likah lalu beranjak. Dan saat itu ia berpapasan dengan Shin Mina. Namun, ia tak tahu dan terus saja melangkah. Berbeda dengan Mina yang sepertinya masih mengingatnya. “Dia? Ah, mana mungkin dia kembali kesini, dia kan sudah dideportasi” ucap Mina lalu melanjutkan langkahnya.
--
“Nah. Ini dia rumahku. Masuklah!” suruh nenek itu. “Ne” Retno mengangguk dan mengikuti nenek itu masuk kedalam rumahnya. “Taruh saja didapur jalan sebelah kiri” ucap nenek itu entah dari mana. Retno pun menuruti perintahnya, setelah menemukan dapurnya, ia langsung meletakkannya di atas meja. Dan segera kembali kedepan.
Ia menunggu nenek diruang tamu. Ia hanya berdiri sambil memperhatikan setiap detail tempat itu. Ruangan itu terlihat penuh dengan foto-foto didindingnya dan piala-piala, piagam penghargaan, dsb. Semuanya benar-benar keren. Hingga matanya mematut sebuah foto keluarga. Nenek itu, dan juga 3 pria, yang paling tua mungkin suami nenek itu, dan dua lelaki dibelakang mereka, sangat tidak asing baginya.
“Ahh, itu almarhum suamiku. Dan mereka dua putraku. Apa kau mengenalnya? Dia artis terkenal” ucap nenek itu yang tiba-tiba sudah ada disampingnya dengan baju yang berbeda. Retno masih menatap foto itu.
Eomoni... kau sudah pulang?” teriak seseorang dari arah luar.
“Oh. Dia sudah datang” kata nenek itu lalu menuju pintu. “NE” ucap nenek itu. Retno melihat kearah pintu dan sangat terkejut melihat seorang lelaki yang sangat familiar muncul dari balik pintu. Begitupun lelaki itu. tatapan mereka bertemu dan saling memantung ditempat.

--TBC—

Hwoo... kira-kira siapa ya orang itu.
Humh, next chapter will coming soon... See u ♥♥♥

2 komentar:

  1. keren chingu - yya, sma sperti yg kmu critain ke aq... hhehehe.. :)

    BalasHapus
  2. hahah, kan emang seperti itu. thanks uda berkunjung ^^

    BalasHapus

Biasakan untuk memberi komentar untuk posting kami. sebagai bahan koreksi kami untuk menghidupkan blog ini. Let's Comment ^^