Senin, 22 Juni 2015

Be Amazing Girls (Chapter 3)

Kim Hyuli Present


‘Be Amazing Girls’
DRSTL (Difna, Retno, Sulis, Likah, Tari) | B1A4 | Other
Fiction | Fight | Dreams
G
“Fanfic ini adalah fanfic seri keduaku setelah ‘A Short Journey of Daydream with KRY’ pihak lain. Jadi, saya mohon maaf jika ada kata-kata yang tidak pantas”
RCL & Happy Reading ^^
-------------------------------------
Read previous chapter : chap. 1 chap. 2

 
Previous Chapter

5 pemuda pemilik rumah dan DRSTL sangat terkejut dan saling menatap satu sama lain. “Kalian?” . “Kau?” gumam masing-masing. “Aa.. mereka adalah trainee kita dari Indonesia. Kebetulan rumah ini besar, jadi mereka akan tinggal disini selama masa trainee. Dan, kalian sebagai senior juga akan menjadi mentor untuk mereka. Arra?” ujar Sungjong.
                “Mwo?” teriak semua hampir bersamaan.

Chapter 3

“Kami tinggal dengan para namja ini?” tanya Retno. “Ya! Apa maksudmu ‘Namja ini?’ kami ini seniormu, arra. Kau harus memanggil kami Sunbae” sahut Sandeul. Retno hanya tersenyum mencibir. “Ne. Kalian harus mendengarkan senior kalian. Besok aku akan kesini lagi untuk memulai masa trainee kalian. Ya, kurasa kalian mengerti. Aku pulang dulu. Anyeong” pamit Sungjong. “Hati-hati, manager” kata Gongchan.
                Mereka bersepuluh saling berhadapan. 5 pemuda memandang tajam 5 perempuan didepannya yang hanya menunduk dan memasang wajah tak acuh.
                “Rasanya menegangkan sekali” bisik Tari pada Sulis. “Kau benar, mereka mungkin lebih kejam dari KRY” jawab Sulis. Likah sesekali curi-curi pandang pada Sandeul yang kini berdiri didepannya. ‘Aku bertemu orang ini lagi’ dongkol Retno sambil memainkan jari tangannya. Sedang Difna hanya diam sambil mengatur nafas.
                “Perkenalkan nama kalian satu persatu” suruh Shinwoo.
                Sudah merupakan adat memang. Perkenalan adalah yang pertama.
                “Nan Sulis imnida” . “Tari” . “Likah” . “Difna” . “Retno” ucap mereka satu persatu. “Aa, nama kalian aneh” gumam Baro. “Tentu saja karena mereka orang Indonesia” sahut Sandeul. “Sulis? Tari? Likah? Dipeuna? Reteuno?” gumam Jinyoung. “Baiklah. Karena kalian akan tinggal disini, kalian harus mengikuti peraturan disini, kalian sanggup?” tanya Gongchan. DRSTL hanya mengangguk.
                “Pertama, jaga kebersihan dengan benar” kata Jinyoung.
                “Kedua, mengikuti jadwal untuk membersihkan rumah dengan baik” kata Baro.
                “Saling menghargai dan menghormati” kata Sandeul.
                “Dilarang masuk kekamar kami tanpa ijin termasuk saat ingin membersihkannya” tegas Gongchan. “Dan terutama, jangan berisik” tegas Shinwoo dengan tajam.
                “Ne. Arraseumnida” jawab DRSTL. “Geurae. Kalau begitu akan kutunjukkan kamar kalian. Tarawah” ajak Jinyoung. “Chakkaman” ucap Likah tiba-tiba. Semua menatapnya. “Kami sudah memperkenalkan diri, seharusnya Sunbae-nim juga memperkenalkan diri pada kami, kan?”. B1A4 mengangguk, sedang DRST menatap Likah heran.
                “ Jung Jinyoung” . “Nan Cha Sunwoo, kalian bisa memanggilku Baro” . “Shinwoo” . “Nan Sandeul, aegyeo man, arra?” . “Gongchan imnida” ucap mereka satu persatu.
                ‘Jadi, dia Jinyoung? Jung Jinyoung sunbae’ batin Sulis terus memandangi Jinyoung. ‘Baro sunbae? Aku tidak menyangka bisa bertemu denganmu lagi’ Tari tertunduk malu. ‘Namanya lucu. Gongchan? Mirip Turchan’ Difna tersenyum. ‘Sandeul, dia memang cute. Haah’ Likah terpesona. ‘Jadi namanya Shinwoo. Namja tak berperasaan’ umpat Retno menatap sinis Shinwoo.
                “Nah, kajja” ajak Jinyoung lagi. Mereka pun mengikutinya.
                Setelah menunjukkan kamar DRSTL, Jinyoung pamit pergi. “Ini adalah dorm pribadi kami yang diberikan perusahaan, kalian beruntung masih menjadi trainee tapi sudah diijinkan tinggal di dorm” katanya. “Ya, sudahlah. Semoga betah tinggal disini”, ia pun pergi. “Ne. Gamsahamnida Jinyoung sunbae” ucap semuanya.
                “Hhh. Kamar ini cukup bagus” Likah merebahkan tubuhnya di ranjang dan mengedarkan pandangannya. “Iya” ucap Sulis. “Tunggu. Disini kita tidak bayar kan?” tanya Tari khawatir. Semuanya merasa takut juga jika hal itu benar. “Semoga saja tidak” gumam Difna. “Tapi Sungjong itu kan licik, bisa saja kan?” kata Likah. Semua mengangguk setuju, dan setelah itu hening.
                Retno sejak tadi diam menahan lapar, entah kenapa itu jadi kelemahannya, mudah kelaparan. Ia pun memutuskan untuk turun sekedar mencari pengganjal perut. “Mau kemana?” tanya Tari. Retno memegang perutnya sambil meringis, lalu pergi.
                “Tch. Anak itu, hanya makanan saja dipikarannya” rutuk Likah. Tiba-tiba Sulis dan Difna melompat dari tempat tidur dan mengejar Retno, “Aku ikut” teriak mereka. Tari dan Likah hanya saling memandang tanpa arti lalu kembali ke kesibukan masing-masing. Ya, membereskan barang-barang mereka.
                Difna dan Sulis sudah berhasil mengejar Retno. Mereka bertiga pun berkeliling rumah itu. Rumah itu terasa lengang, ya, saat ini memang sudah sangat larut malam, kira-kira jam 11.00 pm kst. Mereka berjalan pelan agar tidak membuat berisik. Lampu-lampu sebagian ruangan pun sudah di padamkan.
                “Rumah ini besar, ya?” lirih Difna. “Uhm” jawab Sulis. “Hei, kau tahu dimana dapurnya?” tanya Retno. Difna dan Sulis menggeleng, ya, tentu saja, ini kan pertama kalinya mereka kesini. Merekapun meneruskan langkah mereka, dan tak lama kemudian setelah mengamati jeli dalam kegelapan itu, mereka memastikan sebuah tempat itu adalah dapur.
                Setelah melihat sebuah kulkas, Retno pun perlahan membukanya. “Hwaa” gumamnya, lalu mengambil sebuah apel dan sekotak kecil yogurt. Sedang Sulis dan Difna memperhatikan sekeliling dapur itu, tanpa sengaja Difna menekan tombol lampu sehingga lampunya menyala, membuat Retno dan Sulis kaget. Dengan segera Difna mematikannya lagi.
                “Hati-hati” peringat Sulis. “Sorry” lirih Difna. “Kalian mau?” tanya Retno yang tengah memakan apelnya lalu menyeruput yogurtnya. “Makasih” jawab Sulis dan Difna. Retno pun hanya mengangguk, lalu ia duduk di kursi makan memperhatikan dua temannya yang tengah kepo dengan tempat itu. “Rumah ini lengkap ya?” gumam Difna.
                “Aaa, lihat mug-mug ini” ucap Sulis memaksa Difna dan Retno menoleh kearahnya. “Ini ada huruf J, mungkin ini milik Jinyoung-Sunbae, warna biru” girangnya dengan suara yang lirih. “Wah, semua mempunyai barang-barangnya sendiri, ya?” Difna ikut berkomentar. Mereka berdua tersenyum.
                Tiba-tiba dari arah depan terdengar suara pintu terbuka. DSR kalang kabut, bingung mencari cara untuk sembunyi, jangan sampai mereka ketahuan di dapur malam-malam, seperti maling yang tengah beraksi. Mereka akhirnya bersembunyi dibawah meja makan dan tepat saat itu lampu dinyalakan. Suara sendal yang terserok-serok terdengar semakin keras. Retno masih memegangi sisa apel dan yogurtnya, yang lain tengah membungkam mulutnya.
                Orang itu terlihat membuka kulkas dan mengambil botol air mineral lalu menegukknya. Bahkan suara tegukkannya sampai terdengar disambung suara hela nafas lega. Tak lama setelah itu, langkah sendal itu semakin jauh dan lampu pun telah padam. DSR segera keluar dari persembunyiaannya dan menghela nafas. Tiba-tiba mereka dikejutkan dengan seorang bertubuh tinggi tengah berdiri gagah dihadapan mereka, wajahnya tidak terlihat jelas karena membelakangi cahaya.
                “Apa yang kalian lakukan disini?” tanyanya penuh selidik. “Ani. Ah, mianhamnida” ucap Sulis gugup. “Aa, aku mengambil beberapa buah dan minuman ini, aku lapar karena sejak tadi pagi belum makan yang cukup” ujar Retno jujur sambil menunjukkan sisa apel dan juga yogurtnya. Mendengar itu, lelaki itu tak bereaksi apapun, ia hanya pergi meninggalkan mereka yang terbengong bingung. Namun sebentar kemudian mereka menghela nafas lega dan kembali kekamar mereka.
                Mereka segera tidur untuk menyiapkan tenaga untuk besok. “Lis. Menurutmu tadi itu siapa?” gumam Retno yang tidur tak jauh dari Sulis. “Mungkin Shinwoo-sunbae, atau Jinyoung-sunbae?” angannya. “Siapapun itu, kita sudah tertangkap basah. Kita lihat saja besok, hukuman apa yang akan kita terima” ujar Difna. Mereka bertiga mengangguk pasrah.
                *Jaljayo*

)()()()(Be Amazing Girls)()()()(

                Keesokan harinya, pagi-pagi sekali DRST sudah bangun karena memang itu adalah kebiasaan mereka, sedang Likah masih bobok cantik di kasurnya. Mereka berempat melaksanakan sholat subuh berjamaah sebagai kewajiban muslimah. Mereka sengaja tidak membangunkan Likah karena ia sedang berhalangan. Setelah itu mereka melakukan olahraga sebentar, sekedar pemanasan.
                Likah terbangun dengan wajah polosnya, setelah berhasil mendapatkan seluruh nyawanya ia memperhatikan sekelilingnya. Teman-temannya yang lain sudah selesai merapikan kamar itu. “Oh. Tuan Putri sudah sadar, ya?” kata Sulis sedikit terkekeh. Likah hanya manyun dan melangkahkan kakinya keluar, mungkin menuju kamar mandi. Yang lain mengikutinya keluar.
                Jam 6.00 am kst. Itulah yang tertera di jam dinding. Tapi, rumah itu masih sepi, saat DRSTL menuju ruang tengah, dapur, baseman, kamar mandi dan seluruh ruangan dalam rumah itu. Mungkin 5 sunbae mereka masih terlelap dikamarnya.
                Likah baru selesai mandi, lalu kemudian Tari masuk. Retno naik ke tangga yang menghubungkannya dengan rooftop rumah itu. Sekejap ia takjub dengan pemandangan kota yang ia lihat, namun saat ia berbalik ia ditakjubkan lagi dengan sebuah ruangan yang hanya berbatas oleh kaca tebal dengan rooftop itu. Ruangan itu terlihat seperti ruangan untuk latihan. Ia pun masuk kembali dan ingin masuk kedalamnya.
                “Mau kemana?” tanya Difna yang sibuk memotong sayur, Sulis yang tengah mengaduk sesuatu di pancinya hanya memberikah tatapan penuh tanya. “Ada ruangan rahasia” ucap Retno. Tari yang baru keluar dari kamar mandi mengikuti Retno. Mereka berdua menaiki tangga yang lain, namun mereka tak menemukan pintu untuk masuk. Hanya tembok dan diujungnya ada lemari buku yang besar. “Hhh, ini seperti teka-teki saja” kesalnya lalu kembali, tak tahu apa yang dimaksud Retno, Tari hanya mengekor.
                Mereka berlima pun memutuskan untuk memasak sambil menunggu Sungjong datang.
                Hidung Baro dan Sandeul yang tajam mencium aroma masakan yang sangat sedap, mereka berfikir pasti Jinyoung dan Shinwoo yang tengah memasak, mereka pun segera keluar dari kamarnya. Tapi mereka terkejut s aat melihat Jinyoung dan Shinwoo yang juga baru keluar dari kamar mereka. “Ya! Hyung?” gumam Baro. “Lalu yang memasak?” sahut Sandeul. Mereka saling berpandangan lalu turun untuk mencari tahu. Gongchan yang merasa ketinggalan langsung berlari menyusul para kakaknya.
                Mereka berlima memandang DRSTL dan juga makanan yang telah tersedia dimeja bergantian. Mereka bengong, karena tidak biasanya ada pelayanan seperti ini. Baro, Gongchan dan Sandeul langsung duduk di kursi makan sambil memandang nafsu makanan didepannya. “Hwaa... kalian yang memasak ini?” tanya Baro sambil memandang DRSTL satu per satu. DSTL mengangguk, hanya Retno yang terlihat diam tak merespon.
                “Aigoo. Masitta. Baru pertama kali aku merasakan sup kuning aneh ini. Tapi ini benar-benar enak” seru Gongchan yang sudah mencicipi soto ayam buatan Sulis dan Difna. Mereka berdua tersenyum malu-malu. Mendengar Gongchan yang lain pun ikut mencoba. Dan semuanya merasa takjub dan memuji masakan mereka. “Eomma. Kau kalah sekarang” ledek Sandeul pada Shinwoo. Shinwoo hanya tersenyum kecut.
                DRSTL hanya memandang mereka di tempatnya. DSR tengah dag dig dug menunggu respon tentang perbuatan mereka semalam. Sedang Likah dan Tari senyum-senyum memandangi idola masing-masing yang tengah makan begitu lahapnya. “Kita disini seperti pelayan yang menunggui majikannya makan, ya kan?” bisik Retno. “Iya, tapi nggak apa-apa, mereka terlihat lucu saat makan” ucap Tari. Retno tersenyum geli mendengarnya.
                “Ya! Sunbae-nim. Apa kalian tidak ragu kalau kami mencampurkan racun dalam makanan itu?” canda Retno membuat B1A4 terbatuk-batuk, bahkan ada yang memuntahkan makanannya. “Ya! Retno! Kau bilang apa sih” kesal Sulis di sambung tatapan tajam ke tiga temannya yang lain.
                “Ya! Beraninya kalian!” maki Jinyoung. Semua anggota B1A4 menatap DRSTL tajam “Mianhae Jinyoung-sunbae. Retno hanya bercanda. Silakan lanjutkan makannya, kami akan menunggu Manager Kang di depan” ucap Sulis yang langsung menarik tangan Retno pergi dari tempat itu, semua membungkuk dan mengikutinya. “Mianhamnida Sunbae-nim, aku hanya bercanda” ucap Retno sedikit terkekeh.
                “Hhh. Kukira itu benar” gumam Baro memulai makan lagi. “Bisa saja mereka masih berbohong, kita kan baru kenal mereka kemarin, apa mereka bisa dipercaya?” ucap Gongchan. Sandeul memukul tengkuknya. “Aku lebih percaya pada makanan ini. Sudah cepat makan. Ini benar-benar lezat” ucapnya. “Tck. Kalau setiap hari seperti ini, pasti enak. Serasa seperti dirumah, setiap bangun tidur sudah tersedia makanan lezat dimeja” ucap Jinyoung berangan. “Hhh. Kau sudah berfikir ingin berumah tangga?” tanya Shinwoo. Semua memandangnya, lalu kemudian yang lain memandang Jinyoung. “Jinjjayo?”
                “Ya! Tentu saja tidak. Aku hanya membayangkan di rumah eommaku. Dasar kau!” kesal Jinyoung sambil melotot kearah Shinwoo yang terkekeh. “Tapi, apa kalian tidak merasa ada maksud lain mereka memasak untuk kita. Mereka saja baru datang kemarin, ditambah mereka bukan orang Korea yang sifat dan karakternya biasa kita lihat?” ucap Shinwoo.
                “Ne. Ne, kau benar juga Hyung” setuju Sandeul. “Tapi, kudengar orang-orang Indonesia itu terkenal ramah dan baik” sahut Gongchan. “Aku juga pernah mendengar itu” tambah Baro.
                “Ah, sudahlah. Ppali kita selesaikan ini. Bukankah kita ada photo shoot sebentar lagi?” Jinyoung memecah keheningan. Yang lain pun mengangguk dan menyelesaikan sarapan mereka.
                ---
                “Hhh. Kau ini bicara yang tidak-tidak” tegur Tari. Retno hanya nyengir. “Peace, kan aku hanya bercanda” ucapnya. “Tapi, tadi mereka benar-benar menyangka itu serius” kata Sulis yang tertunduk. “Tahu tuh” sahut Likah. Difna hanya mendesah kecewa. “Ahh. Jangan begini dong, kan aku hanya bercanda. Ya, ya aku minta maaf. Mianhamnida Uri Chingudeul” Retno membungkukkan badannya pada mereka.
                Semua memandangnya datar. Retno mengangkat kepalanya melirik teman-temannya, masih dengan posisi yang sama. Ia tersenyum memelas. Tak berapa lama, DSTL tertawa melihatnya. “Tch. Kekanakan sekali” umpat Likah menahan tawanya. Retno tersenyum lebar. Mereka pun duduk di kursi depan dengan tersenyum.
                Entah kenapa mereka seperti tengah melupakan masalah mereka. Mungkin, mereka berfikir. ‘Jika kami terjebak dinegara asing lagi, setidaknya kami masih bersama-sama dan berjuang bersama, dan itu lebih baik daripada kami terpisah karena kami adalah teman, dan teman selalu menyatukan perbedaan dan saling melindungi’. Ya, mungkin itulah yang mereka pelajari setelah kejadian 2 tahun yang lalu. Walaupun sering bertengkar dan beradu mulut, tapi hati mereka tetaplah menjadi satu.
                “Ya! Kalian, kajja!” teriak Sungjong dari mobilnya. Mereka pun masuk dan duduk dengan tenang namun memasang wajah tak acuh. Hal itu disadari oleh Sungjong, namun, ia hanya diam saja.
                ---
                Kini mereka sudah sampai di tempat latihan. Mereka berdiri berjajar menghadap Sungjong.
                “Baiklah. Pertama-tama kita akan menyeleksi apa bakat kalian. Sekarang kalian coba nyanyikan lagu apapun yang kalian bisa” katanya. “Dimulai dari, kau!” menunjuk Likah.
                Likah tersenyum remeh, ia menarik nafas dan mulai menyanyi. “Sesuatu yang ada dihatimu sesuatu yang ada di benakmu sesuatu ya...” . “Stop. Coba lagu K-Pop. Dari kau saja” Sungjong menunjuk Sulis yang berdiri paling tepi. Likah hanya menghembuskan nafas kesal. Sulis masih diam, bingung harus menyanyi lagu apa. “Coba Daydream” bisik Tari yang ada disampingnya. Sulis mengangguk.
                “Gwireul makgo geudaereul deureobonda, Dununeul gamgo geudaereul geuryeobonda” senandung Sulis lalu Sungjong menunjuk Tari.
                “Geudaen heulleo ganeunde geudaen jinaganeunde, Imi japhil su jochado eomneun gieok sogeseo
                “Na meomeunda, na meomeunda. Saranghaetdeon gieok deuri nareul gajigo nonda” sahut Likah
                “Dasi hanbon one more time. Ireoke kkeut nandani mideulsuga eoneun geolyo. Gojagi jeongdoro geu su manhatdeon yaksokdeureun eotteoke eotteoke” lanjut Difna. Sungjong hanya manggut-manggut mendengar suara mereka yang lumayan bagus. Kini giliran Retno, semua memandang kearahnya.
                “Sumeul chamgo geudareul deuikinda Jumeogeul jwigo geudaereul sseudadeumneunda. Geudaen heulleoga...
                “STOP. Kau itu menyanyi atau sedang mengigau hah? Suara kacau balau begitu” Sungjong menunjuk-nunjuk wajah Retno.
                “Mwo? Memang aku terlahir bukan sebagai penyanyi” cuek Retno. Yang lain memandangnya aneh, karena biasanya suara Retno tidak seburuk itu. Sungjong memandangnya tajam lalu mengusap wajahnya. “Baiklah. Kita ke hal yang lain. Cobalah menari, dancing-dancing” katanya. Semua kembali berfikir. Tiba-tiba Likah malah menyanyi,
                “Ayo goyang dumang biar hati senang pikiranpun tenang hati jadi riang, ayo goyang dumang...” DST langsung goyang dumang seiring lagu yang dinyanyikan Likah. Sedang Retno memandangnya lucu sambil menahan tawanya. Sungjong terbengong-bengong melihatnya. “Ya! Dance apa seperti itu, huh???!!” pekiknya. DSTL langsung berhenti.
              “Ya! Kenapa anda marah-marah. Kami memang tidak mengerti hal-hal seperti itu” sahut Sulis. “Menyebalkan!” umpat Difna dan Likah. “Seharusnya anda mengajari kami hal-hal dasarnya” kata Tari.
                Sungjong memandang mereka lemas. “Ya! Kalian ini benar-benar tidak bisa dance ya? Lihat nih, kayak aku dong!” kata Retno, lalu mulai menari.
                Ia melakukan dance awal no other Super Junior. Sungjong tersenyum senang. “Ne. Lihat itulah dance yang sebenarnya. No Other. Ddaebak” puji Sungjong. Yang lain ikut kagum melihatnya. “Ooh..ooh...ooh, ooh, ooh” ucap Retno dan tariannya malah berganti ke goyang pocho-pocho. Semua kembali ternganga. “Yeeeee!!! Sama aja!” DSTL berbareng. Sungjong sangat kesal melihatnya.
                “Ya! Kalian apa tidak bisa melakukan apa-apa?” emosinya memuncak. “Ya! Ajussi. Siapa yang menyuruh kami melakukan ini, huh? Kami memang bukan idol, dan kami tak ingin jadi idol” protes Retno tak kalah emosi. Sungjong pikir itu benar, memang mereka tidak tahu tentang rencana ini, dan rasanya memang salah mencari idol dengan cara seperti itu, ah, tapi ini adalah tantangannya, ia harus bisa melakukannya. “Kalau Anda ingin mencari idol, buatlah ajang pencarian bakat, bukan menipu orang seperti ini” sahut Difna. “Iya. Lagipula siapa yang mau dipaksa?” sambung Sulis. “Sebaiknya kembalikan passpor kami dan kami akan pulang” tambah Likah. “Betul itu. Jadi, anda akan tenang dan tidak marah-marah lagi, bisa-bisa darah tinggi” Tari ikut-ikutan.
                Sungjong menelan ludah. Kalau terus seperti ini, bisa-bisa ia jadi daging giling. “Aaa, ne, mianhae. Aku hanya sedang banyak pikiran. Aku percaya kalian bukanlah orang biasa, kalian akan menjadi idol, itu pasti. Kurasa memang teknik mengajarku salah. Baiklah, kita mulai dari dasar saja” Sungjong mengambil beberapa lembar kertas lalu menyerahkan pada mereka satu persatu.
                “Kalian harus mengisi ini, dan besok kumpulkan padaku. Dan juga, lihatlah beberapa video dalam CD ini. Sekarang kalian boleh pulang. Fighting!” Sungjong langsung pergi. “Ya! Ajussi. Neo michoseo? Kenapa kau yakin sekali, huh? Kami tidak mau melakukannya!” pekik Retno. “Jika kalian tidak melakukannya, maka kalian tidak akan pulang” ucap Sungjong sebelum ia benar-benar pergi. “Ya!” pekik Retno emosi.
                “Hahh. Ini mungkin lebih parah dari seorang Office Girl” umpat Difna. “Lik, sebaiknya kau hubungi Miss Sheilla, managermu, dia pasti bisa bantu” usul Sulis. “Betul juga” semua mengelilingi Likah.
                “Aku sudah mengiriminya pesan di WA, Line, Twitter, KakaoTalk. Semuanya belum dibalas” ucap Likah menunjukkan ponselnya. “Coba lihat lagi, siapa tahu sudah dibalas” kata Difna. Likah mengangguk dan mulai mengecek semua akun sosmednya.
                “Oh, ini...” girang Likah. “Mana-mana?” semua ikut melihatnya.
                ‘Apa? Bagaimana bisa?’
                ‘Tapi, jika dipikir-pikir, itu menguntungkan bagimu, kau bisa menjadi artis internasional. Coba pikirkan, kau akan dikenal oleh masyarakat dunia’
                ‘Kau jangan khawatir, jika itu benar, aku akan mengurusi semuanya. Akan kubuat surat perjanjian kerjasama dengan mereka, ini juga sangat menguntungkan bagi perusahaan’
                ‘Lakukan saja apa yang mereka suruh. Tak lama lagi aku akan datang kesana dan mengurus semuanya. Ok. Semangat My Princess’
                Semua terbengong membacanya. “Apa dia benar-benar seperti itu?” gumam Tari. “Tapi, dipikir-pikir Miss S benar juga. Popularitasku bisa meroket jika aku sudah menjadi bintang Asia” gumam Likah seakan setuju dengan hal itu.
                “Ah. Itu menurutmu. Kau bisa menambah popularitasmu karena ini memang sudah menjadi duniamu. Sulis, bisa melakukan pekerjaannya dimanapun, bahkan sambil tidur begitupun Difna, kalian bekerja tanpa peraturan terikat, sedang kami, kami terikat dengan perusahaan. Dan keprofesionalan kami jadi taruhannya” celoteh Retno. Tari mengangguk setuju.
                “Ya, tidak begitu juga” kata Sulis. “Sudah. Mau mendebatkan masalah ini sampe lumutan juga nggak akan nemu jalan keluarnya. Kita tetap tidak bisa pulang jika tidak melakukan ini” kata Likah. “Ternyata, kamu juga bisa berfikir seperti itu, ya?” ledek Difna.
                “Ahhh. Sudahlah, ayo kembali” ajak Tari. Semua hanya bisa pasrah.
                “Setidaknya kita masih bersama kan? kita akan berjuang bersama, seperti dulu” ucap Sulis. Difna dan Tari mengangguk setuju. Sedang Retno dan Likah hanya diam dan memandang datar jalan yang mereka lewati.

)()()()(Be Amazing Girls)()()()(

DSL duduk diruang tengah sambil memandangi kertas yang diberikan oleh Sungjong tadi.
“Lis, kamu ngerti nggak?” tanya Likah. Sulis menggeleng lalu mendesah.
“Kalau kamu, Dif?” Likah melemparkan pertanyaan pada Difna. Difna berfikir sambil memutar-mutar ponselnya. “Aaa, kita coba cari diinternet, gimana?” usulnya, membuat dua temannya itu memandangnya senang. “Iya. Coba-coba!” semangat Likah dan Sulis.
Mereka bertiga merapat dan menatap layar ponsel Difna dengan antusias. Sepertinya, mereka sudah mulai menerima persyaratan itu.
Sedang, Retno dan Tari duduk di bangku ayunan yang terletak di rooftop sambil memandang indahnya kota Seoul di malam hari. Tari juga sibuk memandangi kertas dari Sungjong tadi. Sedang Retno asyik meminum yogurtnya.
“Retno!” ucap Tari. “`Emm?” jawab Retno tanpa mengalihkan pandangannya.
“Kamu, kok jadi aneh, ya?” gumam Tari. Retno memandangnya heran. “Masa sih?” ucapnya, Tari mengangguk.
“Kamu, nggak kayak biasanya. Penuh semangat dan selalu antusias dengan apapun”
Retno hanya diam, pikirannya melayang pada kejadian 2 tahun lalu saat dia dituduh menyebarkan berita tentang hubungan Kyuhyun (Super Junior) dan Taeyeon (SNSD) yang membuatnya mendapat kecaman tajam dari para fans dan netizen, dan saat itu dia harus menghadapinya seorang diri. Mungkin itu adalah hal terburuk baginya dibanding jatuh kedalam jurang berbatu yang dalam.
“Retno! Hei, Retno!” Tari mengayunkan tangannya didepan Retno. “Oh?” Retno hanya tersenyum. “Ada apa?” tanya Tari. “Nggak ada. Aku hanya merasa takut. Dunia Entertainment, mungkin menjanjikan kita kenikmatan besar, tapi suatu saat juga menjadi ladang ranjau buat kita” gumamnya sambil memandang datar botol yogurtnya. Tari menepuk pundaknya pelan.
“Kenapa kau harus takut? Kita kan selalu bersama? Bukankah kau yang mengatakannya dulu? Bahwa selama kita bersama, tantangan seberat apapun akan mudah kita lalui. Iya, kan?” ujar Tari. Retno mengangguk. “Ya, aku ingat!”
“Ayolah! Kita harus tetap semangat! OK! Fighting!” seru Tari memberi semangat. Retno mengangkat tangannya yang mengepal kuat, “Semangat!”. Mereka berdua tersenyum lalu memandang kota dihadapan mereka.
---
Tak berapa lama kemudian, B1A4 pulang. DSL tengah frustasi karena tidak bisa mengisi jawaban pertanyaan-pertanyaan yang diberikan Sungjong.
Neowa hamkke georireul geotneunda gotneunda dasi hamkke gotneundamyeon” senandung Sandeul berhenti saat melihat DSL terkapar disofa. Begitupun yang lainnya.
“Ya! Apa yang kalian lakukan, eoh?” pekik Baro. DSL langsung duduk dan merapikan diri.
“Eoh? Sunbaenim sudah pulang ne?” ucap Sulis dengan senyum kikuk.
Ne. Kami baru pulang. Wae?” tanya Jinyoung dengan gaya dewasanya. “Ani. Uhm, sebaiknya Sunbaenim istirahat saja, pasti kalian lelah” Difna memberi isyarat kepada Sulis dan Likah, tapi mereka tidak mengerti. Sedang B1A4 menatap aneh tingkah mereka.
“Jinjja. Kalian aneh” umpat Sandeul yang langsung pergi kekamarnya, diikuti yang lain.
Sunbaenim, kami sudah membuatkan makan malam untuk kalian. Semuanya ada didapur!” kata Likah agak berteriak. Tapi tak mendapat respon dari 5 pemuda itu.
“Nah, ini rencananya” gumam Difna sambil menyentikkan jari. Sulis dan Likah tersenyum misterius.
---
Setelah selesai membersihkan diri, B1A4 menuju ruang makan, dan saat itu, Retno dan Tari baru turun dari rooftop.
“Oh? Sunbaenim sudah pulang?” ucap Tari. “Ne. Kalian sedang apa diatas sana?” tanya Jinyoung. “Unm, kami baru saja mencari udara segar dan menjawab soal-soal aneh ini” Tari menunjukkan kertas yang dibawanya.
“Soal? Boleh kulihat?” Baro mengambil kertas itu, lalu dibacanya sebagian, yang lain juga ikut melihatnya. “Tch. Soal ini? Hyung, soal ini kan?” Gongchan terkekeh. Begitupun yang lain. Retno dan Tari memandang mereka aneh.
“Aishh. Manager Kang masih saja begitu” Shinwoo duduk dikursi. “Jadi, Sunbaenim pernah mendapat soal-soal seperti ini juga saat trainee dulu?” Retno mendekati Jinyoung. “Ne. Wae?”.
“Chaa... Sunbaenim, tolong bantu kami, jebal!” mohon Tari. “Andwae!” B1A4 serempak. Tari dan Retno sangat kaget, kemudian mendesah. Mendengar ada keributan didapur DSL langsung beranjak menuju dapur.
Wae-waeyo?” gagap Tari.
“Ada apa?” tanya Sulis. Semua menatap DSL yang baru datang.
“Aish. Jangan-jangan kalian memasak ini untuk menyuap kami, ya?” seru Sandeul.
Aniyo, Sunbaenim. Ani” DSL hampir serempak, tapi B1A4 tetap memandang tak percaya. “Hhh, Sunbaenim, kalau tidak bisa memberi jawabannya, bagaimana kalau clue-clue saja? Eotte? Ne?, jebal!” mohon Tari.
Andwae!” pekik B1A4 semakin tegas, lalu mereka membawa makanan itu pergi. “Sunbaenim!” pekik DSTL. “Bukannya apa-apa, ya. Hanya saja ini adalah dasar menjadi seorang idol. Jadi, kalian harus mencoba menjawabnya sendiri, jika tidak menemukan jawaban dari segala sumber, jawablah dengan pengalaman atau hanya dengan keyakinan hatimu” tutur Shinwoo. “Geurae. Fighting!” sambung Jinyoung lalu mengikuti teman-temannya ke depan.
DSTL mendengus kecewa. Retno hanya memperhatikan mereka. ‘Benar-benar’ batinnya. “Ya. Coba kita lakukan apa yang dikatakan Shinwoo-sunbae, ayo!” Likah mengajak yang lain menuju kamar.
“Kau lihat. Bukankah Shinwoo-sunbae pantas jadi leader grup?” kata Tari pada Retno. “Apanya yang pantas. Ayo cepat. Aku sudah ngantuk” cuek Retno. “Ehh? Kita kan mau diskusi menjawab soal-soal ini” sahut Difna. “Aaa? Ya deh, ayo cepat selesaiin, lalu tidur”.
Mereka berlima pun masuk kamar. Dan segera menyelesaikan semua soal itu, yang pastinya dengan jawaban yang tidak masuk akal mungkin. Ya, itu hanya itu yang bisa mereka lakukan.

TBC


Hwooo...kayaknya makin ngaco deh. Author pamit dulu ya,.. anyeong ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Biasakan untuk memberi komentar untuk posting kami. sebagai bahan koreksi kami untuk menghidupkan blog ini. Let's Comment ^^