Kamis, 11 Juni 2015

Be Amazing Girl (Chapter 1)


Kim Hyuli Present

‘Be Amazing Girls’
DRSTL (Difna, Retno, Sulis, Likah, Tari) | B1A4 | Other
Fiction | Fight | Dreams
G
“Fanfic ini adalah fanfic seri keduaku setelah ‘A Short Journey of Daydream with KRY’ yang aku tulis dibuku. ini hanya sekedar fanfic, tidak bermaksud untuk menjelekkan pihak lain. Jadi, saya mohon maaf jika ada kata-kata yang tidak pantas”
RCL & Happy Reading ^^
-------------------------------------------

               
Sebuah kecelakaan yang indah 2 tahun lalu masih saja seperti mimpi bagi kami. Tersesat di negeri asing dan mendapat pengalaman yang tak ternilai, membuat kami DRSTL (Difna, Retno, Sulis, Tari dan Likah) menjadi teman yang sangat dekat.
                Ya. Kisah itu memang aneh dan sangat khayal bagi kebanyakan orang. Begitupun dengan kami dulu. Tapi, kini kami percaya akan keberuntungan, dan tak ada hal yang mustahil terjadi jika Tuhan sudah berkehendak.

)()()()(Be Amazing Girls)()()()(

                Retno dan Tari melanjutkan pekerjaannya di perusahaan Property milik  ayah Likah. Sulis adalah seorang penulis yang aktif, karyanya cukup banyak yang menjadi Best Seller di toko-toko buku. Difna adalah online shop owner, dia sangat populer di dunia online shop, apalagi bagi para pecinta Korean Style. Dan, Likah. Dia sekarang menjadi penyanyi yang cukup berbakat, setelah pulang dari Korea dulu, dia masuk ke sebuah agency ‘Synergism Entertainment’ dan menjadi artis seperti impiannya.
                Sudah seperti agenda rutin, ditengah kesibukan mereka, setiap hari libur kerja DRSTL selalu berkumpul untuk sekedar berbincang dan menjaga hubungan persahabatan mereka. Di cafe ‘Shine’, markas mereka. Begitupun hari ini.
                “Bener-bener. Aku juga mikir begitu. Jadi keputusannya, bulan ini kita liburan ke Raja Ampat Papua, nih?” ucap Tari penuh semangat.
                “Hn. Aku juga sudah bosen disini terus” kata Retno menimpali. “Eh. Tapi, emangnya kamu nggak ada job, Lik?” tanyanya pada temannya yang paling heboh itu.
                Likah masih asyik merapikan rambutnya. “Kayaknya nggak ada” ucapnya tanpa berpaling dari cermin pinky kesayangannya.
                3 orang itu sibuk membicarakan tentang rencana liburan, sedang dua lainnya tengah sibuk dengan PC masing-masing.
                “Dif..” panggil Retno.”Hmm” jawab Difna tanpa memandangnya. “Kamu bisa buat baju couple buat aku dan Tari, nggak?” tanya Retno. Difna memandangnya tanpa ekspresi. “Boleh” ucapnya setelahnya. “Mau model yang bagaimana? Ini. Pilih saja sendiri” tambahnya sambil menunjukkan tabnya. Retno, Tari dan Likah ikut melihatnya.
                “Kalau kalian beli di aku pasti aku kasih diskon gede. Ya, hitung-hitung kalian kan temen dekatku. Di jamin deh kualitasnya number 1 dan bukan barang KW” ceramah Difna.
                “Tch. Sudah berapa kali ya aku mendengarmu bilang seperti itu?” gumam Retno.
                “Gimana kalau diskonnya 100%? Kami kan temanmu” nego Tari.
                “Mana boleh begitu. Bisa bangkrut dong
                Nggak-nggak, aku kan hanya bercanda”
                “Oh. Ini bagus, cocok banget buat manggung” seru Likah. “Hwaa. Iya iya” sahut Tari menyetujui. “Hehh? Rencananya kan mau buat baju couple. Kok jadi baju manggung, sih?” gerutu Retno membuat Tari dan Likah cengingisan.
                Mereka berempat menyadari bahwa satu teman mereka tak terdengar suaranya sejak datang tadi. Ya, Sulis begitu fokus menatap layar laptopnya. Karena dia seorang penulis, selain pena dan kertas, laptop adalah barang berharganya. Sesekali hanya terdengar ia menyeruput jus alpukatnya.
                “Lis. Serius amat,sih? Kamu mau ikut liburan ke Papua, nggak?” tanya Likah. “Apa?” tanya Sulis yang masih fokus dengan laptopnya.
                “Mau ikut liburan ke Raja Ampat Papua, nggak?” ulang Likah sedikit lembut. “Nggak tahu, ya?” jawab Sulis. Likah hanya menggeleng melihat temannya yang satu itu.
                Mereka bertiga hanya memandangi dua temannya yang selalu saja sibuk walaupun di hari libur seperti ini. “Melihat mereka, rasanya kita nganggur, ya?”gumam Tari lirih. Retno hanya mengangguk pelan menanggapinya, lalu menyeruput sisa jusnya.
                Beberapa saat hening, hanya terdengar deru mesin kendaraan bermotor yang berlalu lalang di jalanan depan cafe. Tiba-tiba...
                “Yeaaah.. Kita menang!” teriak Sulis, membuat semua orang memandangnya heran. Setelah menyadari aksinya, ia jadi malu sendiri.
                “Kenapa sifat anehmu nggak hilang-hilang, sih?” gerutu Difna yang agak kaget karena memang dia yang duduk paling dekat dengan Sulis.
                “Tau, tuh. Ada apa lagi?” ketus Likah disambung anggukan Tari dan Retno dengan tatapan heran kepada Sulis yang hanya senyum-senyum nggak jelas.
                “Kita dapat kesempatan liburan ke Korea Selatan lagi. Ke Seoul” girangnya. “Apa?!”
Seru DRTL bersamaan.
                “Korsel? Lagi? Bagaimana bisa?” tanya Retno bertubi-tubi.
                “Iya?”
                “Jangan asal, deh”
                “Mau apa lagi kesana?”
                “Terus, gimana kalau kita tersesat lagi?”
                “Iya. Apa keberuntungan masih berpihak pada kita untuk kedua kalinya?”
                “Aku jadi tidak yakin”
                “Mungkin itu hanya penipuan”
                Komentar mereka bersahut-sahutan.
                “Tenang dulu. Biar kujelaskan” atur Sulis. Setelah memastikan semuanya tenang, ia mulai mengambil nafas.
                “Begini. Selama ini aku mengikuti undian berhadiah dari sebuah produk makanan K-Food. Awalnya aku hanya coba-coba, siapa tahu bisa ke Korea lagi dengan cuma-cuma. Dan, kebetulan, pemenang dapat mengajak anggota keluarganya, maksimal 5 orang. Tapi, syaratnya, jika dia wanita, maka semua anggota yang diajaknya juga harus wanita, begitupun sebaliknya. Jadinya, aku mendaftarkan semua nama kalian. Ternyata...”
                “Kau menang?” sahut Tari. Sulis mengangguk girang.
                “Hh. Ini aneh. Masa ada syarat seperti itu?” gumam Difna.
                “Aku nggak mau ikut, ah. Ntar jadi Office Girl lagi. No way!” tegas Likah sambil menyibak rambutnya. “Betul juga” setuju Difna.
                “Yahh. Masa ini di sia-siain, sih?” sedih Sulis.
                “Tapi, aku juga kangen sama Yeppa, sih. Jadi ingat saat aku sering di marahi gara-gara nggak membersihkan kamarnya dengan baik” gumam Retno.
                “Haa. Benar” sahut Sulis. “Jika kita kesana, kita bisa ketemu mereka lagi. Dan kamu pasti akan bertemu Kyuhyun Oppa lagi, Lik” tambahnya dengan semangat.
                “Betul juga, sih” gumam Likah yang terlihat mulai luluh. Semua ikut mengangguk mengiyakan.
                “Tapi, aku masih nggak enak. Maksudnya, aku merasa takut ketemu mereka lagi setelah semua skandal itu” ujar Tari. Mendengar itu, semuanya kembali bimbang.
                “Tapi,masalah itu kan sudah diselesaikan. Mereka juga sudah mengonfirmasinya dulu kalau bukan kita yang salah” kata Sulis mencoba meyakinkan. Semuanya berfikir. “Bagaimana?” tanyanya.
                “Mau gimana lagi? Daripada mubadzir, kan?” ucap Retno sambil tersenyum tipis. Sulis semakin semangat karena ada yang mendukungnya.
                “Un. Baiklah, aku ikut” ucap Tari.
                “Aku sih ikut aja. Sebenernya, aku juga kangen sama mereka” sahut Difna. Sulis tersenyum girang. “Lalu kamu, Lik?” tanyanya.
                “Aduh. Iya deh, aku ikut. Tapi, kalau hal itu terjadi lagi, kau harus tanggug jawab, Lis” tegas Likah.
                “OK. Yeay. Jadi, sudah diputuskan kita akan berlibur ke Seoul lagi. Yeay” sorak Sulis penuh kemenangan. Semua ikut gembira melihatnya.
                “Jadi, kita nggak liburan ke Raja Ampat bulan ini, dong?” sesal Tari lirih. Retno hanya mengangkat bahunya.
                Akankah mereka akan mendapat keberuntungan seperti dulu, atau malah sebaliknya? Rasanya ini seperti reinkarnasi saja. Tapi bedanya kehidupan orang yang bereinkarnasi terpaut jarak 200 tahun, sedang mereka hanya 2 tahun. Kita akan melihat kisah mereka.

)()()()(Be Amazing Girls)()()()(

                @Korea Selatan_Seoul Coffee Shop

                “Uhm. Ne Sajangnim
                “...”
                Ne. Ne. 2 hari lagi mereka akan datang”
                “...”
                Ne. Araseumnida. Gamsahamnida
                Seorang lelaki menutup sambungan teleponnya, lalu menyeruput sisa kopinya sambil melihat-lihat sebuah data beberapa orang dalam tabnya.
                “Jika mereka mahir berbahasa Korea, tak perlu memberikan kursus bahasa lagi. Ya, semoga mereka bisa diandalkan” gumamnya. Ia mengalihkan pandangannya ke sebuah brosur bertuliskan ‘WM Entertainment’. Setelah puas memandanginya, ia beranjak dari tempat itu menuju mobil silver miliknya. Tak butuh waktu lama, mobil itu sudah melaju kencang kejalanan kota Seoul.

)()()()(Be Amazing Girls)()()()(

                2 hari kemudian...

                “Siap berangkat?” tanya Sulis di depan Bandara Soekarno-Hatta.
                Kajja !” semangat Retno, Tari dan Difna. “Sudah, ayo” kata Likah sambil membenarkan letak kacamatanya. Mereka pun berendeng masuk kedalam bandara.
                “Jangan sampai semua barang, apalagi passpor kita hilang lagi” nasehat Retno.
                “Hh. Bukankah dulu itu juga salahmu?” sindir Likah. Retno menatapnya gemas.
                “Mulai deh” sahut Difna. “Kita kan teman. Lupakan saja masa lalu” tambah Tari.
                “Hal itu tidak akan terjadi lagi. Di bandara Incheon nanti kita akan dijemput oleh orang dari pihak perusahaan” ujar Sulis mencairkan suasana.
                “Aku harap dia bukan polisi Jung” ledek Retno. Semuanya tertawa.
                “Apalagi Lee Jongsuk” tambah Difna melirik Tari. “Apaan sih?” rutuk Tari malu-malu.
                Perjalanan udara pun dimulai.

                @Incheon Airport_Korea Selatan

                Lelaki yang sama seperti yang ada di Coffee Shop tengah sibuk menanti orang yang keluar dari pesawat asal Indonesia. Sesekali ia melihat jam tangannya.
                “Apa pesawatnya delayed?” gumamnya.
                15 menit kemudian, pesawat Air Asia Indonesia berhasil mendarat dengan mulus di daratan negeri ginseng itu. DRSTL turun dengan sumringah.
                “Seperti kembali ke masa lalu. Hwaa, ini benar-benar indah” gumam Difna. Sulis tersenyum bahagia. “Rasanya masih belum puas berkeliling kota ini dulu” ucapnya.
                “Tari. Apa kita bisa ketemu KRY dan Manajer Lee lagi?” tanya Retno lirih. “Mungkin saja. Eh, apa kita bermimpi lagi?” kata Tari. Yang lain tertawa lucu mendengarnya.
                “Helloo.. Ayo pergi dari sini. Nggak lihat tuh matahari sudah nyiapin panggangan untuk kita?” rutuk Likah sembari berjalan meninggalkan yang lain. “Aduh. Sang Princess takut gosong kayaknya” ledek Difna mengikuti Likah, disusul Sulis.
                “Um. Tari. Aku punya sedikit firasat buruk, nih” kata Retno. “Ya, kita berdoa saja semoga itu hanya firasat. Ayo” ajak Tari menyusul yang lain.
                Memasuki bandara, mereka berlima kembali bernostalgia. Mereka terlihat begitu merindukan hari-hari itu.
                “Beneran ada yang jemput?” tanya Likah.
                “Iya. Katanya dia akan mengangkat poster K-Foodnya” jawab Sulis sambil mengedarkan pandangannya. Sedang Difna, Retno dan Tari sibuk mengabadikan moment itu dengan kamera mereka.
                “Mana orangnya?” tanya Likah tak sabaran.
                “Jangan-jangan kita benar-benar ditipu?” sambung Retno.
                “Ah. Tidak mungkin. Aku sudah pastikan itu produk resmi. Jadi bukan penipuan” ujar Sulis. Yang lainnya saling berpandangan tak yakin.
                “K-Food!” seru Tari.
                “Mana?”
                Tari menunjuk sebuah kertas yang diangkat oleh seseorang diantara orang-orang yang sedang menjemput keluarga, teman ataupun rekan bisnisnya yang berdiri di belakang garis pembatas.
                “Benar. Mungkin itu orangnya” yakin Sulis. Mereka pun segera menghampiri orang itu.
                Anyeonghaseyo” sapa Sulis mengawali. Yang lainnya ikut membungkukkan badan. Pria bertubuh tinggi dengan kacamata dan jas silver dihadapan mereka memperhatikan mereka satu per satu. Dan, beberapa detik kemudian ia tersenyum ramah.
                “Jadi, kalian turis asal Indonesia, ne?” tanyanya.
                Ne” jawab DRSTL serempak.
                Keunde, Selamat datang di Seoul Korea Selatan. Saya pemandu wisata dari perusahaan K-Food. Kang Sungjong imnida” ujar orang itu memperkenalkan diri.
                Nan Sulis imnida
                “Likah imnida
                “Difna imnida
                Nan Retno imnida” , “Tari imnida
                Bangapseumnida” sahut mereka bergantian.
                “Oh, nama kalian aneh. Tapi, tidak masalah. Kajja menuju hotel yang kami sediakan untuk kalian menginap selama tour ini” Sungjong mengulas senyumnya. “Ne. Gamsahamnida” mereka berendeng mengikuti pria itu.
                “Kurasa ini bukan penipuan” bisik Retno. “Iya” setuju Tari ikut berbisik.
                “Kamu percaya, kan?” ucap Sulis percaya diri. “Iya. Iya aku percaya” ucap Likah.
                Sedang Difna masih saja disibukkan dengan akun instagramnya. ‘Aku berada di Seoul sekarang’ ketiknya melalui pesan langsung. Tak lama kemudian ada sebuah balasan, ‘Benarkah? Selamat datang. Mungkin kita bisa bertemu’. Membacanya Difna jadi senyum-senyum sendiri. “Turchan?” gumamnya sambil terus mengutak-atik ponselnya.
                ---------
                Kini mereka sudah sampai dihotel tempat mereka akan menginap selama tour berlangsung. Kang Sungjong yang akan menjadi pemandu wisata mereka berpamitan untuk pulang lebih dulu.
                “Semoga kalian betah tinggal disini. Dan besok pagi, kita akan mulai perjalanan kita pukul 9 kst. Anyeong!” pamitnya. “Ne. Arraseumnida. Gamsahamnida” serempak STR (Sulis, Tari, Retno). Sungjong pun pergi.
                ---
                “Yaahh? Ini kan hotel tempat kita menginap dulu? Ck. Apa hotel disini Cuma satu ini?” Likah memasukkan kopernya kedalam lemari.
                “Mungkin juga” singkat Difna tanpa melepas ponselnya. Mereka berdua sekamar, sedang STR dikamar yang lain.
                ---
                “Hwaa. Night view disini keren banget. Ya nggak?” tanya Retno yang berdiri di balkon kamar meminta persetujuan Tari dan Sulis.
                “Iya. Tidak kalah cantik saat kita melihatnya dari Rooftop” ucap Tari.
                “Aaa.. aku benar-benar merindukan tempat ini” gumam Sulis.
                “Hm. Eh, Thanks ya sudah mengajak kami kesini lagi. Dan maaf sudah sempat nggak percaya padamu” ujar Retno disambung anggukan Tari.
                “Siip. Nggak apa-apa lagi. Kan aku juga tidak pernah memberi tahu kalian tentang semua ini” jawab Sulis. Mereka saling tersenyum dan kemudian hening. Semua menikmati pemandangan malam kota Seoul yang memang sangat indah.
                ‘GRUGGHH’ terdengar suara lirih yang lucu.
                “Hei. Apa itu suara perutmu?” tanya Tari. Retno yang ditanya hanya nyengir. “Ada yang kelaparan, nih” ledek Sulis. “Ck. Kan kita belum makan sama sekali sejak dari bandara tadi” rutuk Retno. Mereka bertiga tertawa.
                Retno langsung menggandeng tangan sahabatnya itu. “Ayo kita cari makanan sambil jalan-jalan” ajaknya.
                “Hmm. Ide bagus”
                “Ayo!”
                “Sekalian saja ajak Difna dan Likah”
                “Baiklah kita temui mereka dulu” ucap Retno lalu membisikkan sesuatu pada dua temannya itu. Setelah itu mereka bertiga tersenyum misterius dan pergi menuju kamar Difna dan Likah.

                ‘TOK TOK TOK’
                “Siapa?” tanya Difna dari dalam kamar.
                “Pelayanan kamar” jawab orang yang ada diluar. Mereka adalah STR yang jahil,mereka menggunakan alat pengubah suara.
                Mianhamnida. Kami tidak membutuhkan apa-apa sekarang” sahut Likah.
                “Disini ada orang yang sedang mencari anda” kali ini Tari yang bicara.
                “Siapa? Ada perlu apa?” tanya Difna yang masih belum membukakan pintu.
                “HOOI ! Cepat keluar! Cepat kembalikan barang-barang kami!” Retno menggunakan suara pria yang besar dan menakutkan. Sedang didalam Likah dan Difna saling memandang bingung. “Siapa sih? Kembalikan barang apa?” gumam Likah. “Orang gila kali” ucap Difna.
                STR terus menggedor-gedor pintu sambil cekikikan.
                “Cepat keluar! Atau kudobrak pintu ini?!” teriak Retno masih dengan suara yang sama.
                “Aa.. iya, iya. Chakkaman” jawab Likah sambil mendorong Difna agar membukakan pintu. “Kamu saja” tolak Difna, mereka saling dorong untuk membuka pintu.
                “Bareng, deh” putus Likah. Mereka pun membuka pelan-pelan pintu itu.
                “Cepat sembunyi!” bisik Sulis memberi isyarat, mereka pun bersembunyi dibalik tembok.
                “Ha? nggak ada orang” ucap Difna sambil mengedarkan pandangannya kekanan kiri dan hanya mendapati lorong yang sepi. “Jangan bohong, Dif” ucap Likah yang sudah ketakutan.
                “Beneran. Lihat aja sendiri” kata Difna. Mereka berdua jadi merinding. Sedang STR yang masih sembunyi, mengintip mereka sambil cekikikan. Difna dan Likah hampir masuk lagi, STR pun keluar.
                “Hei! Ayo kita jalan-jalan!” seru Tari, membuat Difna dan Likah kaget, dan ekspresi mereka sangat aneh dan lucu. “AHAHAHA” Tawa SRT bersamaan.
                “Jadi, kalian? Aisshh” geram Likah. “Wah, benar-benar. Jantungku udah mau copot tadi” sambung Difna.
                “Iya. Iya maaf. Ayo kita keluar menikmati suasana malam kota Seoul” kata Sulis.
                “Ah. Nggak, ah. Aku masih capek” tolak Likah.
                “Ayolah. Sekalian cari makan. Memangnya kalian nggak laper?” bujuk Retno.
                “Un. Kita juga bisa bernostalgia dengan tempat ini” tambah Tari.
                “Ayolah” pinta STR.
                “OK. Aku ikut” kata Difna akhirnya. Likah masih diam tak memberi jawaban.
                “Ah, kelamaan. Ayo!” DRST langsung menggiring Likah pergi.
                ---
                Kini mereka sudah berada disebuah kedai pinggir jalan menikmati ddeobeoki (kue beras_makanan khas Korea Selatan) dan juga baso ikan.
                “Ini seperti adegan di drama-drama, ya? Kumpul bareng temen-temen di tempat seperti ini” gumam Tari. Retno dan Sulis mengangguk sambil melahap makanan mereka.
                “Kedai kaki lima disini tertib banget, ya? Nggak kayak di Jakarta” ucap Likah. Semua memandangnya heran, karena tidak biasa satu teman mereka yang ini peduli dengan hal disekitarnya. “Kenapa?” tanya Likah. Semua hanya menggeleng membuat Likah bingung. “Dasar aneh” umpatnya. Merekapun kembali menikmati makan malam mereka.
                ---
                Setelah selesai makan, mereka berjalan-jalan sebentar untuk menikmati suasana malam kota Seoul.
                Retno dan Difna pergi ketoilet umum, sementara STL (Sulis, Tari, Likah) menunggu mereka di halte bus.
                “Lama banget mereka?” kesal Likah tak sabaran. Tari dan Sulis memilih diam dan memperhatikan kendaraan yang berlalu lalang.
                “Heii ! maaf ya lama” teriak Difna dan Retno sambil berlari kecil menghampiri STL. Semua memandang mereka berdua kesal. Tapi mereka malah cengingisan.
                “Ah. Aku punya sesuatu untukmu, Lis” kata Difna tersenyum lebar, begitupun Retno.
                “Apa?” tanya Sulis penasaran.
                “Jeng.. Jeng” ucap Difna menunjukkan sebuah poster. Semua membulatkan matanya, sedang Difna dan Retno tetap tersenyum lebar.
                “49 Days. Nam Gyuri. Jung Illwoo...” baca Tari. Sedang Sulis hanya memandanginya saja.
                “Cie..cie.. Pangeranmu sudah jadi aktor terkenal, tuh” ledek Likah.
                “Apa-apaan sih?” ucap Sulis malu-malu. “Dimana kalian dapat ini?” tambahnya.
                “Ada deh. Ini untukmu. Simpan baik-baik ya. OK” kata Difna menyerahkan poster itu.
                “Tapi...?”
                “Sudah. Jangan sungkan. Jangan malu-malu” ucap Retno sambil terkikik. Sulis pun menerimanya, keempat yang lain menahan tawa mereka.
                “Sudah. Ayo lanjut” ajak Likah.
                Kajja” semangat mereka semua melanjutkan jalan-jalannya.
                Tak berapa lama berjalan, mereka mendengar sayup-sayup suara musik dan orang menyanyi. Karena penasaran, mereka pun mencari asal suara itu. Tak lama kemudian, mereka melihat segerombol orang bersorak mengelilingi para penyanyi itu. Mereka berlima pun ikut melihatnya.
                Setelah berdesak-desakkan dengan orang-orang disitu, mereka berlima pun mendapat tempat paling depan, sehingga dapat melihat jelas para penyanyi itu. 5 pemuda korea yang, ya, sebagaimana pemuda-pemuda Seoul yang bertalenta. Mereka menyanyi dan menari dengan energic. Membuat mereka berlima memandang kagum pada para pemuda itu.
                Amazing – B1A4
                Riuh tepuk tangan bergemuruh sesaat setelah para pemuda itu menyelesaikan lagunya. “B1A4 ! B1A4 !” teriak orang-orang itu. DRSTL yang tidak tahu apa-apa hanya diam memperhatikan mereka.
                “Apa mereka boyband?” gumam Tari lirih. Difna dan Sulis menatap mereka dengan mata berbinar. Sedang Likah dan Retno hanya diam, entah apa yang mereka pikirkan.
                Kelima pemuda itu menyapa semua orang yang ada disitu dengan ramah. Senyuman mereka, suara mereka, sapaan mereka, membuat semua yang ada disitu, terutama wanita yang kebanyakan adalah gadis sekolah, meleleh. Mungkin mereka adalah idol grup yang sudah cukup terkenal.
                Tiba-tiba Tari ditarik oleh salah satu dari mereka yang sepertinya adalah Rapper dari grup itu. Melihat itu semua bersorak iri, begitupun DRSL. Tari hanya menunduk sambil menunduk malu.
                “Siapa namamu?” tanya seorang lagi yang berambut kecoklatan. “T-t-tari imnida” jawab Tari gagap.
                “A.. ne” pemuda itu mengangguk. “Tari-ssi. Diantara kami siapa yang kau suka?”.
                Ne?” Tari menatap semua pemuda itu, lalu kearah penonton dan juga teman-temannya. Semua menatapnya seakan menunggu jawaban. Sedang dia sendiri tidak tahu apa-apa, siapa mereka. Dengan takut dan ragu, ia pun menunjuk pemuda yang menariknya tadi.
                “Hwaa... Baro” girang 4 pemuda yang lainnya. Sedang yang dipanggil Baro itu menunjukkan senyumnya. Tari tersenyum malu lalu kembali ketempatnya. Setelah itu mereka menarik lagi beberapa orang. Ya, mungkin untuk lebih dekat dengan para fansnya. Tapi, hal ini membuat semua saling dorong hanya untuk mendapat kesempatan berjabat tangan dengan idola mereka.
                Likah yang sudah tidak tahan langsung keluar dari kerumunan itu, begitupun Retno. Namun, belum sempat ia keluar seseorang mendorongnya dengan keras dari belakang membuatnya tersungkur.
                “Auhh. Issshhh” kesalnya. Ia mendapati sebuah sepatu dihadapannya, perlahan ia mengangkat kepalanya. Dan terlihat jelas seorang pemuda, yang berdiri dan menatapnya heran. Tidak, tapi dengan tatapan sombong.
                TBC...
               
                Author undur diri. Comment please !!! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Biasakan untuk memberi komentar untuk posting kami. sebagai bahan koreksi kami untuk menghidupkan blog ini. Let's Comment ^^