‘Be
Amazing Girls’
DRSTL
(Difna, Retno, Sulis, Likah, Tari) | B1A4 | Other
Fiction
| Fight | Dreams
G
“Fanfic
ini adalah fanfic seri keduaku setelah ‘A Short Journey of Daydream with KRY’
yang aku tulis dibuku. ini hanya sekedar fanfic, tidak bermaksud untuk
menjelekkan pihak lain. Jadi, saya mohon maaf jika ada kata-kata yang tidak
pantas”
RCL
& Happy Reading ^^
Sebuah kecelakaan yang indah 2 tahun lalu
masih saja seperti mimpi bagi kami. Tersesat di negeri asing dan mendapat
pengalaman yang tak ternilai, membuat kami DRSTL (Difna, Retno, Sulis, Tari dan
Likah) menjadi teman yang sangat dekat.
Ya. Kisah itu memang aneh dan
sangat khayal bagi kebanyakan orang. Begitupun dengan kami dulu. Tapi, kini
kami percaya akan keberuntungan, dan tak ada hal yang mustahil terjadi jika
Tuhan sudah berkehendak.
)()()()(Be
Amazing Girls)()()()(
Retno
dan Tari melanjutkan pekerjaannya di perusahaan Property milik ayah Likah. Sulis adalah seorang penulis yang
aktif, karyanya cukup banyak yang menjadi Best Seller di toko-toko buku.
Difna adalah online shop owner, dia sangat populer di dunia online shop,
apalagi bagi para pecinta Korean Style. Dan, Likah. Dia sekarang menjadi
penyanyi yang cukup berbakat, setelah pulang dari Korea dulu, dia masuk ke
sebuah agency ‘Synergism Entertainment’ dan menjadi artis seperti
impiannya.
Sudah
seperti agenda rutin, ditengah kesibukan mereka, setiap hari libur kerja DRSTL
selalu berkumpul untuk sekedar berbincang dan menjaga hubungan persahabatan
mereka. Di cafe ‘Shine’, markas mereka. Begitupun hari ini.
“Bener-bener.
Aku juga mikir begitu. Jadi keputusannya, bulan ini kita liburan ke Raja Ampat
Papua, nih?” ucap Tari penuh semangat.
“Hn.
Aku juga sudah bosen disini terus” kata Retno menimpali. “Eh. Tapi, emangnya
kamu nggak ada job, Lik?” tanyanya pada temannya yang paling
heboh itu.
Likah
masih asyik merapikan rambutnya. “Kayaknya nggak ada” ucapnya tanpa
berpaling dari cermin pinky kesayangannya.
3
orang itu sibuk membicarakan tentang rencana liburan, sedang dua lainnya tengah
sibuk dengan PC masing-masing.
“Dif..”
panggil Retno.”Hmm” jawab Difna tanpa memandangnya. “Kamu bisa buat baju couple
buat aku dan Tari, nggak?” tanya Retno. Difna memandangnya tanpa ekspresi.
“Boleh” ucapnya setelahnya. “Mau model yang bagaimana? Ini. Pilih saja sendiri”
tambahnya sambil menunjukkan tabnya. Retno, Tari dan Likah ikut melihatnya.
“Kalau
kalian beli di aku pasti aku kasih diskon gede. Ya, hitung-hitung kalian
kan temen dekatku. Di jamin deh kualitasnya number 1 dan bukan
barang KW” ceramah Difna.
“Tch.
Sudah berapa kali ya aku mendengarmu bilang seperti itu?” gumam Retno.
“Gimana
kalau diskonnya 100%? Kami kan temanmu” nego Tari.
“Mana
boleh begitu. Bisa bangkrut dong”
“Nggak-nggak,
aku kan hanya bercanda”
“Oh.
Ini bagus, cocok banget buat manggung” seru Likah. “Hwaa. Iya iya” sahut Tari
menyetujui. “Hehh? Rencananya kan mau buat baju couple. Kok jadi
baju manggung, sih?” gerutu Retno membuat Tari dan Likah cengingisan.
Mereka
berempat menyadari bahwa satu teman mereka tak terdengar suaranya sejak datang
tadi. Ya, Sulis begitu fokus menatap layar laptopnya. Karena dia seorang
penulis, selain pena dan kertas, laptop adalah barang berharganya. Sesekali
hanya terdengar ia menyeruput jus alpukatnya.
“Lis.
Serius amat,sih? Kamu mau ikut liburan ke Papua, nggak?” tanya
Likah. “Apa?” tanya Sulis yang masih fokus dengan laptopnya.
“Mau
ikut liburan ke Raja Ampat Papua, nggak?” ulang Likah sedikit lembut.
“Nggak tahu, ya?” jawab Sulis. Likah hanya menggeleng melihat temannya yang
satu itu.
Mereka
bertiga hanya memandangi dua temannya yang selalu saja sibuk walaupun di hari
libur seperti ini. “Melihat mereka, rasanya kita nganggur, ya?”gumam
Tari lirih. Retno hanya mengangguk pelan menanggapinya, lalu menyeruput sisa
jusnya.
Beberapa
saat hening, hanya terdengar deru mesin kendaraan bermotor yang berlalu lalang
di jalanan depan cafe. Tiba-tiba...
“Yeaaah..
Kita menang!” teriak Sulis, membuat semua orang memandangnya heran. Setelah
menyadari aksinya, ia jadi malu sendiri.
“Kenapa
sifat anehmu nggak hilang-hilang, sih?” gerutu Difna yang agak
kaget karena memang dia yang duduk paling dekat dengan Sulis.
“Tau,
tuh. Ada apa lagi?” ketus Likah disambung anggukan Tari dan Retno dengan
tatapan heran kepada Sulis yang hanya senyum-senyum nggak jelas.
“Kita
dapat kesempatan liburan ke Korea Selatan lagi. Ke Seoul” girangnya. “Apa?!”
Seru DRTL bersamaan.
“Korsel?
Lagi? Bagaimana bisa?” tanya Retno bertubi-tubi.
“Iya?”
“Jangan
asal, deh”
“Mau
apa lagi kesana?”
“Terus,
gimana kalau kita tersesat lagi?”
“Iya.
Apa keberuntungan masih berpihak pada kita untuk kedua kalinya?”
“Aku
jadi tidak yakin”
“Mungkin
itu hanya penipuan”
Komentar
mereka bersahut-sahutan.
“Tenang
dulu. Biar kujelaskan” atur Sulis. Setelah memastikan semuanya tenang, ia mulai
mengambil nafas.
“Begini.
Selama ini aku mengikuti undian berhadiah dari sebuah produk makanan K-Food.
Awalnya aku hanya coba-coba, siapa tahu bisa ke Korea lagi dengan cuma-cuma.
Dan, kebetulan, pemenang dapat mengajak anggota keluarganya, maksimal 5 orang.
Tapi, syaratnya, jika dia wanita, maka semua anggota yang diajaknya juga harus
wanita, begitupun sebaliknya. Jadinya, aku mendaftarkan semua nama kalian.
Ternyata...”
“Kau
menang?” sahut Tari. Sulis mengangguk girang.
“Hh.
Ini aneh. Masa ada syarat seperti itu?” gumam Difna.
“Aku
nggak mau ikut, ah. Ntar jadi Office Girl lagi. No
way!” tegas Likah sambil menyibak rambutnya. “Betul juga” setuju Difna.
“Yahh.
Masa ini di sia-siain, sih?” sedih Sulis.
“Tapi,
aku juga kangen sama Yeppa, sih. Jadi ingat saat aku sering di marahi
gara-gara nggak membersihkan kamarnya dengan baik” gumam Retno.
“Haa.
Benar” sahut Sulis. “Jika kita kesana, kita bisa ketemu mereka lagi. Dan kamu
pasti akan bertemu Kyuhyun Oppa lagi, Lik” tambahnya dengan semangat.
“Betul
juga, sih” gumam Likah yang terlihat mulai luluh. Semua ikut mengangguk
mengiyakan.
“Tapi,
aku masih nggak enak. Maksudnya, aku merasa takut ketemu mereka lagi
setelah semua skandal itu” ujar Tari. Mendengar itu, semuanya kembali bimbang.
“Tapi,masalah
itu kan sudah diselesaikan. Mereka juga sudah mengonfirmasinya dulu
kalau bukan kita yang salah” kata Sulis mencoba meyakinkan. Semuanya berfikir.
“Bagaimana?” tanyanya.
“Mau
gimana lagi? Daripada mubadzir, kan?” ucap Retno sambil tersenyum tipis.
Sulis semakin semangat karena ada yang mendukungnya.
“Un.
Baiklah, aku ikut” ucap Tari.
“Aku
sih ikut aja. Sebenernya, aku juga kangen sama mereka” sahut
Difna. Sulis tersenyum girang. “Lalu kamu, Lik?” tanyanya.
“Aduh.
Iya deh, aku ikut. Tapi, kalau hal itu terjadi lagi, kau harus tanggug
jawab, Lis” tegas Likah.
“OK.
Yeay. Jadi, sudah diputuskan kita akan berlibur ke Seoul lagi. Yeay” sorak
Sulis penuh kemenangan. Semua ikut gembira melihatnya.
“Jadi,
kita nggak liburan ke Raja Ampat bulan ini, dong?” sesal Tari
lirih. Retno hanya mengangkat bahunya.
Akankah
mereka akan mendapat keberuntungan seperti dulu, atau malah sebaliknya? Rasanya
ini seperti reinkarnasi saja. Tapi bedanya kehidupan orang yang bereinkarnasi
terpaut jarak 200 tahun, sedang mereka hanya 2 tahun. Kita akan melihat
kisah mereka.
)()()()(Be
Amazing Girls)()()()(
@Korea
Selatan_Seoul Coffee Shop
“Uhm.
Ne Sajangnim”
“...”
“Ne.
Ne. 2 hari lagi mereka akan datang”
“...”
“Ne.
Araseumnida. Gamsahamnida”
Seorang
lelaki menutup sambungan teleponnya, lalu menyeruput sisa kopinya sambil
melihat-lihat sebuah data beberapa orang dalam tabnya.
“Jika
mereka mahir berbahasa Korea, tak perlu memberikan kursus bahasa lagi. Ya, semoga
mereka bisa diandalkan” gumamnya. Ia mengalihkan pandangannya ke sebuah brosur
bertuliskan ‘WM Entertainment’. Setelah puas memandanginya, ia beranjak
dari tempat itu menuju mobil silver miliknya. Tak butuh waktu lama, mobil itu
sudah melaju kencang kejalanan kota Seoul.
)()()()(Be
Amazing Girls)()()()(
2
hari kemudian...
“Siap
berangkat?” tanya Sulis di depan Bandara Soekarno-Hatta.
“Kajja
!” semangat Retno, Tari dan Difna. “Sudah, ayo” kata Likah sambil membenarkan
letak kacamatanya. Mereka pun berendeng masuk kedalam bandara.
“Jangan
sampai semua barang, apalagi passpor kita hilang lagi” nasehat Retno.
“Hh.
Bukankah dulu itu juga salahmu?” sindir Likah. Retno menatapnya gemas.
“Mulai
deh” sahut Difna. “Kita kan teman. Lupakan saja masa lalu” tambah Tari.
“Hal
itu tidak akan terjadi lagi. Di bandara Incheon nanti kita akan dijemput oleh
orang dari pihak perusahaan” ujar Sulis mencairkan suasana.
“Aku
harap dia bukan polisi Jung” ledek Retno. Semuanya tertawa.
“Apalagi
Lee Jongsuk” tambah Difna melirik Tari. “Apaan sih?” rutuk Tari
malu-malu.
Perjalanan
udara pun dimulai.
@Incheon
Airport_Korea Selatan
Lelaki
yang sama seperti yang ada di Coffee Shop tengah sibuk menanti orang
yang keluar dari pesawat asal Indonesia. Sesekali ia melihat jam tangannya.
“Apa
pesawatnya delayed?” gumamnya.
15
menit kemudian, pesawat Air Asia Indonesia berhasil mendarat dengan mulus di
daratan negeri ginseng itu. DRSTL turun dengan sumringah.
“Seperti
kembali ke masa lalu. Hwaa, ini benar-benar indah” gumam Difna. Sulis tersenyum
bahagia. “Rasanya masih belum puas berkeliling kota ini dulu” ucapnya.
“Tari.
Apa kita bisa ketemu KRY dan Manajer Lee lagi?” tanya Retno lirih. “Mungkin
saja. Eh, apa kita bermimpi lagi?” kata Tari. Yang lain tertawa lucu
mendengarnya.
“Helloo..
Ayo pergi dari sini. Nggak lihat tuh matahari sudah nyiapin
panggangan untuk kita?” rutuk Likah sembari berjalan meninggalkan yang lain.
“Aduh. Sang Princess takut gosong kayaknya” ledek Difna mengikuti Likah,
disusul Sulis.
“Um.
Tari. Aku punya sedikit firasat buruk, nih” kata Retno. “Ya, kita berdoa
saja semoga itu hanya firasat. Ayo” ajak Tari menyusul yang lain.
Memasuki
bandara, mereka berlima kembali bernostalgia. Mereka terlihat begitu
merindukan hari-hari itu.
“Beneran
ada yang jemput?” tanya Likah.
“Iya.
Katanya dia akan mengangkat poster K-Foodnya” jawab Sulis sambil mengedarkan
pandangannya. Sedang Difna, Retno dan Tari sibuk mengabadikan moment itu dengan
kamera mereka.
“Mana
orangnya?” tanya Likah tak sabaran.
“Jangan-jangan
kita benar-benar ditipu?” sambung Retno.
“Ah.
Tidak mungkin. Aku sudah pastikan itu produk resmi. Jadi bukan penipuan” ujar
Sulis. Yang lainnya saling berpandangan tak yakin.
“K-Food!”
seru Tari.
“Mana?”
Tari
menunjuk sebuah kertas yang diangkat oleh seseorang diantara orang-orang yang
sedang menjemput keluarga, teman ataupun rekan bisnisnya yang berdiri di
belakang garis pembatas.
“Benar.
Mungkin itu orangnya” yakin Sulis. Mereka pun segera menghampiri orang itu.
“Anyeonghaseyo”
sapa Sulis mengawali. Yang lainnya ikut membungkukkan badan. Pria bertubuh
tinggi dengan kacamata dan jas silver dihadapan mereka memperhatikan mereka
satu per satu. Dan, beberapa detik kemudian ia tersenyum ramah.
“Jadi,
kalian turis asal Indonesia, ne?” tanyanya.
“Ne”
jawab DRSTL serempak.
“Keunde,
Selamat datang di Seoul Korea Selatan. Saya pemandu wisata dari perusahaan
K-Food. Kang Sungjong imnida” ujar orang itu memperkenalkan diri.
“Nan
Sulis imnida”
“Likah
imnida”
“Difna
imnida”
“Nan
Retno imnida” , “Tari imnida”
“Bangapseumnida”
sahut mereka bergantian.
“Oh,
nama kalian aneh. Tapi, tidak masalah. Kajja menuju hotel yang kami sediakan
untuk kalian menginap selama tour ini” Sungjong mengulas senyumnya. “Ne.
Gamsahamnida” mereka berendeng mengikuti pria itu.
“Kurasa
ini bukan penipuan” bisik Retno. “Iya” setuju Tari ikut berbisik.
“Kamu
percaya, kan?” ucap Sulis percaya diri. “Iya. Iya aku percaya” ucap
Likah.
Sedang
Difna masih saja disibukkan dengan akun instagramnya. ‘Aku berada di Seoul
sekarang’ ketiknya melalui pesan langsung. Tak lama kemudian ada sebuah
balasan, ‘Benarkah? Selamat datang. Mungkin kita bisa bertemu’. Membacanya
Difna jadi senyum-senyum sendiri. “Turchan?” gumamnya sambil terus
mengutak-atik ponselnya.
---------
Kini
mereka sudah sampai dihotel tempat mereka akan menginap selama tour
berlangsung. Kang Sungjong yang akan menjadi pemandu wisata mereka berpamitan
untuk pulang lebih dulu.
“Semoga
kalian betah tinggal disini. Dan besok pagi, kita akan mulai perjalanan kita
pukul 9 kst. Anyeong!” pamitnya. “Ne. Arraseumnida. Gamsahamnida”
serempak STR (Sulis, Tari, Retno). Sungjong pun pergi.
---
“Yaahh?
Ini kan hotel tempat kita menginap dulu? Ck. Apa hotel disini Cuma satu ini?”
Likah memasukkan kopernya kedalam lemari.
“Mungkin
juga” singkat Difna tanpa melepas ponselnya. Mereka berdua sekamar, sedang STR
dikamar yang lain.
---
“Hwaa.
Night view disini keren banget. Ya nggak?” tanya Retno yang berdiri
di balkon kamar meminta persetujuan Tari dan Sulis.
“Iya.
Tidak kalah cantik saat kita melihatnya dari Rooftop” ucap Tari.
“Aaa..
aku benar-benar merindukan tempat ini” gumam Sulis.
“Hm.
Eh, Thanks ya sudah mengajak kami kesini lagi. Dan maaf sudah sempat nggak
percaya padamu” ujar Retno disambung anggukan Tari.
“Siip.
Nggak apa-apa lagi. Kan aku juga tidak pernah memberi tahu kalian
tentang semua ini” jawab Sulis. Mereka saling tersenyum dan kemudian hening.
Semua menikmati pemandangan malam kota Seoul yang memang sangat indah.
‘GRUGGHH’
terdengar suara lirih yang lucu.
“Hei.
Apa itu suara perutmu?” tanya Tari. Retno yang ditanya hanya nyengir. “Ada yang
kelaparan, nih” ledek Sulis. “Ck. Kan kita belum makan sama
sekali sejak dari bandara tadi” rutuk Retno. Mereka bertiga tertawa.
Retno
langsung menggandeng tangan sahabatnya itu. “Ayo kita cari makanan sambil
jalan-jalan” ajaknya.
“Hmm.
Ide bagus”
“Ayo!”
“Sekalian
saja ajak Difna dan Likah”
“Baiklah
kita temui mereka dulu” ucap Retno lalu membisikkan sesuatu pada dua temannya
itu. Setelah itu mereka bertiga tersenyum misterius dan pergi menuju kamar
Difna dan Likah.
‘TOK
TOK TOK’
“Siapa?”
tanya Difna dari dalam kamar.
“Pelayanan
kamar” jawab orang yang ada diluar. Mereka adalah STR yang jahil,mereka
menggunakan alat pengubah suara.
“Mianhamnida.
Kami tidak membutuhkan apa-apa sekarang” sahut Likah.
“Disini
ada orang yang sedang mencari anda” kali ini Tari yang bicara.
“Siapa?
Ada perlu apa?” tanya Difna yang masih belum membukakan pintu.
“HOOI
! Cepat keluar! Cepat kembalikan barang-barang kami!” Retno menggunakan suara
pria yang besar dan menakutkan. Sedang didalam Likah dan Difna saling memandang
bingung. “Siapa sih? Kembalikan barang apa?” gumam Likah. “Orang gila
kali” ucap Difna.
STR
terus menggedor-gedor pintu sambil cekikikan.
“Cepat
keluar! Atau kudobrak pintu ini?!” teriak Retno masih dengan suara yang sama.
“Aa..
iya, iya. Chakkaman” jawab Likah sambil mendorong Difna agar membukakan
pintu. “Kamu saja” tolak Difna, mereka saling dorong untuk membuka pintu.
“Bareng,
deh” putus Likah. Mereka pun membuka pelan-pelan pintu itu.
“Cepat
sembunyi!” bisik Sulis memberi isyarat, mereka pun bersembunyi dibalik tembok.
“Ha?
nggak ada orang” ucap Difna sambil mengedarkan pandangannya kekanan kiri
dan hanya mendapati lorong yang sepi. “Jangan bohong, Dif” ucap Likah yang
sudah ketakutan.
“Beneran.
Lihat aja sendiri” kata Difna. Mereka berdua jadi merinding. Sedang STR yang
masih sembunyi, mengintip mereka sambil cekikikan. Difna dan Likah hampir masuk
lagi, STR pun keluar.
“Hei!
Ayo kita jalan-jalan!” seru Tari, membuat Difna dan Likah kaget, dan ekspresi
mereka sangat aneh dan lucu. “AHAHAHA” Tawa SRT bersamaan.
“Jadi,
kalian? Aisshh” geram Likah. “Wah, benar-benar. Jantungku udah mau copot tadi”
sambung Difna.
“Iya.
Iya maaf. Ayo kita keluar menikmati suasana malam kota Seoul” kata Sulis.
“Ah.
Nggak, ah. Aku masih capek” tolak Likah.
“Ayolah.
Sekalian cari makan. Memangnya kalian nggak laper?” bujuk Retno.
“Un.
Kita juga bisa bernostalgia dengan tempat ini” tambah Tari.
“Ayolah”
pinta STR.
“OK.
Aku ikut” kata Difna akhirnya. Likah masih diam tak memberi jawaban.
“Ah,
kelamaan. Ayo!” DRST langsung menggiring Likah pergi.
---
Kini
mereka sudah berada disebuah kedai pinggir jalan menikmati ddeobeoki
(kue beras_makanan khas Korea Selatan) dan juga baso ikan.
“Ini
seperti adegan di drama-drama, ya? Kumpul bareng temen-temen di tempat seperti
ini” gumam Tari. Retno dan Sulis mengangguk sambil melahap makanan mereka.
“Kedai
kaki lima disini tertib banget, ya? Nggak kayak di Jakarta” ucap Likah.
Semua memandangnya heran, karena tidak biasa satu teman mereka yang ini peduli
dengan hal disekitarnya. “Kenapa?” tanya Likah. Semua hanya menggeleng membuat
Likah bingung. “Dasar aneh” umpatnya. Merekapun kembali menikmati makan malam
mereka.
---
Setelah
selesai makan, mereka berjalan-jalan sebentar untuk menikmati suasana malam
kota Seoul.
Retno
dan Difna pergi ketoilet umum, sementara STL (Sulis, Tari, Likah) menunggu
mereka di halte bus.
“Lama
banget mereka?” kesal Likah tak sabaran. Tari dan Sulis memilih diam dan
memperhatikan kendaraan yang berlalu lalang.
“Heii
! maaf ya lama” teriak Difna dan Retno sambil berlari kecil menghampiri STL.
Semua memandang mereka berdua kesal. Tapi mereka malah cengingisan.
“Ah.
Aku punya sesuatu untukmu, Lis” kata Difna tersenyum lebar, begitupun Retno.
“Apa?”
tanya Sulis penasaran.
“Jeng..
Jeng” ucap Difna menunjukkan sebuah poster. Semua membulatkan matanya, sedang
Difna dan Retno tetap tersenyum lebar.
“49
Days. Nam Gyuri. Jung Illwoo...” baca Tari. Sedang Sulis hanya memandanginya
saja.
“Cie..cie..
Pangeranmu sudah jadi aktor terkenal, tuh” ledek Likah.
“Apa-apaan
sih?” ucap Sulis malu-malu. “Dimana kalian dapat ini?” tambahnya.
“Ada
deh. Ini untukmu. Simpan baik-baik ya. OK” kata Difna menyerahkan poster
itu.
“Tapi...?”
“Sudah.
Jangan sungkan. Jangan malu-malu” ucap Retno sambil terkikik. Sulis pun
menerimanya, keempat yang lain menahan tawa mereka.
“Sudah.
Ayo lanjut” ajak Likah.
“Kajja”
semangat mereka semua melanjutkan jalan-jalannya.
Tak
berapa lama berjalan, mereka mendengar sayup-sayup suara musik dan orang
menyanyi. Karena penasaran, mereka pun mencari asal suara itu. Tak lama
kemudian, mereka melihat segerombol orang bersorak mengelilingi para penyanyi
itu. Mereka berlima pun ikut melihatnya.
Setelah
berdesak-desakkan dengan orang-orang disitu, mereka berlima pun mendapat tempat
paling depan, sehingga dapat melihat jelas para penyanyi itu. 5 pemuda korea
yang, ya, sebagaimana pemuda-pemuda Seoul yang bertalenta. Mereka menyanyi dan
menari dengan energic. Membuat mereka berlima memandang kagum pada para pemuda
itu.
♫ Amazing – B1A4 ♫
Riuh
tepuk tangan bergemuruh sesaat setelah para pemuda itu menyelesaikan lagunya.
“B1A4 ! B1A4 !” teriak orang-orang itu. DRSTL yang tidak tahu apa-apa hanya
diam memperhatikan mereka.
“Apa
mereka boyband?” gumam Tari lirih. Difna dan Sulis menatap mereka dengan
mata berbinar. Sedang Likah dan Retno hanya diam, entah apa yang mereka
pikirkan.
Kelima
pemuda itu menyapa semua orang yang ada disitu dengan ramah. Senyuman mereka,
suara mereka, sapaan mereka, membuat semua yang ada disitu, terutama wanita
yang kebanyakan adalah gadis sekolah, meleleh. Mungkin mereka adalah idol grup
yang sudah cukup terkenal.
Tiba-tiba
Tari ditarik oleh salah satu dari mereka yang sepertinya adalah Rapper
dari grup itu. Melihat itu semua bersorak iri, begitupun DRSL. Tari hanya
menunduk sambil menunduk malu.
“Siapa
namamu?” tanya seorang lagi yang berambut kecoklatan. “T-t-tari imnida”
jawab Tari gagap.
“A..
ne” pemuda itu mengangguk. “Tari-ssi. Diantara kami siapa yang
kau suka?”.
“Ne?”
Tari menatap semua pemuda itu, lalu kearah penonton dan juga teman-temannya.
Semua menatapnya seakan menunggu jawaban. Sedang dia sendiri tidak tahu
apa-apa, siapa mereka. Dengan takut dan ragu, ia pun menunjuk pemuda yang
menariknya tadi.
“Hwaa...
Baro” girang 4 pemuda yang lainnya. Sedang yang dipanggil Baro itu menunjukkan
senyumnya. Tari tersenyum malu lalu kembali ketempatnya. Setelah itu mereka
menarik lagi beberapa orang. Ya, mungkin untuk lebih dekat dengan para fansnya.
Tapi, hal ini membuat semua saling dorong hanya untuk mendapat kesempatan
berjabat tangan dengan idola mereka.
Likah
yang sudah tidak tahan langsung keluar dari kerumunan itu, begitupun Retno.
Namun, belum sempat ia keluar seseorang mendorongnya dengan keras dari belakang
membuatnya tersungkur.
“Auhh.
Issshhh” kesalnya. Ia mendapati sebuah sepatu dihadapannya, perlahan ia
mengangkat kepalanya. Dan terlihat jelas seorang pemuda, yang berdiri dan
menatapnya heran. Tidak, tapi dengan tatapan sombong.
TBC...
Author
undur diri. Comment please !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Biasakan untuk memberi komentar untuk posting kami. sebagai bahan koreksi kami untuk menghidupkan blog ini. Let's Comment ^^