Kamis, 25 Juni 2015

Be Amazing Girls (Chapter 4)



Kim Hyuli Present

‘Be Amazing Girls’
DRSTL (Difna, Retno, Sulis, Likah, Tari) | B1A4 | Other
Fiction | Fight | Dreams
G
“Fanfic ini adalah fanfic seri keduaku setelah ‘A Short Journey of Daydream with KRY’ yang aku tulis dibuku. ini hanya sekedar fanfic, tidak bermaksud untuk menjelekkan pihak lain. Jadi, saya mohon maaf jika ada kata-kata yang tidak pantas”
RCL & Happy Reading ^^
-------------------------------------------
Read Previous Chapter : chap. 1 ,chap. 2 chap. 3

 

Previous chapter

DRSTL pun masuk kamar. Dan segera menyelesaikan semua soal itu, yang pastinya dengan jawaban yang tidak masuk akal mungkin. Ya, itu hanya itu yang bisa mereka lakukan.

Chapter 4

Kang Sungjong menatap satu per satu wanita didepannya, lalu kembali membaca isi kertas yang ada ditangannya, sebentar ia mengeryitkan kening lalu seperti menahan tawanya, ya terlihat dari pipinya yang menggembung dan matanya menyipit. Sedang 5 wanita itu, yang tak lain adalah DRSTL hanya diam memandangi pria didepannya dengan gugup, takut, dan penasaran dengan komentarnya.
Otte?” tanya Sulis memberanikan diri. Sungjong menatapnya lalu melipat tangan didepan dadanya dan menegakkan kepalanya menatap tajam 5 wanita itu.
“Cuwizt?” ucapnya.
Ne?”
“Jawabanmu adalah yang terbaik diantara semua. Walaupun sama sekali tidak ada yang benar”.
Sulis tersenyum dalam hati, lalu menatap teman-temannya yang juga menatapnya dengan kesal.
Ya! Ajussi. Bukankah sudah kubilang, kalau kami ini bukanlah calon Idol. Dan menurutku tidak harus dengan jawaban yang tepat kita dapat menyelesaikan masalah” ujar . Retno dengan santai.
Geurae! Kau benar juga. Tapi, kalian tetap akan mendapat hukuman karena tidak menjawab soal ini dengan benar”
MWOOO???!!!” pekik semua serempak.
Ajussi. Jangan seperti itu, kita bahkan tidak mengerti sama sekali masalah seperti ini” protes Difna. “Kami tidak mengenal dunia seperti ini sama sekali” sambung Tari.
“Masa masalah menjawab soal saja harus ada hukuman. aku juga seorang artis, tapi aku tidak pernah mendapat soal aneh seperti itu” sahut Likah.
“Tentu saja harus ada. Umn, lalu video itu? apa kalian sudah mempelajarinya?” tanya Sungjong lagi.
“Video?” DRSTL saling memandang satu sama lain. Semua menggeleng.
“Kami tak sempat menontonnya karena kami harus menyelesaikan soal-soal itu” ujar Sulis. “Jangan bilang anda mau memarahi kami lagi. Jujur saja, ini semua bukan salah kami tapi salah anda” sahut Retno.
“Ckckck. Kalian ini benar-benar. Tidak ada protes, kalian tetap akan dihukum, Arra?” Sungjong pergi keujung ruangan mengambil sesuatu, lalu kembali lagi.
“Menyebalkan sekali orang itu!” umpat Likah dan Difna. Tari hanya mendesah.
“Ini. bersihkan ruang latihan ini sampai bersih. Setelah selesai temui aku dikantorku. Lakukan dengan baik atau akan kutambah hukuman kalian” titah Sungjong, ia pun pergi dari ruangan itu, setelah sempat memberi tatapan mengintimidasi dari matanya yang tersembunyi dibalik kacamatanya.
Dan kini, DRSTL tengah memandangi ruangan yang cukup luas itu, ruangan yang pantas bila dijadikan aula ataupun lapangan basket. Dan satu set alat kebersihan didepan mereka tengah menanti untuk digunakan jasanya.               
“Ohhhh My God. Haruskah artis sepertiku membersihkan tempat ini? jangan gila” Likah melipat kedua tangannya didepan dadanya dengan kesal.
“Assh. Kau dulu juga pernah jadi tukang cuci piring kan? masih aja pake gengsi segala” timpal Retno yang tengah memilih alat yang akan ia gunakan. Likah hanya mengepalkan tangannya geram, tak ada gunanya sekarang mereka beradu mulut, ia pun menatap tajam Retno, seakan ingin mencabik-cabiknya.
Merasa diperhatikan, Retno menolehkan wajahnya, dan tersenyum singkat. “Oh, Tuan Putri, silahkan” ucapnya dengan penuh hormat, namun lebih ke nada ejekan menyerahkan sebuah sapu untuk Likah. Likah semakin geram, bukannya malah mengambil sapu itu,ia malah meninggalkan mereka.
“Hahh... Lik! Mau kemana? enak aja mau pergi gitu aja” Difna langsung menarik tangan Likah dan menyerahkan sapu untuknya. “Apaan sih!” Likah melempar sapu itu. sedang Sulis dan Tari sudah siap dengan alat masing-masing memperhatikan mereka berdua, dan Retno, malah sudah memulai kegiatannya bersih-bersih.
“Denger ya, kalau mau ini segera selesai, nggak usah banyak tingkah, disini keartisanmu tidak diperhitungkan!” sinis Difna. “Apa?” pekik Likah tak terima.
STOOP! Daripada banyak bicara, lebih baik kita selesaikan ini segera dan istirahat!” Sulis yang sudah tak tahan dengan semua itu langsung pergi. Diikuti Tari dan Difna. Likah mendengus kesal, ia pun mengikuti teman-temannya dengan mengumpat.
....1 jam kemudian....
“Selesai juga, ya!” Tari menghela nafas lega lalu tersenyum senang. Yang lain pun melakukan hal yang sama.
“Tunggu! Ruangan ini belum boleh digunakan sebelum benar-benar kering, kan?” kata Difna. “Iya juga, lalu?” tanya Sulis dan Tari.
“Kita jaga-jaga aja disini, mencegah semua orang yang akan masuk kesini” usul Difna. “Hahaha, emang kita security?” cibir Likah. “Bisa jadi” balas Retno dengan dingin, ia baru datang membawa 5 botol air mineral.
“Eoh? Dari mana saja kau?” tanya Sulis. Retno menunjukkan botol air yang dibawanya. “Tanggap juga, dia?” gumam Likah lirih. Retno membagikan air-air itu, lalu duduk kembali bersama yang lainnya.
“Ahhh, lega” Tari mengusap pipinya yang sedikit basah. “Uhm, bagaimana kau bisa mendapat air? Kau punya uang?” tambahnya. “Ah, iya. Bagaimana kau bisa mendapat semua air ini?” sahut Difna. “Kau... mencuri?” tebak Sulis. Disambung anggukan yang lain.
Retno terkekeh geli. “Ya, aku mencurinya dari lobby. Aku bilang pada resepsionis disana. ‘Apa anda tega membiarkan orang mati kehausan, huh? Dan jika seandainya itu terjadi, maka tersangka utamanya adalah anda, karena anda tidak mau memberikan sekedar air mineral untuk kami’ ” Retno mencoba mengulang dialegnya saat mencari air tadi.
“Ohh? Benarkah?” tanya Likah tak yakin. Retno mengangguk lalu kembali meneguk airnya. “Ahh, yang penting kita tidak mencuri, kan?” kata Tari. “Uhm, sedikit mendramatisir tak ada salahnya juga” sambung Sulis. “Thanks. Kau sudah bekerja keras untuk ini” sahut Difna sambil menepuk pelan pundak Retno. Retno tersenyum tipis lalu menolehkan wajahnya kekiri mencoba menyembunyikan ekspresi wajahnya yang seperti mencoba menahan tawa.
Setelah puas beristirahat, dan lantainya pun sudah cukup kering, Sulis mengambil CD yang diberikan Kang Sungjong kemarin, lalu menyetelnya. Karena disitu memang ada DVD Player, yang biasa digunakan saat latihan. “Sebaiknya kita coba melihat apa isi videonya” gumamnya. Likah, Tari dan Difna menghampirinya. Mereka berempat pun mulai memutar video pertama.
“Aa.. Jongsonghamnida!” sela seseorang. “Ne?” serempak semua menoleh kesumber suara. Seorang wanita memakai pakaian casual, dengan sekotak botol air mineral.
“Ada apa?” tanya Sulis. “Kalian membutuhkan air?” tanya wanita itu. “Ne?” semua kembali serempak.
“Ahh, saya bertugas membagikan air bagi para trainee yang sedang latihan, kudengar kalian trainee baru, jadi saya bertanya, apa kalian membutuhkan air  minum?” ujar wanita itu. “Aaa, gamsahamnida. Kami tadi sudah mendapatkannya dari lobby” jawab Tari.
Lobby?” gumam wanita itu dengan tatapan heran.
Ne. Retno yang mendapatkannya” Difna menunjuk Retno yang sejak tadi menyembunyikan wajahnya. Semua pun menatapnya. “Oh? Kau? Bukankah kau yang tadi? Aa, geurae, dia tadi meminta 5 botol air padaku. Umh, kalau begitu, mianhae sudah mengganggu latihan kalian. Kalau butuh bantuan, terutama untuk konsumsi. Panggil saja aku. Shin Minji. Anyeong!” wanita itu pun pergi dari situ.
Dan kini semua menatap tajam kearah Retno. “Kenapa? Bukankah tadi kau bilang sedikit mendramatisir tak ada salahnya, kan?” Retno mengulang ucapan Sulis tadi. “Iya. Tapi, kenapa harus pada kami?” kesal Difna. “Kenapa kau jadi aneh, sih?” tanya Sulis. “Retno?” sahut Tari. Retno menghela nafas. “Ashh. Aku kan hanya bercanda. Jadi, maaf sudah bohong pada kalian” ucapnya. DSTL menggeleng kecewa. “Hahh, tapi tadi itu lucu kan?” tambah Retno.
“Tadinya lucu, tapi sekarang tidak. Jadi, kau harus mendapat hukuman” ucap Sulis sambil menatap tajam Retno. “Hei... kenapa harus ada hukumannya? Itu kan cu-”...
“Tidak ada alasan. Pokoknya kau harus dihukum” sahut Difna. “Hahaha.. aku sangat setuju itu” tambah Likah, Retno hanya tersenyum kecut menanggapinya. Tari mencoba memberinya semangat. “Sekarang mari kita mulai latihannya” Sulis mulai memainkan videonya. “Eh, lalu apa hukumanku?” tanya Retno. “Tunggu saja nanti, sekarang perhatikan ini” kata Difna. Retno hanya mendesis lalu duduk diujung ruangan.
DSTL pun mulai menonton video itu, sebagian besar adalah video dance dan cara mengolah vocal dengan baik. Mereka berempat terlihat begitu serius menontonnya, terkadang mereka juga mencoba-coba gerakannya, dan tentu saja sangat kaku dan aneh. Sedang Retno hanya memandangi mereka dari ujung ruangan, ia terkadang tersenyum geli melihat tingkah teman-temannya. “Ini sudah hampir seminggu setelah liburan. Hhh, semoga ini hanya mimpi” gumamnya sambil menutup matanya. “Ahh, tapi, kira-kira apa yang akan mereka lakukan padaku, ya?” ia membuka matanya dan menatap takut pada teman-temannya.
Saat itu, B1A4 baru saja pulang dari acara variety show mereka, dan kebetulan lewat ditempat latihan DRSTL.
“Hwooo? Apa yang mereka lakukan?” gumam Baro saat melihat DSTL diruang latihan. Yang lain pun ikut menoleh. Shinwoo dan Jinyoung tersenyum geli melihat mereka.
“Hahaha. Mereka lagi breakdance, ya?” tawa Sandeul. Mereka berlima pun masuk kedalam ruang latihan itu.
“Ya! Apa yang kalian lakukan, huh?” teriak Gongchan. DRSTL seketika langsung menoleh kearah mereka. “Sunbae-nim?” gumam mereka.
Kini B1A4 ikut melihat video itu. “Ya! Ini sangat mudah sekali, kan?” tanya Sandeul pada teman-temannya. “Hm. Ini sangat mudah” setuju Gongchan. “Aishh. Sunbae, kau mengatakannya mudah karena kau sudah terbiasa, tapi kami? Kami saja tak pernah melakukan hal ini” protes Tari. “Umh, ne!” sahut Sulis dan Difna menyetujui ucapan Tari. “Kalau aku, lebih baik menyanyi saja. Tak perlu dance-dance seperti ini” kata Likah sambil merapikan poninya.
“Tck. Kami dulu juga begitu, tapi kami terus mencobanya, dan akhirnya kami bisa melakukannya” ucap Jinyoung sambil memegang bahu Sulis, membuat Sulis sedikit kaget namun dia tersenyum senang. “Ne, kunci utamanya adalah sering berlatih” tambah Shinwoo. “Aaa, bagaimana kalau kami membantu kalian? Otte?” usul Baro.
Jinjja?” tanya DSTL bersamaan. “Ne” jawab Gongchan sambil menatap DRSTL dan para hyungnya meminta persetujuan. “Okey. Jaaa...!” ucap Jinyoung.
“Aaaa... Gamsahamnida!” ucap DSTL bahagia. B1A4 hanya tersenyum. “Aa, apa ini mimpi?” bisik Tari. “Ini nyata” jawab Sulis sambil memegangi bahunya yang dipegang Jinyoung tadi. Likah sudah menempel pada Sandeul, dan Difna tengah bertanya sesuatu pada Gongchan, mengenai gerakannya. Tari tengah mengikuti gerakan Baro. Dan Sulis mendengarkan pengarahan Jinyoung.
Sedang Retno. Dia masih tetap ditempatnya. Melihat itu, Shinwoo menghampirinya.
“Kau tidak latihan, eoh?” tanyanya dingin. “Ani. Aku tak ingin jadi Idol. Lagipula ini juga tidak menarik” jawab Retno tak kalah dinginnya. “Aishh. Bukankah kau tahu, jika kau tak mengikuti pelatihan ini, maka kau dan teman-temanmu tak akan bisa pulang” ujar Shinwoo dengan nada datarnya. “Arra. Tapi, aku akan mencari cara lain untuk bisa pulang” Retno menyandarkan kepalanya ditembok.
“Kau ini memang yeoja tak bertanggung jawab dan tidak setia kawan, ne. Hhh, terserah kau saja, ini juga bukan urusanku” Shinwoo pun meninggalkannya.
“Apa yang kau tahu sehingga kau mengatakan kalau aku tidak bertanggung jawab? Aku tidak setia kawan? Kau bahkan tidak tahu apa saja yang pernah kualami dulu” Retno bangkit dari tempatnya dan menatap Shinwoo kesal. Semuanya pun menatap kearahnya.
“Jadi, jangan asal menilai orang hanya dari yang terlihat” Retno langsung pergi dari tempat itu. Shinwoo menatapnya bingung, “Ada apa dengan yeoja itu?” gumamnya.
Melihat itu, Tari langsung mengejar Retno, sedang yang lain masih diam ditempat dan bingung dengan apa yang terjadi dengan temannya itu.
“Ya! Apa yang kau katakan padanya, hyung?” tanya Sandeul pada Shinwoo. “aku hanya menyuruhnya latihan” jawabnya seadanya. “Aish, tapi kenapa sampai dia marah seperti itu?” gumam Baro. “Mungkin dia sedang masanya” kata Gongchan. Para hyungnya menatap tajam kearahnya. “Wae? Itu kan cuma pendapatku” ucapnya mencoba membela diri.
“ada apa dengan temanmu?” tanya Jinyoung pada DSL, “Molla. Sejak dia masuk kesini, dia memang agak aneh” jawab Sulis. “Dia memang aneh sejak dulu” sahut Likah. “Ani. Dia dulu sangat ceria, setia kawan, dan juga penyelamat bagi kami, tapi aku juga bingung kenapa dia jadi berubah seperti itu” gumam Difna.
“Hhh, kalau kalian tetap membiarkannya seperti itu, kalian sendiri yang akan susah. Ini adalah satu-satunya cara bagi kalian untuk pulang” kata Baro. “Ne, Sunbae benar. Sebaiknya kami cari tahu kenapa” kata Sulis. “Hhh, dia memang menyusahkan” umpat Likah. DSL pun pergi menyusul Retno. B1A4 hanya menatap mereka. “Yeoja memang sulit dipahami” ucap Sandeul. Mereka pun pergi dari ruangan itu. “Aa, hyung setelah pulang, kita masak bulgogi, ne? Otte?” tanya Baro pada Jinyoung.
Jinyoung hanya menatap datar jalan yang dilaluinya. “Hyung, ne?” kini Sandeul pada Shinwoo. Tapi, Shinwoo hanya memandangi sepatunya, ya, ada sedikit rasa bersalah saat ia berkata seperti itu pada Retno tadi, tapi, dia juga tidak bermaksud seperti itu.
“Ya! Hyung. Kita makan bulgogi diluar saja. Sepertinya para tetua kita tengah banyak pikiran” Gongchan merangkul Sandeul dan Baro. “Okey! Kajja!” setuju mereka dan segera pergi.
---
“dasar yeoja matre. Tak tahu malu. Mati saja kau”
“Ne. Mati saja kau”
Bayangan 2 tahun lalu kembali terngiang di ingatan Retno, saat dimana dia menghadapi semua itu sendirian. Dia sendiri tidak menyangka kalau hal itu akan menjadi trauma baginya. Dan kenapa sekarang harus terulang lagi. Ia mengatur nafasnya sambil terus berjalan. Namun, langkahnya terhenti saat melihat begitu banyak wartawan di depan gedung Entertainment.
Entah kenapa ia ingin menangis. Ia langsung berbalik dan menutup telinganya.
“Retno!” panggil Tari. Retno menatapnya sekilas lalu kembali menunduk.
“Kamu kenapa? Ada apa?” tanya Tari khawatir. Retno hanya diam dan tetap meringkuk ditempat itu. “Retno.... ada apa?” tanya Tari semakin bingung. Ini aneh karena tidak biasanya Retno seperti ini.
Tak lama kemudian kemudian DSL menghampiri mereka. Mereka pun terlihat bingung dengan sikap Retno saat ini.
“Ada apa Ret?” tanya Difna. “Ada apa?” sahut Sulis. Sedang Likah hanya diam, memperhatikan mereka.
Semuanya saling memandang. “Aku ingin istirahat dulu” lirih Retno sambil berjalan gontai, meninggalkan mereka, ia lewat pintu belakang.
“Heh! Kau mau kemana?” teriak Sulis. Ya, Retno tak menghiraukannya.
“Hei! Apa dia nggak aneh?” gumam Difna. “Bukankah sejak dulu?” ucap Likah.
“Aku penasaran dengan apa yang diucapkan Shinwoo-sunbae padanya tadi” kata Sulis. “Tapi, Tari!” tambahnya sambil menatap Tari yang sejak tadi diam memperhatikan Retno dengan khawatir. “Ada apa?” tanyanya.
“Apa kau tidak tahu sesuatu? Secara kau kan yang paling dekat dengannya”
Tari menggeleng. “Aku juga tidak tahu. Memang sejak dia masuk kesini. Ah, tidak. Tapi, sejak kita tahu kalau kita ditipu, dia berubah 135 derajat” ucapnya.
“Ha? 135 derajat?” tanya DSL bersamaan.
“Iya kan. Dia terlihat begitu dingin dan selalu bertingkah aneh, tapi, dia masih saja selalu mencoba ceria dan tidak membiarkan kita ikut merasakan masalahnya” ujar Tari. Yang lain manggut-manggut.
“Ah, hal yang dirasakannya itu bukankah kita juga merasakannya? Bukankah tingkahnya terlalu berlebihan, hah?” sinis Likah.
“Hei, apa maksudmu?” pekik Tari tak terima.
“Memang. Tapi, mungkin ada alasan lain lagi kenapa dia seperti itu. dia terlihat ketakutan tadi, tapi kenapa?” gumam Difna.
“Untuk itu kita harus cari tahu. Alasan kenapa dia sangat menentang menjadi idol. Alasan kenapa dia terlihat ketakutan tadi. Alasan kenapa dia seperti ini, semuanya, kita harus cari tahu” ujar Sulis.
“Uhm aku setuju” Difna dan Tari mengacungkan tangannya. Mereka bertiga tos, sedang Likah hanya menggeleng kesal. “Kenapa dia tidak menerima hal ini saja sih? Merepotkan sekali” umpatnya. Mereka berempat pun kembali ke dorm mereka.

)()()()Be Amazing Girls()()()(

“Jadi, bagaimana dengan para trainee dari Indonesia itu?” tanya seorang pria berkacamata yang tengah duduk dibalik meja kerjanya.
“Mereka sepertinya tak punya keahlian apapun. Saya sendiri juga bingung, kenapa anda malah mencari calon Idol dari sana? Dan lagi, mereka dari orang awam yang tak mengerti tentang dunia Idol sama sekali”  ujar Kang Sungjong. Mendengarnya, pria itu terkekeh. Ia pun berdiri dan menghampiri Kang Sungjong, lalu duduk disofa menghadap Kang Sungjong.
“Manager Kang. Itu adalah tugasmu untuk mengajari mereka. Bukankah ini akan sangat menarik? Mengajari mereka dari nol, dari orang yang benar-benar tidak bisa menjadi orang yang sangat berbakat? Dan ini akan menjadi sorotan publik jika kita berhasil mendebutkan mereka. Benarkan?” ujar pria itu.
Ne, tapi...”
“Manager Kang. Ini juga jalan kita membuka bisnis yang lebih luas. Bukankah kau bilang salah satu dari mereka adalah penyanyi yang sudah cukup populer di Indonesia? Kita akan membuat kesepakatan bisnis dengan agencynya. Bukankah itu bagus?”
Ne, Uijangnim” jawab Sungjong.
“Hhh, seperti biasa kau memang pintar” pria itu menepuk pelan pundak Sungjong sambil tersenyum lebar.
“Lalu, bagaimana dengan rencana tour concert untuk B1A4? Apa kau sudah menyiapannya?”
Ne. Semua sudah siap. Ini proposalnya” Sungjong menyerahkan semua berkas yang sejak tadi dibawanya. Pria itu melihat isi berkas itu sambil tersenyum puas.
“Aaa, sebaiknya kau ikut sertakan mereka berlima. Ini juga akan jadi pelajaran buat mereka” ucapnya.
Ne?.... oh, arraseumnida
“baiklah, kau boleh kembali”
Ne, uijangnim” Sungjong berdiri dan membungkukkan badannya, lalu keluar dari ruangan itu.
“Huft” ia menghela nafas setelah menutup pintu ruangan itu.
‘Aku rasa bukan itu saja alasannya. Ya, tentu saja. Alasan utamanya adalah kegagalan itu. ashh, apa yang aku pikirkan. Sebaiknya kulihat mereka’ pikirnya lalu beranjak.
---
@ Indonesia

“Apa? Lagi? Ahh, kenapa sih mereka mudah sekali tersesat. Ah, bukan, tapi bahasanya kecantol (tersangkut)” kata Titin.
“Hhh, aku sendiri juga nggak tahu Mbak. Ah, tapi, Mbak Tita sudah tahu belum ya?” kata Sevia. “Mana aku tahu. Terus, kamu tahu dari mana?”.
“Dari Miss Sheilla, managernya Likah. Dia juga bermaksud menyusul mereka”
Titin manggut-manggut. “Malang banget nasib mereka”
“Hhh, kali ini Retno dan Tari dapat toleransi nggak ya atas pekerjaan mereka?”
“Semoga aja. Mereka kan karyawan terbaik. Eh, kenapa Tita belum datang juga ya?” Titin terus menengok kearah luar cafe tempat mereka sekarang tengah mengobrol.
“Mungkin sebentar lagi” kata Sevia.
“hmm, setelah menikah dia jadi jarang kumpul sama kita”
“Hhh, tanggung jawabnya kan semakin besar sekarang. Jika dia tahu adiknya satu-satunya kembali mengalami kemalangan di negeri asing. Dia pasti sedih banget”
“Hhh, kau benar. Kita hanya bisa berdoa agar mereka tetap diberi keselamatan dan kesehatan, dan bisa segera pulang”
“Amiin”
---
@Synergism Entertainment, Jakarta

“Jika benar mereka direkrut menjadi trainee di perusahaan musik Seoul, ambil saja kesempatan ini untuk mencari keuntungan buat perusahaan kita” kata sang Presdir.
“Menurut pesan yang saya dapat, mereka masuk ke WM Entertainment, yang merupakan perusahaan musik baru di Seoul dan baru mendebutkan 1 idol grup” jelas Sheilla.
“Benarkah? Tapi, kenapa mereka mencari calon Idol dari Indonesia? Bukankah seharusnya di sana juga banyak?”
“Mungkin mereka mencoba memperluas lingkup bisnisnya. Dan mereka memilih Indonesia karena Kpopers Indonesia masuk kedalam 10 Kpopers terbanyak didunia”
“Mungkin”
“Tapi, Pak. Kalau seandainya mereka menolak tawaran kita bagaimana? atau Likah, ah maksudku Aurora dan teman-temannya meminta untuk pulang bagaimana?”
“Jika perusahaan tak mau menerima tawaran kita. Kita laporkan mereka atas tuduhan penipuan. Dan jika Aurora dan teman-temannya memaksa meminta pulang, bagaimanapun caranya kau harus membujuk mereka agar tetap menjalani semua itu. kau bisa?”
“Hmmm. Akan saya usahakan”
“Kalau begitu, besok pergilah kesana dan lakukan tugasmu dengan baik. Aku sudah mempersiapkan keberangkatanmu. Sekarang kau boleh pergi”
“Baik. Terimakasih, Pak. Saya permisi” Sheilla pamit dan melangkah meninggalkan ruangan itu. Presdir itu tersenyum sambil memperhatikan foto Likah di hadapannya. “Fly High” gumamnya.

)()()()Be Amazing Girls()()()(

“Ya! Kenapa kalian tadi tidak menemuiku, huh? Kenapa kalian malah pulang? Apa kalian tidak ingat apa yang aku katakan tadi, huh?” Sungjong menatap tajam DRSTL. Dan seperti biasa, semua menunduk, kecuali Retno.
“Ajussi. Apa anda tidak takut terkena serangan darah tinggi, huh? Berhentilah marah-marah. Kami pulang karena kami lelah setelah selesai membersihkan tempat itu kami langsung latihan” ujar Retno santai. Sungjong mengerutkan keningnya. “Jinjjayo?” tanyanya tak percaya sambil menatap DSTL.
N-ne Ajussi” jawab Sulis.
“Kalau anda tidak percaya tanyakan saja pada B1A4 Sunbae, mereka tadi yang mengajari kita” sahut Tari. “Mereka juga memberi pengarahan pada kita” sambung Difna.
“Ya, kalau tidak karena Retno pergi, pasti akan lebih lama” gumam Likah sambil merapikan rambutnya. “Maksudnya?” tanya Sungjong. DSRT menatap Likah kesal.
“Apa? Aku bicara yang sebenarnya kan? semua ini jadi semakin sulit gara-gara kamu juga” Likah menatap Retno sinis.
“Lik!  Nggak usah mulai lagi deh!” sela Difna. “Kau ini selalu saja membesarkan masalah. Semua ini juga tidak sepenuhnya salah Retno” tambah Difna. “Apa? Kalian membelanya lagi, huh?” ketus Likah.
“Bukannya begitu” pekik DST bersamaan.
“Ya! Ya! Kenapa kalian malah ribut sendiri, huh? Apa yang kalian katakan?” bentak Sungjong yang kesal dengan mereka semua. Ya, karena ia tak mengerti dengan apa yang mereka katakan.
Retno menarik nafas. “Ajussi. Sejak awal saya tidak ingin menjadi idol. Saya tidak ingin menyusahkan anda ataupun teman-teman saya. Jadi, sebaiknya anda melatih mereka saja,dan lupakan saya. Saya lebih baik jadi cleaning service atau apapun” ujarnya.
“Hah? Apa maksudmu?”
“Saya tidak ingin jadi Idol. Saya tahu, anda memberi kami tempat gratis, makan gratis disini. suatu saat kami harus menggantinya. Perusahaan mendebutkan kami untuk mencari keuntungan dan mengambilnya sebagai ganti rugi menghidupi kami selama ini, benar kan?”
Ne. Kau tahu banyak. Tapi, apa alasanmu tidak ngin menjadi Idol? Bukankah kau tahu kalau kehidupan idol itu akan menyenangkan?”
Ani. Menurut saya, kehidupan mereka hanya settingan, saja. Dan alasan utama saya tidak ingin menjadi Idol karena...” ucapan Retno menggantung.
Sungjong dan DSTL yang hanya mendengarkan perdebatan itu menunggu lanjutan kalimatnya.
“Karena...?” ucap Sungjong tak sabar.
“Ya, karena aku tidak suka. Jadi kumohon jangan paksa aku!” lanjut Retno.
Andwae. Aku tidak akan menyerah. Bagaimanapun caranya kau akan tetap bergabung dan menjadi Idol bersama mereka, apa kau tak ingin pulang? Apa kau bahagia melihat temanmu susah?”
Ajussi!”
“Sudah-sudah. Lupakan masalah hari ini. lusa kalian akan ikut Konser Tour B1A4, kalian akan mempelajari banyak hal, jadi jangan lewatkan sedikitpun. Anyeong!” Sungjong langsung pergi setelahnya.
Ajussi!” pekik Retno kesal.
DSTL membungkukkan sedikit badannya, lalu memandang Retno.
“Sebaiknya, kamu menurutinya saja” saran Sulis. “Iya Ret, daripada masalahnya semakin rumit” tambah Difna. Retno memandang tajam mereka dan langsung pergi kerooftop.
“Dasar keras kepala!” umpat Likah lalu menuju kamar. “Hhh, kenapa selalu seperti ini? menyebalkan” kesal Difna yang langsung menghenyakkan tubuhnya kesofa. “Hmmh” Sulis dan Tari berpandangan dan menghela nafas.

)()()()( Be Amazing Girls )()()()(

Shin Minji, gadis yang bekerja dibagian konsumsi di WM Entertainment tengah sibuk menata air botol air minum dirak dorongnya. Hingga seorang wanita menghampirinya dengan kesal.
“Ya! Minji-aa!” pekiknya. Minji yang sudah sangat mengenal suara itu pun menoleh, tapi sebentar kemudian ia kembali fokus kepekerjaannya.
“Ya! Minji-aa! Sudah berapa kali kubilang, hentikan pekerjaan rendahan seperti ini! Ikutlah aku ke JYP dan menjadi asistent Miss-A, Min sedang mencari asistent” ujar wanita itu.
Shireo! Aku tidak mau menjadi asistent artis, ini sudah cukup bagus. Apa enaknya jadi asistent” jawab Minji santai.
“Ya! Memang kau anggap aku ini siapa, huh? Jika kau tidak mau setidaknya bicaralah sopan padaku!”
Wae? Apa karena kau Eonni-ku? Ani. Aku tidak menganggapmu lagi, kau sudah membuatku malu menjadi dongsaengmu!”
“Shin Minji!”
“Shin Mina!” dua kakak beradik itu saling menatap tajam.

TBC

Chaa... maaf agak lama, thanks for reading, next chapter will coming soon. Author permisi dulu.... Anyeonggg ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Biasakan untuk memberi komentar untuk posting kami. sebagai bahan koreksi kami untuk menghidupkan blog ini. Let's Comment ^^