Kamis, 09 Juli 2015

Be Amazing Girls (Chapter 5)



Kim Hyuli Present


‘Be Amazing Girls’
DRSTL (Difna, Retno, Sulis, Likah, Tari) | B1A4 | Other
Fiction | Fight | Dreams
G
“Fanfic ini adalah fanfic seri keduaku setelah ‘A Short Journey of Daydream with KRY’ yang aku tulis dibuku. ini hanya sekedar fanfic, tidak bermaksud untuk menyinggung pihak lain. Jadi, saya mohon maaf jika ada kata-kata yang tidak pantas”
RCL & Happy Reading ^^
-------------------------------------------
Read Previous Chapter : 1 , 2 , 3 , 4

 

Chapter 5

Suasana sunyi menyelimuti kamar DRSTL. Ya, setelah kejadian yang aneh dan menyebalkan tadi siang, semuanya hanya saling diam. Retno tengah sibuk dengan bacaannya. Sulis dan Difna merapikan meja mereka, Tari tengah sibuk berfikir sambil menatap semua teman-temannya terutama Retno. Dan Likah, seperti biasa sibuk dengan cermin hello kitty pinky-nya.
Tak berapa lama kemudian Sulis buka suara.
“Ret!” panggilnya. “Uhm?” jawab Retno yang terus fokus pada bukunya. Kini yang lain memandang mereka berdua.
“Sebaiknya kamu cerita apa masalah kamu pada kami”
Retno menutup bukunya lalu memandang Sulis. “Masalah apa?” tanyanya santai.
“Ahh, ayolah. Kami kan teman-temanmu. Kami tahu seperti apa dirimu, jadi kalau ada masalah jangan dipendam sendiri dong” sahut Difna.
“Apa kamu sudah tidak percaya pada kami lagi?” tanya Tari.
“Hmm. Kau itu benar-benar menyusahkan. Kita mempunyai masalah yang sama, kalau saja kamu mau nurut, semua pasti akan mudah” kata Likah dengan nada sinisnya.
Retno menghela nafas dan menghampiri teman-temannya. Ia tersenyum simpul.
“Bukan masalah serius kok, hanya sedikit sakit saja” jawabnya lirih.
“Ha? Sakit? Sakit apa?” tanya DST beruntun. “Sakit apaan?” tanya Likah (telat).
“Hehehe. Sakit hati dan pikiran” jawab Retno dengan nada bercanda.
“RETNO !!!” kesal DSTL, karena merasa dipermainkan. Retno tersenyum gaje sambil menggaruk tengkuknya. Ia pun berlari keluar mencoba menghindari ceramah teman-temannya. “Hei! Mau kemana? jawab kami dulu!” teriak Sulis. Mereka berempat pun mengikutinya.
‘Hmh. Kalian menganggapnya hanya gurauan, ya. Tidak apa-apa’ batin Retno tersenyum miris. Ia berlari kerooftop, yang sejak ia datang telah menjadi tempat favoritnya. Namun, di dapur langkahnya terhenti saat melihat para Sunbaenya tengah menikmati makan malam mereka.
“Ya! Kau mau kemana?” tanya Jinyoung.
“Oh? Aku, ingin mencari udara segar” jawab Retno kikuk.
Gwaenchanna?” tanya Shinwoo lirih.
Ne?” tanya Retno tak percaya, begitupun anggota B1A4 lainnya. Shinwoo menatap mereka dingin, lalu kemudian Retno. “Nan Gwaenchanna. Mianhae atas kejadian tadi” Retno membungkukkan badannya lalu menaiki anak tangga menuju Rooftop. Shinwoo tercengang mendengar pernyataan Retno tadi.
“Ya! Bukankah dia itu aneh? Bukankah tadi Hyung bilang, kalau Hyung yang merasa salah berucap? Tapi, kenapa dia yang minta maaf?” tanya Baro. Shinwoo mengedikkan bahunya. “Dia memang yeoja aneh” gumam Sandeul sambil melahap bulgoginya. “Bukankah sejak dia datang kesini sudah aneh?” sahut Gongchan yang sibuk memotret makanannya untuk diupload ke akun sosmednya.
“Sudahlah. Sebaiknya selesaikan makan kalian. Setelah ini kita akan kekantor, untuk persiapan konser lusa” kata Jinyoung. Semua menurut. Tak lama kemudian DSTL datang.
“Oh, Sunbae-nim. Selamat malam” Sapa DSTL membungkukkan badan mereka. “Uhm. Kalian tidak ingin makan?” tanya Jinyoung. “Gamsahamnida. Kami sudah makan tadi” jawab Difna. “Ah, tapi aku masih lapar” sela Likah yang langsung duduk disamping Sandeul. B1A4 menatapnya heran. Tapi Likah tak peduli, ia malah terus saja menatap Sandeul, membuat Sandeul risih.
DST memandang temannya itu malu. “Ashh, dia memalukan” umpat Difna. “Ahh, Sunbae, Retno... maksudku, apakah kalian tahu dia dimana?” tanya Tari. “Oh... Dia baru saja kerooftop” jawab Gongchan sembari menunjuk arah tangga menuju rooftop. “Gomapseumnida” jawab DST, lalu menuju rooftop, tanpa mempedulikan Likah.
Baro dan Gongchan menahan tawa mereka melihat Sandeul yang merasa tidak nyaman. “Bahkan dirumah saja dia tidak bisa tenang” bisik Gongchan. “Hahaha. Kau benar. Kasihan” lirih Baro sambil menggeleng.
“Likah-ssi . Ayo makan. Bukankah kau bilang tadi masih lapar?” kata Jinyoung. “Uhm, Sunbae” jawab Likah sekilas menatap Jinyoung, lalu kembali memandang Sandeul. Jinyoung dan Shinwoo hanya menggelengkan kepalanya.
“Eh. Ngomong-ngomong. Ada apa dengan temanmu itu?, siapa namanya... haaa?” tanya Sandeul mencoba mengalihkan perhatian Likah. “Retno?” ucap Likah. “Ahh, ne, ne. Kenapa dia?” ulang Sandeul.
Molla. Dia itu selalu membuat orang lain repot. Dia menolak ingin dijadikan Idol, padahal dia tahu sendiri kalau kita bisa pulang jika kita mengikuti trainee itu, lagipula itu kan hanya trainee, belum tentu debut kan?” ujar Likah.
“Ne... kau benar” setuju Gongchan.
“Tunggu. Mungkin dia punya alasan kenapa sangat menentang menjadi Idol walaupun hanya trainee saja, kan?” kata Shinwoo. “A... ne, kau benar Hyung!” setuju Baro dan Sandeul. “Lalu, kau tahu kenapa dia menentangnya?” tanya Jinyoung.
“Uhm, saat dia ditanya Kang Ajussi, dia hanya bilang ia tidak suka menjadi Idol, karena seperti sapi perah peliharaan agency, seperti itulah” ujar Likah sedikit hiperbola.
“Ya! Apa itu? bisa-bisanya dia bilang seperti itu” protes Sandeul sambil berdiri, membuat semua kaget. “Ya!” keras Baro langsung menariknya kembali duduk.
“Hmmh, sepertinya dia sangat membenci dunia para Idol, ya” pikir Gongchan. “Kurasa bukan itu, dia mungkin mengalami sesuatu yang sangat menyakitkan dan hal itu berhubungan dengan dunia entertainment. Apa dia pernah bekerja atau masuk sebuah agency?” tanya Shinwoo.
“Aaaa... itu....”
Sunbae-nim!” tiba-tiba Retno muncul dengan senyum lebarnya disusul DSL. Ucapan Likah pun terpotong, dan semuanya menatapnya.
Wae?” tanya Sandeul.
“Boleh aku minta bulgoginya? Tiba-tiba aku sangat lapar” kata Retno yang langsung mengambil mangkuk berisi bulgogi yang tinggal setengah.
“Ohh.. eohhh” ucap Jinyoung, semua menatap aneh kearah Retno.
“Hei! Ret! Apa kamu yakin?” tanya DSL dengan tatapan khawatir.
“Iya. Bukankah kamu ... ?” tanya Likah yang ikut heran. Tapi Retno tak menghiraukannya, dia tetap melahap bulgogi itu. semuanya hanya diam memandangnya. “Masitta!” ucap Retno dengan senyum lebarnya sambil terus mengunyah makanan itu.
#Flashback On
Nan Gwaenchanna. Mianhae atas kejadian tadi” Retno membungkukkan badannya lalu menaiki anak tangga menuju Rooftop.
“Hahh... bintangnya sedikit sekali ya” gumamnya lalu duduk dikursi ayunan yang ada disitu. ‘Mbak. Ini benar-benar sangat menyakitkan, kenapa aku jadi seperti ini, ya. Mbak maaf ya, sekali lagi aku harus membuatmu khawatir. Aku akan segera pulang, bagaimanapun caranya, aku janji. Mbak harus selalu sehat, ya. Aku sangat menyayangimu....’ ketiknya dilayar ponselnya, namun sebentar kemudian dihapusnya kembali.
‘Hhh, mana mungkin aku bilang seperti ini. biar saja Mbak Tita nggak tahu, jadi dia tidak akan kepikiran’
‘Ahh, tapi, gimana dengan Mbak Titin dan Sevia? Pasti mereka sudah tahu. Secara Likah kan ember, ashhh’
Retno menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
“Ret!” Tari bersama Sulis dan Difna menghampirinya. “Uhm?” Retno membuka tangannya dan menatap mereka.
“Cerita dong pada kami, apa masalahmu, jadi kami bisa bantu” kata Tari.
“Iya, Ret. Kalau kamu terus begini, aku jadi merasa sangat bersalah” ucap Sulis. “Ayolah Ret, jangan kau pendam sendiri masalahmu. Ceritakanlah!” tambah Difna.
“Hmh, bukankah kubilang tadi aku sedang sakit hati dan pikiran?” ucap Retno dengan nada lembutnya. “Jangan bercanda lagi deh Ret!” kesal Difna. Sulis dan Tari mengangguk menyetujuinya. Retno tersenyum miris. “Kalau tidak percaya ya sudah” lirihnya.
Beberapa menit suasana hening. DSL saling menatap satu sama lain, seakan bertanya apa yang akan dilakukan pada Retno.
“Hmmh. Kalau kau tidak mau menceritakan masalahmu tidak apa. Tapi setidaknya, beritahu kami apa alasanmu sangat menentang semua ini?” tanya Difna.
“Iya. Lagipula ini kan hanya trainee, belum tentu kita bisa debut dan menjadi Idol, kan?” tambah Sulis.
“Benar Ret. Bukankah kau selalu ingin menjadi penyanyi suatu hari nanti? Dan sekaranglah kesempatanmu menunjukkan bakatmu itu” kata Tari sambil memegang pundak Retno. “Mungkin benar. Tapi sekarang tidak lagi” gumam Retno.
“Baiklah. Kalau begitu, cobalah bertahan selama 2 bulan, hanya 2 bulan demi kami” Difna mulai sangat kesal dengan sikap Retno.
“Hmmh. Aku benar-benar minta maaf. Aku sungguh tidak bisa” Retno mendesah.
DSL benar-benar bingung harus melakukan apa lagi jika sikap Retno seperti ini.
“Aaa!” ucap Tari seakan mendapat ide. Ia mengajak Sulis dan Difna berunding dan merapat ke pojok. Sedang Retno menatap mereka penasaran. ‘Apapun yang kalian lakukan, aku benar-benar minta maaf, aku tidak ingin masuk dunia itu lagi’ batinnya.
“Ret!” seru Sulis. “Hm” jawab Retno.
“Kami akan memberikan hukumanmu untuk siang tadi” kata Sulis. “Ashh, ternyata kalian masih ingat, ya?” Retno tersenyum gaje.
“Tentu saja” ucap Tari. “Lalu, apa hukumannya?” tanya Retno.
“Tapi janji dulu kamu akan melakukan apapun hukuman itu” kata Difna. “Iya, aku janji. Kau tahu kan bagaimana aku?” ucap Retno menunjukkan jari kelingking tangan kanannya.
“Baiklah. Pilih salah satu” kata Sulis. “Ha?”
“Pertama, kamu mengikuti trainee itu bersama-sama kami, dan bertahan selama 2 bulan” kata Difna.
“Kedua, kamu makan bulgogi milik B1A4 sunbae, bagaimana?” tanya Sulis. Retno menatap mereka bingung. Itu memang dua pilihan yang sangat sulit. Ia tidak mungkin memilih yang pertama, tapi yang kedua, jujur dia punya alergi terhadap daging, apapun itu yang berbahan daging, dia sangat menjauhinya. Tapi untuk kali ini tidak ada pilihan lain selain itu, terlebih dia sudah berjanji.
DSL sudah yakin bahwa Retno akan memilih yang pertama, mereka sangat tahu Retno alergi daging. Tapi...
“Baiklah. Aku akan makan bulgogi, sepertinya itu enak. Melihatnya saja udah bikin ngiler apalagi rasanya. Ayo!” Retno langsung beranjak. DSL ternganga dengan keputusan Retno.
“Ha? dia serius?” tanya Sulis. “RET!” teriak mereka yang langsung mengikuti Retno.
Retno menuruni tangga dan menarik nafas panjang, ‘Tidak akan terjadi apapun, aku bisa’ yakinnya. “Sunbae-nim!” panggilnya.
#Flashback Off

Tinggal satu suapan lagi. Retno memaksakan mie goreng daging itu masuk kedalam mulutnya dan mengunyahnya sekuat tenaganya. Meskipun ia sudah merasakan lambungnya yang sangat penuh dan ingin segera menumpahkan kembali makanan itu. bahkan telinga dan pipinya sudah merah karena reaksi alergi telah muncul.
Tidak ingin tetap disitu dan menjadi bahan perhatian, ia langsung berdiri.
“Eummhh. Masitta! Gamsahamnida!” ucapnya sambil menghapus sisa saus yang belepotan disekeliling bibirnya dengan punggung tangannya, ia menatap DSL sekilas, lalu pergi setelah membungkukkan badannya pada B1A4.
Yang lain masih tidak percaya melihatnya.
“Nafsu makannya besar juga” gumam Sandeul tak percaya.
“Mungkin sebentar lagi dia akan menjadi gemuk” tambah Baro.
Likah memandang DSL dengan tatapan yang seakan menanyakan, -Ada apa dengan anak itu (Retno)?-. tapi yang ditatapnya tak ada satupun yang peduli, mereka langsung mengejar Retno. Likah pun mengikuti mereka.
“Ashh. Bagaimana bisa calon Idol seperti mereka. Kenapa Manager Kang mencari orang seperti mereka untuk menutup kasus itu? ini pasti tak akan berhasil” kata Sandeul.
“Hmmh. Dwaesseo. Kajja!” Jinyoung dan Shinwoo sudah pergi lebih dulu. Sandeul, Baro dan Gongchan pun mengikuti mereka.
Malam itu Retno langsung tidur, ya dia hanya pura-pura, karena saat ini kepalanya benar-benar sangat sakit, dan badannya seperti menggigil kedinginan, dan ia merasakan suhu tubuhnya mulai naik. Ia tetap menutup mata, mencoba menahannya agar teman-temannya tidak tahu dan menganggapnya baik-baik saja. Dan berharap tidak ada yang memaksanya lagi.
Sedang DSTL memperhatikannya dari tempat tidur masing-masing dengan khawatir.
“Dia tidak apa-apa kan?” tanya Tari lirih.
“Lihat saja caranya tidur. Orang yang sakit tidak akan kuat tidur dengan posisi seperti itu, apalagi dilantai” kata Likah.
“Kau benar. Tapi, Retno pandai sekali menyembunyikan masalahnya, begitupun kalau dia sedang sakit, dia akan berusaha keras menyembunyikannya” ucap Sulis.
“Aaa, iya. Dia memang orang yang keras kepala. Lebih baik kita cek saja, siapa tahu dia demam” usul Difna. Tari dan Sulis setuju. Tari langsung turun dari ranjangnya dan mendekati Retno. Perlahan-lahan ia memegang keningnya dan mencoba memperkirakan suhu tubuh temannya itu. setelah itu ia menggeleng, “Ini dingin, namun sepertinya normal” ucapnya lirih lalu kembali ke ranjangnya.
“Benar kan? dia baik-baik saja. Aku tahu hanya dengan melihat caranya tidur” ketus Likah yang langsung merebahkan tubuhnya dan menarik selimutnya.
“Tapi, aku masih tidak yakin” gumam Difna.
“Kuharap dia baik-baik saja”
“Ya, aku merasa semakin bersalah padanya” Sulis berbaring dan memiringkan kepalanya menghadap Retno.
‘Hmmh. Maaf’ batin Retno yang masih berpura-pura tidur.

1 jam kemudian...
Retno membuka matanya dan mendapati semua teman-temannya telah tertidur pulas. Ia menyingkap selimutnya, dan menutupi sebuah guling dengan selimutnya itu. dengan langkah lemas dan mencoba sepelan mungkin agar tak membangunkan yang lain ia langsung keluar dari kamar. Setelah berhasil keluar ia kembali memegangi kepalanya lalu berjalan tertatih ke kamar mandi.
Semua makanan tadi kini telah ia muntahkan semua. Namun sakit kepala dan badannya yang masih menggigil belum hilang. Ia menatap bayangannya dicermin. “Tck. Kenapa aku seperti mayat hidup begini?” gumamnya langsung membasuh wajahnya. “Aku pasti bisa, seonggok daging tak akan bisa membunuhku. Besok aku akan mencari cara untuk segera mendapatkan passpor itu, atau kalau perlu aku akan mencurinya. Tapi, dimana kang Sungjong menyembunyikan passpor kami?” pikirnya.
“Upp” ia menutup mulutnya setelah merasakan lambungnya ingin memuntahkan isinya lagi... dicobanya memuntahkannya, tapi tak ada yang keluar kecuali air salivanya saja. Setelah mencuci tangannya, ia langsung menuju dapur dan mengambil air serta buah apel untuk menetralkan alerginya. Saat menutup pintu lemari es, ia mendapati sebuah botol obat kecil yang di gantungkan disamping lemari es itu, dan juga sebuah pesan yang ditulis dengan huruf hangul.
‘Minumlah, alergimu akan hilang’ Retno mengernyitkan kening membaca pesannya. Apa itu obat untuknya? Atau siapa? Dan bagaimana orang itu tahu kalau dia punya alergi daging? Apa mungkin teman-temannya yang memberikan obat itu. tidak, kalau itu temannya kenapa mereka susah-susah menulis note segala. Dan kalau itu dari member B1A4, tidak mungkin lagi, mereka kan tidak tahu kalau ia punya alergi daging.
Retno mengedarkan pandangannya kesekeliling, namun tidak ada siapa-siapa. Ia mengambil obat itu dan memandanginya beberapa saat. “Jangan-jangan ini racun” gumamnya lalu mengembalikan obat itu dan kembali kekamarnya.

)()()()( Be Amazing Girls )()()()(

Hari Tour Konser B1A4 pun tiba. Semua persiapan sudah selesai, dan saatnya semua berangkat. B1A4, DRSTL, dan juga Kang Sungjong, mereka berangkat bersama dalam satu bus milik perusahaan.
DSTL cukup menikmati perjalanan itu, mereka terlihat asyik bercanda dan juga mengobrol bersama para member B1A4. Berbeda dengan Retno yang sejak tadi hanya diam, namun matanya terus saja memperhatikan setiap gerak-gerik dan ucapan Kang Sungjong.
“Boleh aku duduk disini?” tanya Shinwoo yang tiba-tiba sudah berada didekat kursinya. Retno hanya menatapnya sekilas lalu kembali menatap Kang Sungjong. Shinwoo pun duduk disampingnya. Mereka hanya diam, ya, Retno terlalu sibuk dengan apa yang dilihatnya, sedang Shinwoo, dia sibuk merapikan penampilannya, namun sesekali ia menatap Retno seakan ingin menanyakan sesuatu.
“Ini adalah pengalaman pertamamu mengikuti konser bersama Idolnya kan?” tanya Shinwoo mencoba membuka obrolan.
“Hmm” jawab Retno cuek. Shinwoo menatapnya tak percaya, ‘Jinjja. Yeoja ini benar-benar tak punya ketertarikan sama sekali dengan dunia Idol’ pikirnya.
“Owh.  Kita sudah hampir sampai!” ucap Shinwoo. Retno pun menengok keluar jendela bus. Seketika matanya membulat melihat begitu banyak paparazzi yang sudah berkerumun di sekitar bus mereka. Segera ia mengalihkan pandangannya, menutup kedua telinganya dan memejamkan matanya erat.
“Ya! Kajja!” ajak Shinwoo. Retno menatapnya ragu, “Sunbae duluan saja, ada barang yang harus aku cek” ucapnya mencoba mencari alasan. “Oh, Geurae” Shinwoo pun langsung pergi tanpa ragu, mengikuti yang lainnya.
“Retno! Ayo!” ajak Sulis. “Aaa. Kalian duluan saja, aku masih mau mencari barangku, tadi sepertinya jatuh disekitar sini” kata Retno sambil pura-pura mencari-cari barang hilang khayalannya.
“B1A4... B1A4!!!”
“JINYOUNG OPPA~~~!!!”
“BARO~~~!!!”
“CNU.... ~~~!!”
“GONGCHAN ~~~~!!!”
“HWAAAA..... SANDEUL OPPPPAAAA!!!”
Pekik para BANA (nama fans B1A4) yang sudah setia menunggu idolanya. B1A4 menunjukkan kharisma dan keramahan mereka. Selain itu, banyak sekali wartawan yang ingin meliput acara itu,mereka berdesakan dengan para BANA untuk mewawancarai para member B1A4, membuat Jinyoung dkk kesulitan masuk kedalam gedung pertunjukan. Namun dengan cekatan para bodyguard mereka menahan para orang itu agar tak melewati garis batas dan B1A4 bisa masuk kedalam gedung dengan tenang.
“Hwaa... lihatlah fans mereka. Ayo turun!” ajak Likah yang sudah tidak sabaran. “Ret! Ayo!” ajak Sulis dan Tari lagi. “Ahh, aku belum menemukan barang itu. sebaiknya kalian turun dulu, aku pasti akan menyusul” bohong Retno lagi.
“Tck. Menyusahkan sekai sih dia. Kita duluan saja, yuk!” ajak Likah yang langsung menggandeng Difna. “Tunggu deh, dia pasti sedang cari alasan agar bisa kabur dari acara ini” kata Difna melepaskan tangan Likah. “Hhhh. Peduli amat, kalau dia tidak mau ya udah, jangan dipaksa. Percuma buang-buang waktu” sinis Likah. “Kamu keterlaluan ya!” desis Difna yang langsung menghampiri Retno dan langsung mengajaknya paksa.
“Jangan cari alasan untuk kabur. Kau harus ikut kami!” paksa Difna. “Tapi, barangku?” kata Retno mencoba melepaskan diri. “Aku tahu kita tak membawa barang apapun kesini. Jangan bohong lagi. Ikuti saja maka akan lebih mudah” Difna terus menarik tangan Retno. SLT menghembuskan nafas kasar lalu mengikuti mereka.
“Ohh? Apa kalian trainee baru di WM-ent?”
“Kalian tidak seperti orang Korea, apa kalian dari luar negeri?”
“Apa kalian....” ... “Bagaimana....?”
Pertanyaan para netizen menyerbu mereka saat baru turun dari Bus. Dan lagi-lagi, tubuh Retno bergetar cepat, ia menghempaskan tangan Difna dan langsung berlari kedalam sambil menutup telinganya.
“RET!!!” teriak DST yang langsung mengejarnya. “Asshh” kesal Likah  ikut berlari kecil masuk kedalam gedung.
Kang Sungjong yang melihat Retno berlar seperti ketakutan dan dikejar keempat teman-temannya mengernyitkan kening,”Ada apa dengan mereka?” pikirnya, ia berniat mengejar mereka juga, namun diurungkan karena seseorang memegang pundaknya dari belakang membuatnya harus menoleh.
“Oh?” kagetnya seketika, namun wajah kaget itu berubah bahagia dalam sekejap.
“Lama tidak bertemu” ucap orang itu dengan senyum lebarnya. “Hwaaa... Jung Ill –hyung!” pekik Sungjong yang langsung memeluk pria itu. “Hhh, tentu saja baik. Bagaimana kabarmu, huh?” tanya pria yang dipanggil Jung Ill itu. Sungjong melepaskan pelukannya, lalu membuka tangannya dan mengedikkan bahunya. “Seperti yang kau lihat, aku sangat baik” ucapnya. Jung Ill hanya tersenyum sambil menepuk pundak Sungjong.
“Konser anak-anakmu pasti sukses” ucap Jung Ill. “Ahh, tentu saja. Lalu, bagaimana hyung bisa kesini? Apakah anak-anakmu tidak ada kegiatan?” tanya Sungjong. Mereka berjalan beriringan menuju backstage. “Mereka sedang sibuk menyelesaikan album baru mereka. Kau tahu kan, sebentar lagi mereka akan comeback. Aku tidak menemani mereka karena aku ingin menonton konser anak-anakmu” ujar Jung Ill.
“Hei... Hei... apa ini? seorang Manager Boyband ternama Korea. Lee Jung Ill, lebih mementingkan konser boyband lain daripada anak-anaknya sendiri?”
“Assh. Tidak begitu juga. Aku kesini juga karena ingin bertemu denganmu, sudah lama setelah insiden itu. Aku masih tidak enak denganmu”
“Ya! Hyung. Itu bukan salahmu. Justru karena aku, kau kehilangan Haneul-eonni. Mianhae. Kau juga sudah sangat baik padaku, membawaku hingga keposisiku sekarang ini”
“Tck. Sudahlah. Kajja! Bukankah sebentar lagi acaranya akan dimulai?”
“Ahh, ne. Kajja!”
Tepat setelah Sungjong dan Jung Ill masuk kebackstage, Retno baru keluar dari toilet. Dan DSTL menghampirinya.
“Ada apa, sih?” tanya Difna. “huhh, mereka menakutkan sekali” lirih Retno sambil mengatur nafasnya. “apanya yang menakutkan?” tanya Tari.
“Para wartawan itu” jawab Retno, DST menatapnya bingung. “Hahh, saat aku lewat disana tadi, serasa kepopuleranku muncul kembali” gumam Likah. Tak lama kemudian terdengar suara dari stage dibelakang mereka. “Oh, acaranya udah dimulai!” kata Sulis. “Ayo!” Difna menarik tangan Retno tak membiarkan Retno kabur lagi. Mereka berlima pun duduk disamping stage menonton konser itu.
Acaranya sangat meriah, teriakan-teriakan para fans B1A4 beradu dengan alunan melody yang dibawakan bintang hari ini. ya, tentu saja karena penampilan idola mereka benar-benar kece dan melelehkan hati yang melihatnya.
Bling Girl – B1A4
“Spektakuler!” gumam Likah. “Benar-benar keren” ucap Difna yang tak henti-hentinya memotret mereka. “Wahh, hebat” mata Tari berbinar memandang mereka. “Kurasa Jinyoung-Sunbae yang jadi leadernya” gumam Sulis. “Kenapa?” tanya Tari yang ada didekatnya.
“Sejak tadi kuperhatikan, dia yang banyak mendapat bagian nyanyi, dan selalu tampil paling depan” ujar Sulis. “Mungkin dia visual atau lead vocal. Bukankah Shinwoo-Sunbae yang jadi leadernya, karena dia yang terlihat pantas jadi leader
“Entahlah. Itu hanya pendapatku saja” Mereka berdua kembali fokus dengan apa yang mereka lihat.
Tapi, tidak dengan Retno yang sedari tadi menatap takut pada para wantawan yang ada di setiap sudut ruangan. Ia mencoba menenangkan diri dan melihat penampilan para sunbaenya, namun tetap saja tidak bisa. Ia pun memperhatikan sekeliling mencoba mencari cara untuk melarikan diri dari tempat itu. ia melihat teman-temannya sangat fokus dengan acara itu, ia pun memanfaatkan kesempatan itu.
Dengan perlahan ia mencoba pergi, baru beberapa langkah, Sungjong menghampiri mereka. Retno pun segera duduk kembali.
“Kalian. Tontonlah acara ini sampai selesai. Dan ambil pelajaran yang ada. karena setelah ini aku akan menanyakan banyak hal tentang acara ini dan kalian harus menjawab dengan benar. Atau kalian akan mendapat hukuman lagi. Arra” tegas Sungjong lalu mengambil ponselnya, dan menerima telepon yang masuk, setelahnya ia langsung pergi.
“Hhh, orang itu” kesal Retno. “Baiklah. Mari kita konsentrasi” semangat Sulis, begitupun DLT. “OK!” semangat mereka.
‘Aaa, aku bisa pergi!’ Retno kembali melanjutkan rencananya. Ia pun langsung pergi tanpa ada yang tahu. Ia menerobos kumpulan orang-orang yang ada disitu hingga berhasil keluar. Namun,...
‘BUKKK’ tanpa sengaja ia bertubrukan dengan seseorang.
“Ahh, jongsonghamnida” ucapnya sambil membungkuk tanpa menatap wajah orang itu dan langsung berlari pergi. Ternyata orang itu adalah Lee Jung Ill, teman Kang Sungjong tadi, dan dia adalah manager Super Junior, orang yang sangat dikenal Retno dulu.
“Kurasa aku pernah melihatnya? Tapi dimana?” gumamnya sambil terus menatap punggung Retno hingga hilang dilorong pertama. “Ahh, entahlah” ucapnya lalu masuk kedalam ruangan itu lagi.
---
“Huhh. Lega” Retno menghela nafas, ia menunggu lift terbuka, ia ingin menuju rooftop gedung itu untuk mencari udara segar. Namun pandangannya terhenti pada dua orang yang berada di lobby. Satunya benar Kang Sungjong, dan satunya lagi, sepertinya orang yang sangat dikenalnya, dia menyipitkan matanya memastikan pandangannya tak salah. “Miss Sheilla?”.

TBC
               
                Bagaimana? makin aneh dan gaje kah ceritanya. Hehe, mian. Aku juga tidak menyangka tiba-tiba punya ide kayak gini. Moga aja ceritanya tidak berhenti ditengah jalan ya,... (*jangan lah tor, kasihan readernya). Baiklah, Author undur diri. Walaupun makin gaje. Comment please !!! J

3 komentar:

  1. wah chingu yya.. keren.. benar2 keren.. lucu juga sih... hehhe :P

    BalasHapus
  2. hehehe... gomawo sudah berkunjung dan ngikutin cerita gaje ini... Gomawo chingu yya... ^^

    BalasHapus

Biasakan untuk memberi komentar untuk posting kami. sebagai bahan koreksi kami untuk menghidupkan blog ini. Let's Comment ^^