Kim
Hyuli Present
‘Be
Amazing Girls’
DRSTL
(Difna, Retno, Sulis, Likah, Tari) | B1A4 | Other
Fiction
| Fight | Dreams
G
“Fanfic
ini adalah fanfic seri keduaku setelah ‘A Short Journey of Daydream with KRY’
yang aku tulis dibuku. ini hanya sekedar fanfic, tidak bermaksud untuk menyinggung
pihak lain. Jadi, saya mohon maaf jika ada kata-kata yang tidak pantas”
RCL
& Happy Reading ^^
-------------------------------------------
Chapter
5
Suasana sunyi menyelimuti kamar DRSTL. Ya, setelah
kejadian yang aneh dan menyebalkan tadi siang, semuanya hanya saling diam.
Retno tengah sibuk dengan bacaannya. Sulis dan Difna merapikan meja mereka,
Tari tengah sibuk berfikir sambil menatap semua teman-temannya terutama Retno.
Dan Likah, seperti biasa sibuk dengan cermin hello kitty pinky-nya.
Tak berapa lama kemudian Sulis buka suara.
“Ret!” panggilnya. “Uhm?” jawab Retno yang terus fokus
pada bukunya. Kini yang lain memandang mereka berdua.
“Sebaiknya kamu cerita apa masalah kamu pada kami”
Retno menutup bukunya lalu memandang Sulis. “Masalah apa?”
tanyanya santai.
“Ahh, ayolah. Kami kan teman-temanmu. Kami tahu seperti
apa dirimu, jadi kalau ada masalah jangan dipendam sendiri dong” sahut Difna.
“Apa kamu sudah tidak percaya pada kami lagi?” tanya Tari.
“Hmm. Kau itu benar-benar menyusahkan. Kita mempunyai
masalah yang sama, kalau saja kamu mau nurut, semua pasti akan mudah” kata
Likah dengan nada sinisnya.
Retno menghela nafas dan menghampiri teman-temannya. Ia
tersenyum simpul.
“Bukan masalah serius kok, hanya sedikit sakit saja”
jawabnya lirih.
“Ha? Sakit? Sakit apa?” tanya DST beruntun. “Sakit apaan?”
tanya Likah (telat).
“Hehehe. Sakit hati dan pikiran” jawab Retno dengan nada
bercanda.
“RETNO !!!” kesal DSTL, karena merasa dipermainkan. Retno tersenyum
gaje sambil menggaruk tengkuknya. Ia pun berlari keluar mencoba menghindari
ceramah teman-temannya. “Hei! Mau kemana? jawab kami dulu!” teriak Sulis.
Mereka berempat pun mengikutinya.
‘Hmh. Kalian menganggapnya hanya gurauan, ya. Tidak
apa-apa’ batin Retno tersenyum miris. Ia berlari kerooftop, yang sejak ia
datang telah menjadi tempat favoritnya. Namun, di dapur langkahnya terhenti
saat melihat para Sunbaenya tengah menikmati makan malam mereka.
“Ya! Kau mau kemana?” tanya Jinyoung.
“Oh? Aku, ingin mencari udara segar” jawab Retno kikuk.
“Gwaenchanna?” tanya Shinwoo lirih.
“Ne?” tanya Retno tak percaya, begitupun anggota
B1A4 lainnya. Shinwoo menatap mereka dingin, lalu kemudian Retno. “Nan
Gwaenchanna. Mianhae atas kejadian tadi” Retno membungkukkan
badannya lalu menaiki anak tangga menuju Rooftop. Shinwoo tercengang mendengar
pernyataan Retno tadi.
“Ya! Bukankah dia itu aneh? Bukankah tadi Hyung
bilang, kalau Hyung yang merasa salah berucap? Tapi, kenapa dia yang
minta maaf?” tanya Baro. Shinwoo mengedikkan bahunya. “Dia memang yeoja
aneh” gumam Sandeul sambil melahap bulgoginya. “Bukankah sejak dia datang
kesini sudah aneh?” sahut Gongchan yang sibuk memotret makanannya untuk
diupload ke akun sosmednya.
“Sudahlah. Sebaiknya selesaikan makan kalian. Setelah ini
kita akan kekantor, untuk persiapan konser lusa” kata Jinyoung. Semua menurut.
Tak lama kemudian DSTL datang.
“Oh, Sunbae-nim. Selamat malam” Sapa DSTL
membungkukkan badan mereka. “Uhm. Kalian tidak ingin makan?” tanya Jinyoung. “Gamsahamnida.
Kami sudah makan tadi” jawab Difna. “Ah, tapi aku masih lapar” sela Likah yang
langsung duduk disamping Sandeul. B1A4 menatapnya heran. Tapi Likah tak peduli,
ia malah terus saja menatap Sandeul, membuat Sandeul risih.
DST memandang temannya itu malu. “Ashh, dia memalukan”
umpat Difna. “Ahh, Sunbae, Retno... maksudku, apakah kalian tahu dia
dimana?” tanya Tari. “Oh... Dia baru saja kerooftop” jawab Gongchan sembari
menunjuk arah tangga menuju rooftop. “Gomapseumnida” jawab DST, lalu
menuju rooftop, tanpa mempedulikan Likah.
Baro dan Gongchan menahan tawa mereka melihat Sandeul yang
merasa tidak nyaman. “Bahkan dirumah saja dia tidak bisa tenang” bisik
Gongchan. “Hahaha. Kau benar. Kasihan” lirih Baro sambil menggeleng.
“Likah-ssi . Ayo makan. Bukankah kau bilang tadi
masih lapar?” kata Jinyoung. “Uhm, Sunbae” jawab Likah sekilas menatap
Jinyoung, lalu kembali memandang Sandeul. Jinyoung dan Shinwoo hanya
menggelengkan kepalanya.
“Eh. Ngomong-ngomong. Ada apa dengan temanmu itu?, siapa
namanya... haaa?” tanya Sandeul mencoba mengalihkan perhatian Likah. “Retno?”
ucap Likah. “Ahh, ne, ne. Kenapa dia?” ulang Sandeul.
“Molla. Dia itu selalu membuat orang lain repot.
Dia menolak ingin dijadikan Idol, padahal dia tahu sendiri kalau kita bisa
pulang jika kita mengikuti trainee itu, lagipula itu kan hanya trainee,
belum tentu debut kan?” ujar Likah.
“Ne... kau benar” setuju Gongchan.
“Tunggu. Mungkin dia punya alasan kenapa sangat menentang
menjadi Idol walaupun hanya trainee saja, kan?” kata Shinwoo.
“A... ne, kau benar Hyung!” setuju Baro dan Sandeul. “Lalu, kau
tahu kenapa dia menentangnya?” tanya Jinyoung.
“Uhm, saat dia ditanya Kang Ajussi, dia hanya
bilang ia tidak suka menjadi Idol, karena seperti sapi perah peliharaan agency,
seperti itulah” ujar Likah sedikit hiperbola.
“Ya! Apa itu? bisa-bisanya dia bilang seperti itu” protes
Sandeul sambil berdiri, membuat semua kaget. “Ya!” keras Baro langsung
menariknya kembali duduk.
“Hmmh, sepertinya dia sangat membenci dunia para Idol, ya”
pikir Gongchan. “Kurasa bukan itu, dia mungkin mengalami sesuatu yang sangat
menyakitkan dan hal itu berhubungan dengan dunia entertainment. Apa dia
pernah bekerja atau masuk sebuah agency?” tanya Shinwoo.
“Aaaa... itu....”
“Sunbae-nim!” tiba-tiba Retno muncul dengan senyum
lebarnya disusul DSL. Ucapan Likah pun terpotong, dan semuanya menatapnya.
“Wae?” tanya Sandeul.
“Boleh aku minta bulgoginya? Tiba-tiba aku sangat lapar”
kata Retno yang langsung mengambil mangkuk berisi bulgogi yang tinggal
setengah.
“Ohh.. eohhh” ucap Jinyoung, semua menatap aneh kearah
Retno.
“Hei! Ret! Apa kamu yakin?” tanya DSL dengan tatapan
khawatir.
“Iya. Bukankah kamu ... ?” tanya Likah yang ikut heran.
Tapi Retno tak menghiraukannya, dia tetap melahap bulgogi itu. semuanya hanya
diam memandangnya. “Masitta!” ucap Retno dengan senyum lebarnya sambil
terus mengunyah makanan itu.
#Flashback On
“Nan Gwaenchanna. Mianhae atas kejadian
tadi” Retno membungkukkan badannya lalu menaiki anak tangga menuju Rooftop.
“Hahh... bintangnya sedikit sekali ya” gumamnya lalu duduk
dikursi ayunan yang ada disitu. ‘Mbak. Ini benar-benar sangat menyakitkan,
kenapa aku jadi seperti ini, ya. Mbak maaf ya, sekali lagi aku harus membuatmu
khawatir. Aku akan segera pulang, bagaimanapun caranya, aku janji. Mbak harus
selalu sehat, ya. Aku sangat menyayangimu....’ ketiknya dilayar ponselnya,
namun sebentar kemudian dihapusnya kembali.
‘Hhh, mana mungkin aku bilang seperti ini. biar saja Mbak
Tita nggak tahu, jadi dia tidak akan kepikiran’
‘Ahh, tapi, gimana dengan Mbak Titin dan Sevia? Pasti
mereka sudah tahu. Secara Likah kan ember, ashhh’
Retno menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
“Ret!” Tari bersama Sulis dan Difna menghampirinya. “Uhm?”
Retno membuka tangannya dan menatap mereka.
“Cerita dong pada kami, apa masalahmu, jadi kami
bisa bantu” kata Tari.
“Iya, Ret. Kalau kamu terus begini, aku jadi merasa sangat
bersalah” ucap Sulis. “Ayolah Ret, jangan kau pendam sendiri masalahmu.
Ceritakanlah!” tambah Difna.
“Hmh, bukankah kubilang tadi aku sedang sakit hati dan
pikiran?” ucap Retno dengan nada lembutnya. “Jangan bercanda lagi deh
Ret!” kesal Difna. Sulis dan Tari mengangguk menyetujuinya. Retno tersenyum
miris. “Kalau tidak percaya ya sudah” lirihnya.
Beberapa menit suasana hening. DSL saling menatap satu
sama lain, seakan bertanya apa yang akan dilakukan pada Retno.
“Hmmh. Kalau kau tidak mau menceritakan masalahmu tidak apa.
Tapi setidaknya, beritahu kami apa alasanmu sangat menentang semua ini?” tanya
Difna.
“Iya. Lagipula ini kan hanya trainee, belum
tentu kita bisa debut dan menjadi Idol, kan?” tambah Sulis.
“Benar Ret. Bukankah kau selalu ingin menjadi penyanyi
suatu hari nanti? Dan sekaranglah kesempatanmu menunjukkan bakatmu itu” kata
Tari sambil memegang pundak Retno. “Mungkin benar. Tapi sekarang tidak lagi”
gumam Retno.
“Baiklah. Kalau begitu, cobalah bertahan selama 2 bulan,
hanya 2 bulan demi kami” Difna mulai sangat kesal dengan sikap Retno.
“Hmmh. Aku benar-benar minta maaf. Aku sungguh tidak bisa”
Retno mendesah.
DSL benar-benar bingung harus melakukan apa lagi jika
sikap Retno seperti ini.
“Aaa!” ucap Tari seakan mendapat ide. Ia mengajak Sulis
dan Difna berunding dan merapat ke pojok. Sedang Retno menatap mereka
penasaran. ‘Apapun yang kalian lakukan, aku benar-benar minta maaf, aku tidak
ingin masuk dunia itu lagi’ batinnya.
“Ret!” seru Sulis. “Hm” jawab Retno.
“Kami akan memberikan hukumanmu untuk siang tadi” kata
Sulis. “Ashh, ternyata kalian masih ingat, ya?” Retno tersenyum gaje.
“Tentu saja” ucap Tari. “Lalu, apa hukumannya?” tanya
Retno.
“Tapi janji dulu kamu akan melakukan apapun hukuman itu”
kata Difna. “Iya, aku janji. Kau tahu kan bagaimana aku?” ucap Retno
menunjukkan jari kelingking tangan kanannya.
“Baiklah. Pilih salah satu” kata Sulis. “Ha?”
“Pertama, kamu mengikuti trainee itu bersama-sama
kami, dan bertahan selama 2 bulan” kata Difna.
“Kedua, kamu makan bulgogi milik B1A4 sunbae,
bagaimana?” tanya Sulis. Retno menatap mereka bingung. Itu memang dua pilihan
yang sangat sulit. Ia tidak mungkin memilih yang pertama, tapi yang kedua,
jujur dia punya alergi terhadap daging, apapun itu yang berbahan daging, dia
sangat menjauhinya. Tapi untuk kali ini tidak ada pilihan lain selain itu,
terlebih dia sudah berjanji.
DSL sudah yakin bahwa Retno akan memilih yang pertama,
mereka sangat tahu Retno alergi daging. Tapi...
“Baiklah. Aku akan makan bulgogi, sepertinya itu enak.
Melihatnya saja udah bikin ngiler apalagi rasanya. Ayo!” Retno langsung
beranjak. DSL ternganga dengan keputusan Retno.
“Ha? dia serius?” tanya Sulis. “RET!” teriak mereka yang
langsung mengikuti Retno.
Retno menuruni tangga dan menarik nafas panjang, ‘Tidak
akan terjadi apapun, aku bisa’ yakinnya. “Sunbae-nim!” panggilnya.
#Flashback Off
Tinggal satu suapan lagi. Retno memaksakan mie goreng
daging itu masuk kedalam mulutnya dan mengunyahnya sekuat tenaganya. Meskipun
ia sudah merasakan lambungnya yang sangat penuh dan ingin segera menumpahkan
kembali makanan itu. bahkan telinga dan pipinya sudah merah karena reaksi
alergi telah muncul.
Tidak ingin tetap disitu dan menjadi bahan perhatian, ia
langsung berdiri.
“Eummhh. Masitta! Gamsahamnida!” ucapnya sambil
menghapus sisa saus yang belepotan disekeliling bibirnya dengan punggung
tangannya, ia menatap DSL sekilas, lalu pergi setelah membungkukkan badannya
pada B1A4.
Yang lain masih tidak percaya melihatnya.
“Nafsu makannya besar juga” gumam Sandeul tak percaya.
“Mungkin sebentar lagi dia akan menjadi gemuk” tambah
Baro.
Likah memandang DSL dengan tatapan yang seakan menanyakan,
-Ada apa dengan anak itu (Retno)?-. tapi yang ditatapnya tak ada satupun yang
peduli, mereka langsung mengejar Retno. Likah pun mengikuti mereka.
“Ashh. Bagaimana bisa calon Idol seperti mereka. Kenapa
Manager Kang mencari orang seperti mereka untuk menutup kasus itu? ini pasti
tak akan berhasil” kata Sandeul.
“Hmmh. Dwaesseo. Kajja!” Jinyoung dan Shinwoo sudah
pergi lebih dulu. Sandeul, Baro dan Gongchan pun mengikuti mereka.
Malam itu Retno langsung tidur, ya dia hanya pura-pura,
karena saat ini kepalanya benar-benar sangat sakit, dan badannya seperti
menggigil kedinginan, dan ia merasakan suhu tubuhnya mulai naik. Ia tetap
menutup mata, mencoba menahannya agar teman-temannya tidak tahu dan
menganggapnya baik-baik saja. Dan berharap tidak ada yang memaksanya lagi.
Sedang DSTL memperhatikannya dari tempat tidur
masing-masing dengan khawatir.
“Dia tidak apa-apa kan?” tanya Tari lirih.
“Lihat saja caranya tidur. Orang yang sakit tidak akan
kuat tidur dengan posisi seperti itu, apalagi dilantai” kata Likah.
“Kau benar. Tapi, Retno pandai sekali menyembunyikan
masalahnya, begitupun kalau dia sedang sakit, dia akan berusaha keras
menyembunyikannya” ucap Sulis.
“Aaa, iya. Dia memang orang yang keras kepala. Lebih baik
kita cek saja, siapa tahu dia demam” usul Difna. Tari dan Sulis setuju. Tari
langsung turun dari ranjangnya dan mendekati Retno. Perlahan-lahan ia memegang
keningnya dan mencoba memperkirakan suhu tubuh temannya itu. setelah itu ia
menggeleng, “Ini dingin, namun sepertinya normal” ucapnya lirih lalu kembali ke
ranjangnya.
“Benar kan? dia baik-baik saja. Aku tahu hanya
dengan melihat caranya tidur” ketus Likah yang langsung merebahkan tubuhnya dan
menarik selimutnya.
“Tapi, aku masih tidak yakin” gumam Difna.
“Kuharap dia baik-baik saja”
“Ya, aku merasa semakin bersalah padanya” Sulis berbaring
dan memiringkan kepalanya menghadap Retno.
‘Hmmh. Maaf’ batin Retno yang masih berpura-pura tidur.
1 jam kemudian...
Retno membuka matanya dan mendapati semua teman-temannya
telah tertidur pulas. Ia menyingkap selimutnya, dan menutupi sebuah guling
dengan selimutnya itu. dengan langkah lemas dan mencoba sepelan mungkin agar
tak membangunkan yang lain ia langsung keluar dari kamar. Setelah berhasil
keluar ia kembali memegangi kepalanya lalu berjalan tertatih ke kamar mandi.
Semua makanan tadi kini telah ia muntahkan semua. Namun
sakit kepala dan badannya yang masih menggigil belum hilang. Ia menatap
bayangannya dicermin. “Tck. Kenapa aku seperti mayat hidup begini?” gumamnya
langsung membasuh wajahnya. “Aku pasti bisa, seonggok daging tak akan bisa
membunuhku. Besok aku akan mencari cara untuk segera mendapatkan passpor itu,
atau kalau perlu aku akan mencurinya. Tapi, dimana kang Sungjong menyembunyikan
passpor kami?” pikirnya.
“Upp” ia menutup mulutnya setelah merasakan lambungnya
ingin memuntahkan isinya lagi... dicobanya memuntahkannya, tapi tak ada yang
keluar kecuali air salivanya saja. Setelah mencuci tangannya, ia langsung
menuju dapur dan mengambil air serta buah apel untuk menetralkan alerginya.
Saat menutup pintu lemari es, ia mendapati sebuah botol obat kecil yang di
gantungkan disamping lemari es itu, dan juga sebuah pesan yang ditulis dengan
huruf hangul.
‘Minumlah, alergimu akan hilang’ Retno mengernyitkan
kening membaca pesannya. Apa itu obat untuknya? Atau siapa? Dan bagaimana orang
itu tahu kalau dia punya alergi daging? Apa mungkin teman-temannya yang
memberikan obat itu. tidak, kalau itu temannya kenapa mereka susah-susah
menulis note segala. Dan kalau itu dari member B1A4, tidak mungkin lagi, mereka
kan tidak tahu kalau ia punya alergi daging.
Retno mengedarkan pandangannya kesekeliling, namun tidak
ada siapa-siapa. Ia mengambil obat itu dan memandanginya beberapa saat.
“Jangan-jangan ini racun” gumamnya lalu mengembalikan obat itu dan kembali
kekamarnya.
)()()()(
Be Amazing Girls )()()()(
Hari Tour Konser B1A4 pun tiba. Semua
persiapan sudah selesai, dan saatnya semua berangkat. B1A4, DRSTL, dan juga
Kang Sungjong, mereka berangkat bersama dalam satu bus milik perusahaan.
DSTL cukup menikmati perjalanan itu, mereka
terlihat asyik bercanda dan juga mengobrol bersama para member B1A4. Berbeda
dengan Retno yang sejak tadi hanya diam, namun matanya terus saja memperhatikan
setiap gerak-gerik dan ucapan Kang Sungjong.
“Boleh aku duduk disini?” tanya Shinwoo yang
tiba-tiba sudah berada didekat kursinya. Retno hanya menatapnya sekilas lalu
kembali menatap Kang Sungjong. Shinwoo pun duduk disampingnya. Mereka hanya diam,
ya, Retno terlalu sibuk dengan apa yang dilihatnya, sedang Shinwoo, dia sibuk
merapikan penampilannya, namun sesekali ia menatap Retno seakan ingin
menanyakan sesuatu.
“Ini adalah pengalaman pertamamu mengikuti
konser bersama Idolnya kan?” tanya Shinwoo mencoba membuka obrolan.
“Hmm” jawab Retno cuek. Shinwoo menatapnya tak
percaya, ‘Jinjja. Yeoja ini benar-benar tak punya ketertarikan sama
sekali dengan dunia Idol’ pikirnya.
“Owh.
Kita sudah hampir sampai!” ucap Shinwoo. Retno pun menengok keluar jendela
bus. Seketika matanya membulat melihat begitu banyak paparazzi yang sudah
berkerumun di sekitar bus mereka. Segera ia mengalihkan pandangannya, menutup
kedua telinganya dan memejamkan matanya erat.
“Ya! Kajja!” ajak Shinwoo. Retno
menatapnya ragu, “Sunbae duluan saja, ada barang yang harus aku cek”
ucapnya mencoba mencari alasan. “Oh, Geurae” Shinwoo pun langsung pergi
tanpa ragu, mengikuti yang lainnya.
“Retno! Ayo!” ajak Sulis. “Aaa. Kalian duluan
saja, aku masih mau mencari barangku, tadi sepertinya jatuh disekitar sini”
kata Retno sambil pura-pura mencari-cari barang hilang khayalannya.
“B1A4... B1A4!!!”
“JINYOUNG OPPA~~~!!!”
“BARO~~~!!!”
“CNU.... ~~~!!”
“GONGCHAN ~~~~!!!”
“HWAAAA..... SANDEUL OPPPPAAAA!!!”
Pekik para BANA (nama fans B1A4) yang sudah
setia menunggu idolanya. B1A4 menunjukkan kharisma dan keramahan mereka. Selain
itu, banyak sekali wartawan yang ingin meliput acara itu,mereka berdesakan
dengan para BANA untuk mewawancarai para member B1A4, membuat Jinyoung dkk
kesulitan masuk kedalam gedung pertunjukan. Namun dengan cekatan para bodyguard
mereka menahan para orang itu agar tak melewati garis batas dan B1A4 bisa masuk
kedalam gedung dengan tenang.
“Hwaa... lihatlah fans mereka. Ayo turun!”
ajak Likah yang sudah tidak sabaran. “Ret! Ayo!” ajak Sulis dan Tari lagi.
“Ahh, aku belum menemukan barang itu. sebaiknya kalian turun dulu, aku pasti
akan menyusul” bohong Retno lagi.
“Tck. Menyusahkan sekai sih dia. Kita duluan
saja, yuk!” ajak Likah yang langsung menggandeng Difna. “Tunggu deh, dia
pasti sedang cari alasan agar bisa kabur dari acara ini” kata Difna melepaskan
tangan Likah. “Hhhh. Peduli amat, kalau dia tidak mau ya udah, jangan dipaksa.
Percuma buang-buang waktu” sinis Likah. “Kamu keterlaluan ya!” desis Difna yang
langsung menghampiri Retno dan langsung mengajaknya paksa.
“Jangan cari alasan untuk kabur. Kau harus
ikut kami!” paksa Difna. “Tapi, barangku?” kata Retno mencoba melepaskan diri.
“Aku tahu kita tak membawa barang apapun kesini. Jangan bohong lagi. Ikuti saja
maka akan lebih mudah” Difna terus menarik tangan Retno. SLT menghembuskan
nafas kasar lalu mengikuti mereka.
“Ohh? Apa kalian trainee baru di
WM-ent?”
“Kalian tidak seperti orang Korea, apa kalian
dari luar negeri?”
“Apa kalian....” ... “Bagaimana....?”
Pertanyaan para netizen menyerbu mereka saat
baru turun dari Bus. Dan lagi-lagi, tubuh Retno bergetar cepat, ia
menghempaskan tangan Difna dan langsung berlari kedalam sambil menutup
telinganya.
“RET!!!” teriak DST yang langsung mengejarnya.
“Asshh” kesal Likah ikut berlari kecil
masuk kedalam gedung.
Kang Sungjong yang melihat Retno berlar
seperti ketakutan dan dikejar keempat teman-temannya mengernyitkan kening,”Ada
apa dengan mereka?” pikirnya, ia berniat mengejar mereka juga, namun diurungkan
karena seseorang memegang pundaknya dari belakang membuatnya harus menoleh.
“Oh?” kagetnya seketika, namun wajah kaget itu
berubah bahagia dalam sekejap.
“Lama tidak bertemu” ucap orang itu dengan
senyum lebarnya. “Hwaaa... Jung Ill –hyung!” pekik Sungjong yang
langsung memeluk pria itu. “Hhh, tentu saja baik. Bagaimana kabarmu, huh?”
tanya pria yang dipanggil Jung Ill itu. Sungjong melepaskan pelukannya, lalu
membuka tangannya dan mengedikkan bahunya. “Seperti yang kau lihat, aku sangat
baik” ucapnya. Jung Ill hanya tersenyum sambil menepuk pundak Sungjong.
“Konser anak-anakmu pasti sukses” ucap Jung
Ill. “Ahh, tentu saja. Lalu, bagaimana hyung bisa kesini? Apakah
anak-anakmu tidak ada kegiatan?” tanya Sungjong. Mereka berjalan beriringan
menuju backstage. “Mereka sedang sibuk menyelesaikan album baru mereka. Kau
tahu kan, sebentar lagi mereka akan comeback. Aku tidak menemani mereka
karena aku ingin menonton konser anak-anakmu” ujar Jung Ill.
“Hei... Hei... apa ini? seorang Manager Boyband
ternama Korea. Lee Jung Ill, lebih mementingkan konser boyband lain
daripada anak-anaknya sendiri?”
“Assh. Tidak begitu juga. Aku kesini juga
karena ingin bertemu denganmu, sudah lama setelah insiden itu. Aku masih tidak
enak denganmu”
“Ya! Hyung. Itu bukan salahmu. Justru
karena aku, kau kehilangan Haneul-eonni. Mianhae. Kau juga sudah
sangat baik padaku, membawaku hingga keposisiku sekarang ini”
“Tck. Sudahlah. Kajja! Bukankah
sebentar lagi acaranya akan dimulai?”
“Ahh, ne. Kajja!”
Tepat setelah Sungjong dan Jung Ill masuk
kebackstage, Retno baru keluar dari toilet. Dan DSTL menghampirinya.
“Ada apa, sih?” tanya Difna. “huhh,
mereka menakutkan sekali” lirih Retno sambil mengatur nafasnya. “apanya yang
menakutkan?” tanya Tari.
“Para wartawan itu” jawab Retno, DST
menatapnya bingung. “Hahh, saat aku lewat disana tadi, serasa kepopuleranku
muncul kembali” gumam Likah. Tak lama kemudian terdengar suara dari stage
dibelakang mereka. “Oh, acaranya udah dimulai!” kata Sulis. “Ayo!” Difna
menarik tangan Retno tak membiarkan Retno kabur lagi. Mereka berlima pun duduk
disamping stage menonton konser itu.
Acaranya sangat meriah, teriakan-teriakan para
fans B1A4 beradu dengan alunan melody yang dibawakan bintang hari ini. ya,
tentu saja karena penampilan idola mereka benar-benar kece dan melelehkan hati
yang melihatnya.
♫ Bling
Girl – B1A4 ♫
“Spektakuler!” gumam Likah. “Benar-benar
keren” ucap Difna yang tak henti-hentinya memotret mereka. “Wahh, hebat” mata
Tari berbinar memandang mereka. “Kurasa Jinyoung-Sunbae yang jadi leadernya”
gumam Sulis. “Kenapa?” tanya Tari yang ada didekatnya.
“Sejak tadi kuperhatikan, dia yang banyak
mendapat bagian nyanyi, dan selalu tampil paling depan” ujar Sulis. “Mungkin
dia visual atau lead vocal. Bukankah Shinwoo-Sunbae yang
jadi leadernya, karena dia yang terlihat pantas jadi leader”
“Entahlah. Itu hanya pendapatku saja” Mereka
berdua kembali fokus dengan apa yang mereka lihat.
Tapi, tidak dengan Retno yang sedari tadi
menatap takut pada para wantawan yang ada di setiap sudut ruangan. Ia mencoba
menenangkan diri dan melihat penampilan para sunbaenya, namun tetap saja
tidak bisa. Ia pun memperhatikan sekeliling mencoba mencari cara untuk
melarikan diri dari tempat itu. ia melihat teman-temannya sangat fokus dengan
acara itu, ia pun memanfaatkan kesempatan itu.
Dengan perlahan ia mencoba pergi, baru
beberapa langkah, Sungjong menghampiri mereka. Retno pun segera duduk kembali.
“Kalian. Tontonlah acara ini sampai selesai.
Dan ambil pelajaran yang ada. karena setelah ini aku akan menanyakan banyak hal
tentang acara ini dan kalian harus menjawab dengan benar. Atau kalian akan
mendapat hukuman lagi. Arra” tegas Sungjong lalu mengambil ponselnya,
dan menerima telepon yang masuk, setelahnya ia langsung pergi.
“Hhh, orang itu” kesal Retno. “Baiklah. Mari
kita konsentrasi” semangat Sulis, begitupun DLT. “OK!” semangat mereka.
‘Aaa, aku bisa pergi!’ Retno kembali
melanjutkan rencananya. Ia pun langsung pergi tanpa ada yang tahu. Ia menerobos
kumpulan orang-orang yang ada disitu hingga berhasil keluar. Namun,...
‘BUKKK’ tanpa sengaja ia bertubrukan dengan
seseorang.
“Ahh, jongsonghamnida” ucapnya sambil
membungkuk tanpa menatap wajah orang itu dan langsung berlari pergi. Ternyata
orang itu adalah Lee Jung Ill, teman Kang Sungjong tadi, dan dia adalah manager
Super Junior, orang yang sangat dikenal Retno dulu.
“Kurasa aku pernah melihatnya? Tapi dimana?”
gumamnya sambil terus menatap punggung Retno hingga hilang dilorong pertama.
“Ahh, entahlah” ucapnya lalu masuk kedalam ruangan itu lagi.
---
“Huhh. Lega” Retno menghela nafas, ia menunggu
lift terbuka, ia ingin menuju rooftop gedung itu untuk mencari udara segar.
Namun pandangannya terhenti pada dua orang yang berada di lobby. Satunya benar
Kang Sungjong, dan satunya lagi, sepertinya orang yang sangat dikenalnya, dia
menyipitkan matanya memastikan pandangannya tak salah. “Miss Sheilla?”.
TBC
Bagaimana?
makin aneh dan gaje kah ceritanya. Hehe, mian. Aku juga tidak menyangka
tiba-tiba punya ide kayak gini. Moga aja ceritanya tidak berhenti ditengah
jalan ya,... (*jangan lah tor, kasihan readernya). Baiklah, Author undur diri.
Walaupun makin gaje. Comment please !!! J
wah chingu yya.. keren.. benar2 keren.. lucu juga sih... hehhe :P
BalasHapushehehe... gomawo sudah berkunjung dan ngikutin cerita gaje ini... Gomawo chingu yya... ^^
BalasHapusne, sama2 chingu yya.. ;)
BalasHapus