Hai hai... kami kembali lagi dengan
kelanjutan Fanfiction HURRY UP-nya. Gomenasai sudah membuat kalian menunggu.
Juga maaf dengan tampilan blog kami yang belum teratur *alias masih
berantakan*. Maklumlah, ini karena kami masih belajar.
Ahh,
kami rasa tidak perlu banyak pembukaan.
OK.
Ini dia kelanjutan dari HURRY UP. Happy Reading.
DON’T
FORGET TO LEAVING COMMENT ^^
Previous Part
Tiba-tiba
ponsel Ryosuke bergetar, tanda ada e-mail masuk. Ia pun membuka e-mail itu.
Sesaat setelah membaca isi pesannya, Ia langsung pergi keluar dari kelas dan
memasukkan ponselnya di saku almamaternya.
Hurry Up (part 2)
Cast: Yuto Nakajima, Daiki Arioka, Ryosuke
Yamada, Yuri Chinen (Hey! Say! JUMP)
Ryosuke menuju ke kolam renang yang ada di lantai
atas.
“Masalah
lagi?” ucapnya sambil duduk di dekat seorang cowok, ya, di adalah Nakajima
Yuto. Yang di tanya hanya diam sambil menatap lurus air kolam. “Sudahlah,
lupakan saja. Hal sepele seperti itu...” ucapan Ryosuke terpotong oleh Yuto. “Hal
sepele? Apa maksudmu?” ucap Yuto dengan nada tinggi.
“Oh...
ada apa denganmu? Kenapa kau jadi seperti ini?” tanya Ryosuke.
“Bukan
seperti itu. Tapi aku merasa bersalah pada Daiki dan juga Chinen. Karenaku
mereka jadi ikut mendapat hukuman dari Wataru-sensei” jelas Yuto dengan lemah.
“Kenapa
kau yang merasa bersalah? Mereka sendiri juga ikut bersalah. Bukankah mereka
yang tetap ingin menunggumu, huh?”
“Kau
ini. Itu karena mereka setia kawan!”
“Benar
kan? Kalau begitu kau tidak sepenuhnya bersalah”
“Tapi
semuanya menyalahkanku”
“Hhhh....
sulit sekali membuatmu mengerti” kesal Ryosuke sambil meremas kertas tisu di
sampingnya.
Setelah
itu mereka hanya terdiam.
“Aku....
akan keluar dari sekolah ini” kata Yuto tiba-tiba, membuat Ryosuke langsung
menatapnya tak percaya.
“Apa
kau gila huh? Apa kau ingin merusak impian kedua orangtuamu?”
“Mereka
sudah tidak ada. Untuk apa aku harus mewujudkan impian mereka, mereka juga
tidak akan bisa melihatnya, mereka juga tidak akan ikut merasakannya, kan” Yuto
berdiri lalu beranjak pergi.
“Hei...
Yuto... Pikirkanlah lagi. Jangan cepat memutuskan seperti ini!” kata Ryosuke
agak teriak karena Yuto sudah agak jauh. Namun Yuto tak mempedulikannya, ia pun
hanya mendesah kecewa.
***
Wataru-sensei
duduk termenung di mejanya sambil menatap beberapa kertas ulangan di depannya,
lalu sesekali membukanya dan membaca nama yang tertera disitu. ‘Nakajima Yuto’.
“Dia
ini sebenarnya pintar, nilainya tak pernah jelek dan sesuai standar, tapi....
ya... hanya saja dia selalu telat dan banyak melanggar aturan sekolah...
tapi... bukti seperti ini tak cukup untuk mengeluarkannya... hhh, sebenarnya
apa yang dipikirkannya hingga ingin putus sekolah?” gumamnya sambil mengingat
kejadian 30 menit yang lalu.
#FLASHBACK
ON
Yuto
menemui Wataru-sensei di ruang guru. Setelah dari taman tadi.
“Ada
apa?” tanya Wataru-sensei. “Hummmh” Yuto merasa ragu tapi ia mencoba meyakinkan
dirinya dan menatap Wataru-sensei
“Saya,
ingin putus sekolah Sensei” ucap Yuto. “Apa?” Wataru-sensei sangat terkejut. “Saya
tidak ingin melanjutkan sekolah saya lagi” ulang Yuto.
“Apa
kau ini sedang tidak sehat, huh? Benar memang kau adalah murid paling tidak
teratur di sekolah ini. Tapi, tidak semudah itu kau bisa memutuskan sekolahmu!”
kata Wataru-sensei.
“Lalu,
apa alasanmu, hingga kau ingin putus sekolah?” tambahnya.
“Saya
tidak punya alasan lagi untuk sekolah. Selama ini saya hanya hidup sendiri, dan
selama ini saya hanya membuat semua orang susah karena saya”
“Kalau
itu alasanmu, seharusnya kau mengubah sikapmu. Jadilah orang yang lebih baik,
tidak perlu keluar sekolah seperti ini !”
“Tidak
Sensei. Saya tetap akan keluar sekolah. Ini adalah pilihan terbaik bagi saya
dan juga teman-teman yang lain. Permisi” kata Yuto lalu pergi setelah
membungkukkan badannya pada Wataru-Sensei.
“Hei...
Nakajima...!! coba kau pikirkan lagi keputusanmu itu !” kata Wataru-Sensei agak
teriak.
#FLASHBACK
OFF
“Hhhh”
desah Wataru-Sensei sambil mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
“Wataru
Sensei !” panggil Suzumi-Sensei yang sudah duduk di sampingnya. “Ohh” kaget
Wataru-Sensei.
“Benarkah
itu?” tanya Suzumi-Sensei. “Apa?” tanya Wataru-Sensei kembali.
“Nakajima
Yuto? Apa benar dia akan di keluarkan dari sekolah ini?” kata Suzumi-Sensei.
Wataru-Sensei kembali mendesah.
“Tidak.
Tapi dia sendiri yang ingin putus sekolah” jelasnya.
“Ohh?
Kenapa?” tanya Suzumi-Sensei lagi. Wataru-Sensei menatapnya heran, bukankah
seharusnya dia sudah tahu, karena saat Yuto datang dan berbicara tadi, ia ada
disitu juga.
“Kenapa
Anda bertanya lagi? Bukankah tadi Anda juga mendengarnya?” ucapnya.
“Ahh.
Iya. Tadi memang aku mendengarnya, tapi tidak terlalu jelas” Suzumi-Sensei
tersenyum garing.
Setelah
itu semuanya diam. Wataru-Sensei masih memikirkan ucapan Yuto.
***
“Benarkah?
Siapa yang bilang?” tanya seorang cewek pada teman-temannya. “Kuronuma yang
bilang, katanya ia melihatnya dan mendengarnya sendiri!” kata yang satunya. “Apa
benar begitu Kuronuma?” . “Tentu saja.kenapa aku harus bohong?”.
Seorang
cewek duduk dia sambil membaca buku, tapi ia sesekali menatap kearah
cewek-cewek yang sedang menggosip itu dan sayup-sayup mendengarkan obrolah
mereka.
‘Benarkah?
Apa dia sudah gila?’ gumamnya sambil menutup bukunya dengan kasar.
“Hei
kalian! Dimana Yuto?” tanyanya pada Chinen dan Daiki yang baru masuk kelas. “Aku
tidak tahu!” jawab Daiki sambil duduk. “Kami tadi memang bersamanya, tapi
setelah itu dia pergi” tambah Chinen.
“Apa
benar Yuto akan dikeluarkan dari sekolah?” tanya cewek itu lagi. “Apa?” keras
Daiki dan Chinen hampir bersamaan.
“Ada
apa dengan kalian? Seharusnya kalian lebih tahu. Kalian kan sahabat!”
Daiki
dan Chinen terdiam.
“Yui-chan.
Apa kau yakin?” tanya Chinen.
“Aku
tidak tahu. Aku hanya mendengarnya dari mereka. Tapi jika benar, awas saja.
Memangnya sekolah itu mudah? Aku tidak akan membiarkannya terjadi!” yakin Cewek
yang dipanggil Yui itu.
Tak
lama kemudian, yang di bicarakan datang dan langsung duduk dibangkunya. Semua
orang menatapnya, namun ia tidak peduli. Ia meletakkan kepalanya di meja dan
memejamkan matanya.
Segera
mereka bertiga menghampirinya.
“Ehh
Yuto!” panggil Yui. “Apa?” lirih Yuto tanpa berkutik.
“Benarkah
kau akan dikeluarkan dari sekolah?” tanyanya. “Apa itu juga karena kami?”
tambah Chinen. “Bagaimanapun juga ini tidak boleh terjadi, sepenuhnya juga
bukan salahmu. Aku minta maaf sudah menyalahkanmu tadi” sambung Daiki.
Yuto
langsung menatap mereka lalu tersenyum membuat semuanya malah bingung.
“Ini
bukan salah kalian. Dan... aku tidak dikeluarkan dari sekolah” ucap Yuto.
Semuanya tersenyum senang. “Hhh, syukurlah” lega Yui.
“Tapi,
aku sendiri yang memutuskan untuk keluar dari sekolah ini” tambah Yuto. “Apa?”
keras Yui, Chinen dan Daiki dengan tatapan tak percaya.
“Tapi
kenapa?” tanya Chinen.
“Iya,
apa alasannya?” tambah Yui disambung anggukan Daiki.
“Tidak
ada alasan aku sekolah disini” jelas Yuto kembali tersenyum.
“Bodoh!”
Yui menepuk kepala Yuto. “Memangnya mudah apa masuk sekolah ini? Apa kau tidak
ingat bagaimana usaha kita dulu saat masuk sekolah ini? Dan sekarang kau ingin
keluar sebelum lulus? Kau benar-benar bodoh!” omelnya.
“Dulu
aku memang masih punya alasan. Tapi sekarang tidak lagi, jadi untuk apa aku
melanjutkan sekolah ini lagi”
“Memangnya
kau harus butuh alasan untuk melanjutkan sekolah?” keras Daiki.
“Oh,
bukankah kau sendiri yang bilang waktu itu. Segala sesuatu yang kita lakukan harus
mempunyai alasan kenapa kita melakukanya” kata Yuto mengulangi kata-kata Daiki.
“Iya, tapi... bukan seperti ini maksudku” ucap Daiki yang jadi merasa bersalah.
Mereka bertiga menatapnya kecewa.
“Hei..
kalian. Tenang saja, aku akan hidup dengan baik, aku sekarang bisa bebas
bekerja, dan tidak perlu bingung mengerjakan Tugas ataupun PR” kata Yuto.
“Tidak
bisa. Kau tidak boleh putus sekolah. Aku tidak akan membiarkanmu !” yakin Yui. “Benar.
Setidaknya , tunggu sampai kita lulus dulu” kata Chinen. “Apa kau tega
meninggalkan kami, huh?” keras Daiki.
“Jangan
khawatir soal itu. Aku akan sering mengunjungi kalian. OK!” Yuto mengacungkan
jempolnya sambil tersenyum.
‘TENG..TENG..TENG’
“Yeah....!”
teriak murid lain yang sudah siap untuk pulang.
“Ayo
kita pulang!” kata Yuto yang langsung mengambil tasnya. Daiki, Chinen dan Yui
pun ikut melakukan hal yang sama.
~~~~
“Coba
pikirkan sekali lagi!” pinta Yui sambil membarengi Yuto. Tapi Yuto hanya
membalasnya dengan senyum tipisnya. Membuat Yui kembali mendesah kecewa.
Tak
lama kemudian ada beberapa siswi lewat. Entah kenapa Yuto tertarik pada salah
seorang dari mereka. Dan dia merasa sangat mengenal cewek itu. Seorang cewek
yang sangat berarti baginya saat ia masih tinggal di Nara. Dia terus saja
memperhatikannya.
“Apa
yang kau lihat?” tanya Yui penasaran dengan sikap Yuto. “Tidak ada” ucapnya. ‘Pasti
bukan’ pikirnya.
“Hhh,
anak baru itu cepat sekali terkenal” ucap Yui. “Siapa?” tanya Yuto. “Yang baru
saja lewat. Haru Aoyama, namanya saja menarik” kata Yui. “Apa? Siapa tadi kau
bilang?” tanya Yuto lagi.
“Haru
Aoyama? Kenapa? Apa kau mengenalnya?” tanya Yui. Tapi Yuto hanya diam dan
tersenyum.
‘Jadi
itu benar kau? Haru-Chan?’ batinnya senang. ‘Jadi dia benar-benar pindah
kesini?’ batinnya lagi sambil terus menatap siswi baru itu.
‘Aaa...
Wataru-sensei!’ Yuto langsung berlari kembali menuju sekolah tanpa bicara
apa-apa, membuat Yui bingung, begitupula Daiki dan Chinen yang baru saja keluar
dari sekolah.
“Ada
apa dengannya?” gumam Yui,lalu melanjutkan langkahnya. “Nakajima Yuto. Aku
tidak akan membiarkanmu putus sekolah. Ya, tidak akan” kata Yui dengan yakin.
To Be Continue....
Hwaahh... gimana nih? Tambah gaje ya? :p
Gomenasai. Aku masih
belajar membuat cerita-cerita seperti ini. Jadi, KRITIK dan SARANnya
benar-benar saya butuhkan.
Jangan lupa tinggalkan
Commentnya ya. Jangan jadi SILENT READER, itu tidak baik. *cie elah*
ARIGATOU GOZAIMASU ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Biasakan untuk memberi komentar untuk posting kami. sebagai bahan koreksi kami untuk menghidupkan blog ini. Let's Comment ^^