Senin, 23 Februari 2015

Hurry Up Part 2

Hai hai... kami kembali lagi dengan kelanjutan Fanfiction HURRY UP-nya. Gomenasai sudah membuat kalian menunggu. Juga maaf dengan tampilan blog kami yang belum teratur *alias masih berantakan*. Maklumlah, ini karena kami masih belajar.
            Ahh, kami rasa tidak perlu banyak pembukaan.
            OK. Ini dia kelanjutan dari HURRY UP. Happy Reading.
            DON’T FORGET TO LEAVING COMMENT ^^
            ONEGAISHIMASU........


Previous Part

Tiba-tiba ponsel Ryosuke bergetar, tanda ada e-mail masuk. Ia pun membuka e-mail itu. Sesaat setelah membaca isi pesannya, Ia langsung pergi keluar dari kelas dan memasukkan ponselnya di saku almamaternya.


Hurry Up (part 2)
Cast: Yuto Nakajima, Daiki  Arioka, Ryosuke Yamada, Yuri Chinen (Hey! Say! JUMP)



            Ryosuke menuju ke kolam renang yang ada di lantai atas.
            “Masalah lagi?” ucapnya sambil duduk di dekat seorang cowok, ya, di adalah Nakajima Yuto. Yang di tanya hanya diam sambil menatap lurus air kolam. “Sudahlah, lupakan saja. Hal sepele seperti itu...” ucapan Ryosuke terpotong oleh Yuto. “Hal sepele? Apa maksudmu?” ucap Yuto dengan nada tinggi.
            “Oh... ada apa denganmu? Kenapa kau jadi seperti ini?” tanya Ryosuke.
            “Bukan seperti itu. Tapi aku merasa bersalah pada Daiki dan juga Chinen. Karenaku mereka jadi ikut mendapat hukuman dari Wataru-sensei” jelas Yuto dengan lemah.
            “Kenapa kau yang merasa bersalah? Mereka sendiri juga ikut bersalah. Bukankah mereka yang tetap ingin menunggumu, huh?”
            “Kau ini. Itu karena mereka setia kawan!”
            “Benar kan? Kalau begitu kau tidak sepenuhnya bersalah”
            “Tapi semuanya menyalahkanku”
            “Hhhh.... sulit sekali membuatmu mengerti” kesal Ryosuke sambil meremas kertas tisu di sampingnya.
            Setelah itu mereka hanya terdiam.
            “Aku.... akan keluar dari sekolah ini” kata Yuto tiba-tiba, membuat Ryosuke langsung menatapnya tak percaya.
            “Apa kau gila huh? Apa kau ingin merusak impian kedua orangtuamu?”
            “Mereka sudah tidak ada. Untuk apa aku harus mewujudkan impian mereka, mereka juga tidak akan bisa melihatnya, mereka juga tidak akan ikut merasakannya, kan” Yuto berdiri lalu beranjak pergi.
            “Hei... Yuto... Pikirkanlah lagi. Jangan cepat memutuskan seperti ini!” kata Ryosuke agak teriak karena Yuto sudah agak jauh. Namun Yuto tak mempedulikannya, ia pun hanya mendesah kecewa.
***
            Wataru-sensei duduk termenung di mejanya sambil menatap beberapa kertas ulangan di depannya, lalu sesekali membukanya dan membaca nama yang tertera disitu. ‘Nakajima Yuto’.
            “Dia ini sebenarnya pintar, nilainya tak pernah jelek dan sesuai standar, tapi.... ya... hanya saja dia selalu telat dan banyak melanggar aturan sekolah... tapi... bukti seperti ini tak cukup untuk mengeluarkannya... hhh, sebenarnya apa yang dipikirkannya hingga ingin putus sekolah?” gumamnya sambil mengingat kejadian 30 menit yang lalu.
            #FLASHBACK ON
            Yuto menemui Wataru-sensei di ruang guru. Setelah dari taman tadi.
            “Ada apa?” tanya Wataru-sensei. “Hummmh” Yuto merasa ragu tapi ia mencoba meyakinkan dirinya dan menatap Wataru-sensei
            “Saya, ingin putus sekolah Sensei” ucap Yuto. “Apa?” Wataru-sensei sangat terkejut. “Saya tidak ingin melanjutkan sekolah saya lagi” ulang Yuto.
            “Apa kau ini sedang tidak sehat, huh? Benar memang kau adalah murid paling tidak teratur di sekolah ini. Tapi, tidak semudah itu kau bisa memutuskan sekolahmu!” kata Wataru-sensei.
            “Lalu, apa alasanmu, hingga kau ingin putus sekolah?” tambahnya.
            “Saya tidak punya alasan lagi untuk sekolah. Selama ini saya hanya hidup sendiri, dan selama ini saya hanya membuat semua orang susah karena saya”
            “Kalau itu alasanmu, seharusnya kau mengubah sikapmu. Jadilah orang yang lebih baik, tidak perlu keluar sekolah seperti ini !”
            “Tidak Sensei. Saya tetap akan keluar sekolah. Ini adalah pilihan terbaik bagi saya dan juga teman-teman yang lain. Permisi” kata Yuto lalu pergi setelah membungkukkan badannya pada Wataru-Sensei.
            “Hei... Nakajima...!! coba kau pikirkan lagi keputusanmu itu !” kata Wataru-Sensei agak teriak.
            #FLASHBACK OFF
            “Hhhh” desah Wataru-Sensei sambil mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
            “Wataru Sensei !” panggil Suzumi-Sensei yang sudah duduk di sampingnya. “Ohh” kaget Wataru-Sensei.
            “Benarkah itu?” tanya Suzumi-Sensei. “Apa?” tanya Wataru-Sensei kembali.
            “Nakajima Yuto? Apa benar dia akan di keluarkan dari sekolah ini?” kata Suzumi-Sensei. Wataru-Sensei kembali mendesah.
            “Tidak. Tapi dia sendiri yang ingin putus sekolah” jelasnya.
            “Ohh? Kenapa?” tanya Suzumi-Sensei lagi. Wataru-Sensei menatapnya heran, bukankah seharusnya dia sudah tahu, karena saat Yuto datang dan berbicara tadi, ia ada disitu juga.
            “Kenapa Anda bertanya lagi? Bukankah tadi Anda juga mendengarnya?” ucapnya.
            “Ahh. Iya. Tadi memang aku mendengarnya, tapi tidak terlalu jelas” Suzumi-Sensei tersenyum garing.
            Setelah itu semuanya diam. Wataru-Sensei masih memikirkan ucapan Yuto.
***
            “Benarkah? Siapa yang bilang?” tanya seorang cewek pada teman-temannya. “Kuronuma yang bilang, katanya ia melihatnya dan mendengarnya sendiri!” kata yang satunya. “Apa benar begitu Kuronuma?” . “Tentu saja.kenapa aku harus bohong?”.
            Seorang cewek duduk dia sambil membaca buku, tapi ia sesekali menatap kearah cewek-cewek yang sedang menggosip itu dan sayup-sayup mendengarkan obrolah mereka.
            ‘Benarkah? Apa dia sudah gila?’ gumamnya sambil menutup bukunya dengan kasar.
            “Hei kalian! Dimana Yuto?” tanyanya pada Chinen dan Daiki yang baru masuk kelas. “Aku tidak tahu!” jawab Daiki sambil duduk. “Kami tadi memang bersamanya, tapi setelah itu dia pergi” tambah Chinen.
            “Apa benar Yuto akan dikeluarkan dari sekolah?” tanya cewek itu lagi. “Apa?” keras Daiki dan Chinen hampir bersamaan.
            “Ada apa dengan kalian? Seharusnya kalian lebih tahu. Kalian kan sahabat!”
            Daiki dan Chinen terdiam.
            “Yui-chan. Apa kau yakin?” tanya Chinen.
            “Aku tidak tahu. Aku hanya mendengarnya dari mereka. Tapi jika benar, awas saja. Memangnya sekolah itu mudah? Aku tidak akan membiarkannya terjadi!” yakin Cewek yang dipanggil Yui itu.
            Tak lama kemudian, yang di bicarakan datang dan langsung duduk dibangkunya. Semua orang menatapnya, namun ia tidak peduli. Ia meletakkan kepalanya di meja dan memejamkan matanya.
            Segera mereka bertiga menghampirinya.
            “Ehh Yuto!” panggil Yui. “Apa?” lirih Yuto tanpa berkutik.
            “Benarkah kau akan dikeluarkan dari sekolah?” tanyanya. “Apa itu juga karena kami?” tambah Chinen. “Bagaimanapun juga ini tidak boleh terjadi, sepenuhnya juga bukan salahmu. Aku minta maaf sudah menyalahkanmu tadi” sambung Daiki.
            Yuto langsung menatap mereka lalu tersenyum membuat semuanya malah bingung.
            “Ini bukan salah kalian. Dan... aku tidak dikeluarkan dari sekolah” ucap Yuto. Semuanya tersenyum senang. “Hhh, syukurlah” lega Yui.
            “Tapi, aku sendiri yang memutuskan untuk keluar dari sekolah ini” tambah Yuto. “Apa?” keras Yui, Chinen dan Daiki dengan tatapan tak percaya.
            “Tapi kenapa?” tanya Chinen.
            “Iya, apa alasannya?” tambah Yui disambung anggukan Daiki.
            “Tidak ada alasan aku sekolah disini” jelas Yuto kembali tersenyum.
            “Bodoh!” Yui menepuk kepala Yuto. “Memangnya mudah apa masuk sekolah ini? Apa kau tidak ingat bagaimana usaha kita dulu saat masuk sekolah ini? Dan sekarang kau ingin keluar sebelum lulus? Kau benar-benar bodoh!” omelnya.
            “Dulu aku memang masih punya alasan. Tapi sekarang tidak lagi, jadi untuk apa aku melanjutkan sekolah ini lagi”
            “Memangnya kau harus butuh alasan untuk melanjutkan sekolah?” keras Daiki.
            “Oh, bukankah kau sendiri yang bilang waktu itu. Segala sesuatu yang kita lakukan harus mempunyai alasan kenapa kita melakukanya” kata Yuto mengulangi kata-kata Daiki. “Iya, tapi... bukan seperti ini maksudku” ucap Daiki yang jadi merasa bersalah. Mereka bertiga menatapnya kecewa.
            “Hei.. kalian. Tenang saja, aku akan hidup dengan baik, aku sekarang bisa bebas bekerja, dan tidak perlu bingung mengerjakan Tugas ataupun PR” kata Yuto.
            “Tidak bisa. Kau tidak boleh putus sekolah. Aku tidak akan membiarkanmu !” yakin Yui. “Benar. Setidaknya , tunggu sampai kita lulus dulu” kata Chinen. “Apa kau tega meninggalkan kami, huh?” keras Daiki.
            “Jangan khawatir soal itu. Aku akan sering mengunjungi kalian. OK!” Yuto mengacungkan jempolnya sambil tersenyum.
            ‘TENG..TENG..TENG’
            “Yeah....!” teriak murid lain yang sudah siap untuk pulang.
            “Ayo kita pulang!” kata Yuto yang langsung mengambil tasnya. Daiki, Chinen dan Yui pun ikut melakukan hal yang sama.
            ~~~~
            “Coba pikirkan sekali lagi!” pinta Yui sambil membarengi Yuto. Tapi Yuto hanya membalasnya dengan senyum tipisnya. Membuat Yui kembali mendesah kecewa.
            Tak lama kemudian ada beberapa siswi lewat. Entah kenapa Yuto tertarik pada salah seorang dari mereka. Dan dia merasa sangat mengenal cewek itu. Seorang cewek yang sangat berarti baginya saat ia masih tinggal di Nara. Dia terus saja memperhatikannya.
            “Apa yang kau lihat?” tanya Yui penasaran dengan sikap Yuto. “Tidak ada” ucapnya. ‘Pasti bukan’ pikirnya.
            “Hhh, anak baru itu cepat sekali terkenal” ucap Yui. “Siapa?” tanya Yuto. “Yang baru saja lewat. Haru Aoyama, namanya saja menarik” kata Yui. “Apa? Siapa tadi kau bilang?” tanya Yuto lagi.
            “Haru Aoyama? Kenapa? Apa kau mengenalnya?” tanya Yui. Tapi Yuto hanya diam dan tersenyum.
            ‘Jadi itu benar kau? Haru-Chan?’ batinnya senang. ‘Jadi dia benar-benar pindah kesini?’ batinnya lagi sambil terus menatap siswi baru itu.
            ‘Aaa... Wataru-sensei!’ Yuto langsung berlari kembali menuju sekolah tanpa bicara apa-apa, membuat Yui bingung, begitupula Daiki dan Chinen yang baru saja keluar dari sekolah.
            “Ada apa dengannya?” gumam Yui,lalu melanjutkan langkahnya. “Nakajima Yuto. Aku tidak akan membiarkanmu putus sekolah. Ya, tidak akan” kata Yui dengan yakin.

            To Be Continue....
            Hwaahh... gimana nih?  Tambah gaje ya? :p
            Gomenasai. Aku masih belajar membuat cerita-cerita seperti ini. Jadi, KRITIK dan SARANnya benar-benar saya butuhkan.
            Jangan lupa tinggalkan Commentnya ya. Jangan jadi SILENT READER, itu tidak baik. *cie elah*

            ARIGATOU GOZAIMASU ^^

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Biasakan untuk memberi komentar untuk posting kami. sebagai bahan koreksi kami untuk menghidupkan blog ini. Let's Comment ^^