Tsuki Proudly Presents
‘YOU! PLEASE STOP
DISTURBING ME!’
Hoshi Haruka | Ryosuke
Yamada (Hey! Say JUMP)
Tsuki Akiyama | Yuto Nakajima | Kei Inoo | Hikaru Yaotome |
Other..
“Ini fanfic pertamaku
yang aku share diblog. Sebenarnya fanfic ini aku buat untuk sahabatku Hoshi
sebagai kenang-kenangan. Aku harap semua terhibur dengan fanfic gaje dan
sedikit khayal ini. Dan yang terpenting, jangan lupa komentarnya ya. Arigatou
Gozaimasu”
Kereta api listrik memang transportasi yang paling nyaman
dan ekonomis, tidak ada yang namanya saling berdesakan mencari tempat. Bebas
melihat pemandangan alam yang terbentang sepanjang jalur kereta. Oleh karena
itu banyak orang yang memilih transportasi ini untuk mengantarkan mereka ke
tempat tujuan. Begitu pula seorang siswi SMA tingkat 2 yang satu ini. Seperti
biasa ia memilih sisi tempat duduk yang dekat dengan jendela. Jari-jari
lentiknya sesekali mengetuk-ketuk bingkai jendela dan bibirnya bersenandung
lirih seirama ketukan jemarinya.
Angin
berhembus lembut dari celah jendela kereta yang sedikit terbuka, membelai
lembut poni gadis itu. Cahaya matahari pun mulai semakin terang, terdengar
beberapa kicau burung yang bersahut-sahutan menyambutnya. Benar-benar pagi yang
indah.
Pemandangan
alam itu mulai menghilang sedikit demi sedikit tergantikan oleh gedung-gedung
modern yang berjajar rapi, tanda sebentar lagi kereta akan berhenti. Gadis itu
mengambil tasnya, kemudian merapikan seragamnya. Tak butuh waktu lama lagi,
kereta pun berhenti dengan mulus di depan stasiun. Semua orang yang tujuannya
di daerah sekitar situ pun turun, namun beberapa masih duduk di tempatnya
menunggu pemberhentian selanjutnya.
Gadis
itu pun turun.
“Haahh”
ia menghela nafas lega sambil menatap sekeliling tempat yang selalu menjadi
tujuannya sebelum tujuan utamanya itu.
Ia kembali merapikan seragamnya. Lalu pergi meninggalkan tempat itu.
“Ohayou
gozaimasu” sapanya pada bapak penjual karcis yang selalu setia ditempatnya melayani
para pengguna jasa kereta.
“Ohayou!
Hati-hati ya!” kata bapak itu. Seperti biasanya.
Gadis
itu menanggapinya dengan senyum simpulnya tak lupa lambaian tangan mungilnya
itu.
Setelah
keluar dari area stasiun, ia masih harus berjalan kaki sekitar 150 meter lagi
untuk menuju sekolah. Tapi terkadang ada temannya yang menawarinya bantuan,
maksudnya dengan senang hati memboncengnya sampai ke sekolah. Dan itu tidak
selalu di terimanya, karena dia merasa semua orang membantu hanya untuk
mendapat imbalan, atau kalau ada maunya saja.
“Ka~~~”
teriak seseorang dari belakang. Mendengar nama itu disebut, gadis itu langsung
tahu siapa orang yang memanggilnya itu. Dia benar-benar tidak suka di panggil
dengan sebutan itu. Dia pun tidak peduli dan terus berjalan.
“Ohayou~”
sapa seorang lelaki dengan santai sambil memelankan sepedanya agar bisa
menyamai langkah gadis itu. Gadis itu hanya diam sambil terus berjalan dan
memegangi tali tasnya.
“Hei...
kenapa Ka terlihat sangat kesal? Apa aku berbuat kesalahan hari ini? Ahh,
kurasa tidak, kita kan baru bertemu” cerocos lelaki itu. Gadis itu menghentikan
langkahnya, dan menatap tajam lelaki disampingnya itu. Seketika lelaki itu
menghentikan sepedanya juga dan balik menatap tajam gadis itu. Mereka saling
beradu tatapan mata. Namun akhirnya si Gadis sudah tidak tahan dan membuang
pandangannya kearah lain. Lelaki itu tertawa terbahak-bahak semakin membuat
Gadis itu kesal.
“Hei!
Apa yang kau tertawakan?” kerasnya.
“Hahaha...
kau itu benar-benar lucu... selalu mengajakku beradu tatapan mata tapi kau juga
yang menyerah... hahaha... Ka yang lucu.. hahaha” tawa lelaki itu membuat darah
gadis itu panas.
“Apa
kau tidak tahu namaku?” teriaknya.
“Tahu.
Nama lengkapmu Hoshi Haruka, kau biasa di panggil Hoshi, kau adalah teman sekelasku,
anak aneh tapi lucu. Hahahah” ujar lelaki itu di sambung tawa menjengkelkannya.
“Hhh.
Benar. Lalu kenapa kau memanggilku seperti itu? Ka? Apa itu. Panggil seperti
orang lain saja. Benar-benar membuat kupingku gatal” rutuk gadis itu sambil
melanjutkan langkahnya.
“Oh.
Kenapa? Itu kan lucu. Haru.... Kaaa~~~ ” canda lelaki itu menjadi. Gadis itu
langsung menutup kedua telinganya dan berlari menuju gedung sekolah.
“Ka~~~.
Tunggu aku... Kaa~~~ “ goda lelaki itu sambil mengayuh sepedanya menuju tempat
parkir.
Hoshi
Haruka. Itulah nama lengkap gadis itu. Ia biasa di panggil Hoshi. Dari namanya,
berarti bintang di musim semi, karena dia memang lahir di musim semi, dan saat
itu bintang begitu indah bersinar di langit.
Dan,
lelaki tadi, namanya adalah Ryosuke Yamada. Siswa paling jahil dan cukup
populer di sekolah. Dia selalu bisa kabur dari masalah hanya karena ketampanan
dan keimutannya. Tapi itu semua tidak berpengaruh pada Hoshi. Dan, dia adalah
teman paling menyebalkan baginya.
Hoshi
berjalan menuju kelas dengan kesal. Ia mengganti sepatunya di depan kelas
sesuai peraturan yang ada. Saat mengambil sepatu ganti di lokernya, tak sengaja
ia melihat loker milik Ryosuke yang terlihat begitu meriah dengan tempelan
stiker berisi kata-kata yang ya, memuakkan.
“Hhh.
Semua orang pasti sedang tidak waras. Dasar menyebalkan” umpatnya sambil
merobek beberapa kertas yang menempel diloker Ryosuke. Setelah itu ia
meremasnya dengan kesal dan membuangnya ke tempat sampah tak jauh darinya.
“Kau...
cemburu, ya?” tanya seseorang membuat Hoshi kaget. Ia semakin terkejut lagi
saat melihat orang yang berbicara padanya itu.
“Y..yuu..to?”
gagapnya sambil menyembunyikan tangannya.
“Kenapa
kau mencabuti kertas-kertas itu?” tanya orang yang di panggil Yuto itu.
“Aaa...
tidak. Hanya kebetulan saja tadi jatuh dan aku memungutnya. Tidak bagus kalau
lantainya kotor kan?” ujar Hoshi mencari alasan. Yuto masih menatapnya tak
percaya.
‘Aduh,
kenapa harus ketahuan sama dia sih? Hhh’ gerutu Hoshi dalam hati. Ia hanya
tersenyum garing pada Yuto. Yuto hanya mengangguk, mengerti. Hoshi bernafas
lega.
“Ohayou!
Yuto!” teriak seseorang yang tak lain adalah Ryosuke. Yuto melambaikan tangan
kearahnya. Melihat Ryosuke semakin mendekat Hoshi langsung masuk kedalam kelas.
“Hei...
Ka~~” panggil Ryosuke lagi. Tapi tak di hiraukan Hoshi.
“Berhentilah
memanggilnya seperti itu” nasehat Yuto.
“Kenapa?
Itu lucu kan? Dan Simple” jawab Ryosuke sambil mengganti sepatunya. Ia hanya
menatap sekilas semua stiker dan surat di lokernya lalu masuk diikuti Yuto.
“Ohayou!”
sapanya pada semua teman-teman sekelasnya.
“Ohayou~!”
jawab beberapa temannya. Ia mengedarkan pandangannya keseluruh kelas mencari
sesuatu dan akhirnya melihat seorang yang tengah di carinya sedang sibuk
merapikan alat-alat kebersihan. Ia pun menghampirinya.
Ia
tersenyum evil, seakan merencanakan sesuatu.
BRAAKK. Tiba-tiba dengan sengaja ia membuat kakinya tersandung kaki
kursi dan jatuh menubruk tempat alat kebersihan itu, membuat semuanya kembali
berantakan.
“Auhh” rintihnya. Semua orang menatapnya aneh. Sedang orang yang
baru saja merapikan semua alat itu menatapnya kesal. Orang itu tak lain adalah
Hoshi.
“Hei. Tolong aku! Apa kau tidak lihat aku baru saja terjatuh?”
acting Ryosuke. Hoshi hanya tersenyum kecut dan kembali merapikan semua
alat-alat itu lalu keluar dengan cueknya. “Hahh. Benar-benar, gadis itu” kesal
Ryosuke sambil berdiri.
Yuto menghampirinya sambil tersenyum geli. “Kau adalah orang paling
aneh. Haha” ucapnya di sambung tawanya. Ryosuke hanya memberikan gaya polosnya,
lalu duduk di bangkunya sambil sesekali mengintip keluar jendela memperhatikan
seseorang.
...
‘Kapan hari-hariku di sekolah bisa tenang?’ batin Hoshi sambil
menyirami tanaman bunga di depannya.
“Butuh bantuan?” tanya seorang gadis dari belakangnya, ia pun berbalik.
“Ya?” tanya Hoshi memastikan yang didengarnya. Seorang siswi
tersenyum padanya. Tapi ia malah memberikan tatapan bingung.
“Butuh bantuan?” tanya gadis itu lagi. “Ahh....” belum sempat
menjawab gadis itu mengambil selang air dari tangan Hoshi dan mulai menyirami
tanamannya. Hoshi masih saja menatapnya heran.
“Uhm. Maaf sudah membuatmu bingung. Namaku Tsuki Akiyama, aku siswi
baru tingkat 2, kelas 2.4” ucap gadis itu. “Oh. Benarkah?. Uhm, aku Hoshi
Haruka dari kelas 2.1” jawab Hoshi agak canggung. “Oh. Jadi kau sekelas dengan
Ryosuke-niichan?” tanya gadis bernama Tsuki itu. “Ha? Oniichan? Kau kenal
dengannya?” tanya Hoshi spontan.
“Hmm. Dia adalah sepupuku. Itu juga alasanku di sekolahkan disini,
agar ada yang menjagaku. Apa kau teman dekatnya?” . “Oh. Bukan, aku bukan teman
dekatnya” jawab Hoshi cuek lalu mengambil pupuk dan menaburkannya
ketanaman-tanaman itu.
“Oh, begitu? Kudengar dia cukup populer di sekolah ini” kata Tsuki
sambil membantu Hoshi menabur pupuk.
‘Haha. Populer?’ batin Hoshi.
“Ngomong-ngomong. Kenapa kau disini? Bukankah sekarang kelasmu
sedang pelajaran olahraga ya?” tanyanya.
“iya, tapi aku kan murid baru dan aku belum punya seragam sendiri.
Jadi untuk sementara aku belum ikut pelajaran. Dan daripada bosan aku
jalan-jalan dan melihatmu sedang sibuk merawat tanaman ini sendirian. Makanya
aku ingin membantumu” jelas Tsuki panjang lebar. Hoshi hanya mengangguk
mendengarnya.
“ah. Sudah selesai. Tapi aku harus kembali kekelas. Maaf ya, aku
harus meninggalkanmu” kata Hoshi dengan nada menyesal.
“Tak apa. Oh ya, kau benar sekelas dengan Ryosuke-niichan kan?”
tanya Tsuki lagi. Hoshi hanya mengangguk. Tsuki tersenyum sumringah lalu
mengeluarkan sesuatu dari saku seragamnya.
“Tolong titip ini ke Ryosuke-niichan ya” ucapnya sambil menyerahkan
sepotong kertas berwarna cobalt blue. “Tapi...” kata Hoshi bermaksud menolak.
“Arigatou~” ucap Tsuki yang langsung pergi meninggalkan Hoshi yang diam
terbengong-bengong.
“apaan ini? Memang aku tukang pos? Enak saja. Haahh. Kalau kubuang
kasihan dia. Tapi kalu aku menyerahkan ini padanya, nanti salah paham lagi.Ahh
menyebalkan” Hoshi berargument sendiri. Ia pun segera kembali kekelas.
...
Jam istirahat, seperti biasa disibukkan dengan kegiatan makan
siang. Dan seperti kebanyakan siswa perempuan, Hoshi selalu membawa bekal makan
siangnya. Ia duduk dibangkunya sambil membuka kotak bekalnya.
“Itadakimasu~~” ucapnya pada dirinya sendiri dan memulai menyantap
makanannya.
Ya, selalu sendiri. Walaupun terkadang membosankan, tapi, ia
mencoba membuatnya terlihat menyenangkan.
“Ryo-kun, cobalah bekal yang ku buat ini. Ini semua menggunakan
bahan dari sayuran dan daging impor. Ayo cobalah”
“Ryo-kun, aku punya kepiting saus tiram, makanan kesukaanmu.
Cobalah, ini kubuat special untukmu”
“Ryo-kun, coba ini” .”Coba yang ini juga” . “Ryo-kun~”
Riuh para siswi teman sekelasnya bersahut-sahutan mencoba
mendapatkan perhatian sang bintang sekolah. Sedang yang di kerumuni hanya
senyum-senyum dan tak bisa menolak semua makanan itu. Dan, itu membuat semua
siswa laki-laki lain iri, tapi mereka juga tidak melakukan apapun, dan lebih
memilih menonton acara harian itu.
“Tch. Memangnya dia itu raja apa? Mereka semua pasti bermasalah
dengan penglihatannya, ah, atau mungkin juga otaknya. Tch” gumam Hoshi sambil
sesekali melirik kearah kerumunan itu.
“Kau tak mau membagi bekalmu? Aku juga ingin seperti Ryosuke” kata
Yuto yang tiba-tiba sudah duduk di depan Hoshi dengan wajah memelas. Hoshi yang
sempat kaget melemparkan senyumnya. “Kau mau?” tanya Hoshi sambil menyumpit
sepotong tenpura jamurnya dan menunjukkannya pada Yuto.
“Aaa~~” Yuto membuka mulutnya dan segera Hoshi menyuapkan tenpura
itu. Yuto pun tersenyum sambil mengunyah makanannya. Hoshi juga membalas
senyumnya. Ia merasa bahagia setiap kali ada Yuto di sampingnya. Karena selama
ini ia merasa Yuto selalu tahu apa yang di rasakannya.
“Kau.. itu memang aneh. Kau selalu memilih sendiri daripada
bersosialisasi dengan yang lainnya. Tapi kau selalu bisa melakukannya.
Sebenarnya kau itu orang seperti apa sih?” tanya Yuto.
“Ah, tidak juga. Dan aku hanya orang biasa, ya seperti yang
lainnya” jawab Hoshi sambil menatap makanannya. ‘hhh. Terkadang aku juga merasa
kesepian seperti ini’ batinnya.
“Kau pasti merasa kesepian, kan?” tebak Yuto membuat Hoshi
menatapnya heran. Kenapa Yuto selalu tahu apa yang di pikirkannya. Melihat
ekspresinya itu Yuto tersenyum simpul.
“Santai saja. Kalau kau butuh teman untuk menghapus kesepianmu, kau
bisa mencariku. Jangan sungkan. OK” ujar Yuto membuat Hoshi tercekat, ia hampir
tak bisa menelan makanan yang sudah sampai di pangkal mulutnya. ‘Dia begitu baik. Apa yang harus ku
katakan?’
“Boleh aku minta lagi? Tenpura jamurnya benar-benar enak” ucap Yuto
membuyarkan lamunan Hoshi. “Oh, ini. Silakan!” kata Hoshi agak gugup. ‘Mimpi
apa aku semalam?’ batinnya. Akhirnya ia menikmati bekal makan siangnya bersama
Yuto.
Sedang sang bintang masih saja disibukkan dengan para fans girls
fanatiknya itu. Ia sesekali mencari celah untuk melihat apa yang di lakukan
sahabat karibnya, Yuto, itu. Terkadang ia jadi iri dengannya yang terlihat bebas.
Tapi, sepertinya tidak ada pilihan lain baginya.
~o0o~
“Jaa
mata~~~” teriak Hoshi sambil berlari seperti buru-buru, takut ketinggalan
sesuatu. Yuto yang di pamiti hanya melambaikan tangannya. Lalu kemudian
berjalan menuju tempat parkir sepedanya.
“Yuto~~”
panggil Ryosuke sambil berlari kecil menghampirinya. “Hmm” jawabnya.
“Apa
kau dan Ka~... punya hubungan spesial?”
Yuto
mengernyitkan dahi mendengar pertanyaan sahabatnya itu. “Mungkin. Kenapa?”
tanyanya balik.
“Oh.
Tidak apa-apa. Baguslah. Apa kau tidak merasa aneh dekat dengannya? Gadis
pendiam, dan terlihat begitu egois. Apa kau tidak takut?”
“Apa
yang harus di takutkan? Dia memang pendiam, tapi tidak egois. Kurasa dia merasa
kesepian saja, karena dia tidak mudah bergaul. Lagipula aku hanya ingin menjadi
temannya”
“Apa?
Jadi, kalian tidak pacaran?” tanya Ryosuke yang tiba-tiba bersemangat.
“Tidak.
Tapi, ada apa denganmu? Apa, jangan-jangan kau menyukainya?”
“Tidak.
Siapa bilang. Kau tahu aku ini siapa kan? Ada banyak gadis lebih menarik dari
pada dia, untuk apa aku menyukainya?” Ryosuke segera mengambil sepedanya.
Mereka
pun pulang bersama. Karena rumah mereka juga cukup dekat. Mereka berteman sejak
kecil, jadi mereka sangat mengenal satu sama lain dan sangat akrab sekali,
meskipun sifat mereka agak bertolak belakang, tapi mereka tetap bisa menjaga
persahabatan mereka. Obrolan mereka terus berlanjut hingga di perjalanan.
“Benarkah
kau tidak menyukainya? Kau yakin?” goda Yuto.
“Kubilang
tidak ya tidak. Kenapa masih membahas hal itu, sih?” kesal Ryosuke.
“Pembohong
payah. Kalau kau tidak menyukainya, kenapa kau selalu mencari perhatiannya?
Selalu beracting ini itu di depannya. Tapi selalu gagal, dan kalau sudah
begitu, selalu saja menjahilinya, mencoba membuatnya malu, tapi tetap tidak
berhasil karena hasil akhirnya selalu di cuekin” ujar Yuto panjang lebar.
Ryosuke berfikir sebentar.
“Itu... itu karena aku hanya ingin mengetes seberapa tidak peduli
dan egoisnya gadis itu. Tidak ada alasan lain. Iya, tidak ada” ucapnya, dan kemudian hanya mendengus kesal kepada
Yuto.
“Baiklah.
Ternyata kau benar-benar tidak menyukainya. Kalau begitu, aku yang akan
memilikinya”
“Apa?”
“Aku
akan menyatakan perasaanku padanya besok. Wuhu~~~” teriak Yuto sambil
mempercepat laju sepedanya.
“Hei.
Apa yang akan kau lakukan? Kau bilang tadi hanya menganggapnya sebagai teman?
Hei, Yuto! Hahh, menyebalkan” Teriak Ryosuke, ikut mempercepat laju sepedanya.
....
“Konnichiwa~~”
sapa Hoshi pada bapak penjaga stasiun sambil terus berlari menuju kereta yang
hampir saja berjalan meninggalkan stasiun.
Kereta
masih berjalan pelan saat ia mau masuk. “Tunggu~~!” teriaknya. Sambil terus
berlari. Tiba-tiba seseorang menarik tangannya dan mengajaknya melompat kedalam
kereta.
“Huhh.Arigatou
gozaimasu” ucapnya sambil mengatur nafas.
“Dou
ita” jawab lelaki yang membantunya itu. Hoshi memandang wajah lelaki itu lekat,
seolah pernah mengenalnya,dan lelaki itu terus saja tersenyum padanya lalu
mengajaknya duduk.
Masih
keadaan yang sama.
“Kenapa
kau melihatiku seperti itu?”
“Ohh.
Tidak”
“Kenapa?
Kau pura-pura lupa padaku?” tanya lelaki itu semakin membuat Hoshi membulatkan
matanya.
“Hhh.
Berapa tahun, ya? 5 tahun? Benar. Aku saja masih jelas mengingat wajahmu. Tapi,
kau? Dasar otak ikan” ujar lelaki itu.
“Hehh!
Dasar tidak tahu sopan santun. Apa kau memperlakukan seorang wanita yang baru
kau kenal seperti itu?” keras Hoshi dengan mata berkobar.
“Tch”
Tapi
sebentar kemudian ia tersenyum lebar dan langsung memeluk lelaki di depannya
itu.
“Oniichan~!”
girangnya.
“Oh.
Ternyata kau masih ingat. Imotou-chan” kata lelaki yang ternyata adalah kakak
Hoshi, yang sudah lama berpisah darinya. Namanya Yaotome Hikaru. Setelah puas
melepas rindu mereka pun melepaskan pelukan mereka.
“Kau
sudah besar ternyata” ucap Hikka sambil mengacak-acak rambut adiknya.
“Ahh.
Jangan seperti ini. Bagaimana sekolahmu di Osaka?”
“Lebih
menyenangkan daripada disini. Dan terasa bebas dari gangguan Ikan sepertimu”
“Masih
saja memanggilku begitu. Aku ini sudah jauh lebih pintar. Kalau lebih
menyenangkan disana kenapa pulang?”
“Hwoo?
Tetap saja jadi ikan pemarah. Kalau begini siapa yang mau jadi pacarmu?”
“Tch.
Kau meremehkanku. Tentu saja aku sudah punya pacar, dan yang pasti tidak
menyebalkan sepertimu”
“Benarkah? Kau tidak
bisa berbohong dariku”
“Ah.
Sudahlah. Baru datang sudah membuatku kesal”
“Iya
iya. Kalau benar kau sudah punya pacar, kau harus mengenalkannya padaku besok.
Bagaimana?”
“Apa? Tapi?”
“Jangan
bilang kau benar-benar berbohong”
Hoshi
semakin ciut. ‘Aduh, apa yang sudah kukatakan? Bagaimana sekarang? Oniichan
tidak pernah main-main dengan ucapannya’ bingungnya.
“Baiklah.
Lihat saja besok” ucapnya seketika. Hikka tersenyum menggoda. Setelah itu
mereka hanya diam dan menatap keluar jendela. Hoshi sedang sibuk memikirkan
cara untuk besok, ia harus mencari seseorang yang rela berpura-pura menjadi
pacarnya. Tapi itu adalah hal yang benar-benar sulit. Pasalnya dia hampir tidak
punya teman, karena memang dia selalu sendiri. Sesekali dia mendesah,
menciptakan semburat uap air di kaca jendela kereta api listrik langganannya
itu. Kalau waktu bisa di ulang, ia pasti akan menarik semua ucapannya. Tapi,
mau bagaimana lagi. Ia tidak boleh mundur dari kakaknya, karena ia memang tidak
pernah terkalahkan. Dan, sekarang dia hanya bisa memutar otak jeniusnya untuk
menemukan jawaban semua masalahnya.
Sedang
Hikka, kakaknya hanya tersenyum memperhatikan wajah bingung adiknya itu.
Walaupun sudah 5 tahun dia tinggal terpisah dengan adiknya, ia masih tahu jelas
sifat adiknya yang tak pernah mau kalah. Dan saat ini ia tahu bahwa adiknya
sedang berbohong, tapi ia diam saja. Dia akan menunggu apa yang akan dilakukan
adiknya besok, dan menangkap basah semua kebohongannya seperti si Jenius
Detective Conan. Bagaimanapun dia suka menjahili adiknya itu, ia sangat sayang
padanya dan rela berkorban apapun demi adik tercintanya itu.
~o0o~
“Hoshi-chan....
jangan lupa janjimu besok ya...!” bisik Hikka disambung smirknya saat selesai
makan malam. Hoshi yang masih sibuk merapikan peralatan makannya hanya
tersenyum kecut lalu beranjak menuju dapur. Meninggalkan kakak dan juga ibunya.
“Kau
menjahili adikmu lagi?” tanya ibunya. Hikka tersenyum manis lalu membuka koran
di depannya.
“Okasan?”
panggilnya pada ibunya. “Ada apa?” jawab ibunya.
“Okasan
tak pernah memberitahu dia kan tentang....” Hikka sedikit berbisik lalu
mengerjapkan matanya beberapa kali. Seolah tahu apa yang di maksud putranya,
ibunya tersenyum sejuk. Ya, benar-benar melegakan melihat senyum ibunya itu.
Hikka menghembuskan nafas lega.
“Sudahlah
jangan khawatir. Ibu tak kan pernah menceritakannya. Tapi, nanti kau sendiri
yang harus mengatakannya pada adikmu. Karena tak selamanya kau bisa
menyembunyikan hal itu” ucap ibunya dengan lembut sambil memegang pundak
putranya itu. Kembali Hikka menimpalinya dengan senyum manisnya.
Hoshi
yang baru dari dapur menghentikan langkahnya di depan pintu penghubung dapur
dan ruang keluarga dimana Hikka dan Ibunya tengah sibuk bercengkerama. ‘Mungkin
lebih enak kalau tidak ada dia disini. Oniichan yang menyebalkan. Lihat saja dia
bertingkah seperti anak kecil didepan Okasan. Apa dia tidak sadar umur? Hhh
untung saja dia kakakku, kalau tidak mungkin aku sudah mengusirnya’ argument
kedongkolan hatinya bertubi-tubi terekam sambil memperhatikan kedua anggota
keluarganya itu dengan tatapan kesal.
Hikka
yang menyadari tengah di perhatikan adiknya, melirik kearahnya dengan smirknya.
“A..ku..tung..gu..be..sok..” eja Hikka tanpa suara, hanya gerakan mulut. Hoshi
segera menghampiri mereka dan membawakan beberapa buah jeruk dalam keranjang dan
juga satu keranjang lagi untuk tempat sampah sebagai pencuci mulut. Setelah
selesai meletakkannya di meja, ia mengambil 1 buah lalu di bawanya pergi.
“Mau
kemana?” tanya Ibunya.
“Belajar.
Besok aku ada ulangan, setelah itu aku langsung tidur. Oyasumi” ujarnya datar
dan enggan menatap kakaknya itu. “Baiklah. Oyasumi. Ii yume o mite” ucap
ibunya. “Hai” jawab Hoshi sambil menaiki tangga menuju lantai dua,kamarnya.
“Hooi. Kau tidak mengucapkan selamat malam padaku?” tanya Hikka agak berteriak.
“Oyasumi, Oniichan” ucap Hoshi sambil menunjukkan wajah imutnya dan senyum
lembutnya pada kakaknya itu. Lalu melanjutkan langkahnya ke kamarnya. ‘Tunggu
aku di mimpimu. Aku benar-benar ingin mencuci otakmu agar kau melupakan apa
yang kuucapkan hari ini’ umpatnya.
Ia
duduk di depan meja belajarnya, lalu membuka tasnya untuk mengganti jadwal buat
besok. Seperti biasanya ia membuka bukunya sebentar untuk mengingat pelajaran
yang diajarkan hari ini. Tiba-tiba sebuah kertas terjatuh. Ia pun memungutnya.
Sebentar ia memperhatikan dan membolak-balik kertas berwarna cobalt blue itu.
“Hhh. Aku lupa memberikan ini. Ahhh, tapi aku malas bertemu dengan orang
menyebalkan itu. Dan,kenapa gadis itu membuatku repot seperti ini” gerutunya.
“Kalau
benar kau sudah punya pacar, kau harus mengenalkannya padaku besok”
“Hoshi-chan.... jangan lupa janjimu besok ya...!” “A..ku..tung..gu..be..sok..”
Kata-kata
kakaknya kembali terngiang di telinganya, dan saat itu sebuah ide muncul dalam
benaknya. Namun,sebentar kemudian ia mendesah dan memukul kepalanya sendiri.
“Mana
mungkin aku memintanya berpura-pura menjadi pacarku? Orang menyebalkan seperti
dia. Bagus juga Yuto..” mengucap nama itu, bagai sebuah lampu keluar dari
pikirannya dan menyala terang.
“Yuto...
yeah Yuto. Dia.... tapi apa dia mau membantu? Benarkah? Ahhh... Ini
menyebalkan. Tapi.. ini jalan terakhirku.... ahh apa yang harus kulakukan?”
katanya frustasi sambil mengacak rambutnya, lalu merebahkan tubuhnya keranjang
tidurnya.
“Baiklah,
ini keputusannya. Aku akan mencobanya. Semoga dia mau.... hhhh” ia mendengus
kasar lalu menarik selimutnya dan mencoba tidur. Ia berharap akan bermimpi
indah malam ini. Karena memang seharian ini cukup menyebalkan baginya.
#OyasumiNasai
~o0o~
Hari
ini, untuk pertama kalinya Hoshi diantar kakaknya menuju stasiun. Sebenarnya ia
merasa bahagia karena punya teman ngobrol, tapi, akan jauh lebih baik kalau dia
pergi sendiri. Ya, agar kakaknya tidak mengikutinya dan mencari tahu siapa
pacarnya. Pacar? Benar pacar khayalan, yang belum tentu ditemukannya.
Mereka
berjalan beriringan, sesekali Hikka bersenandung membuat Hoshi semakin takut
dan bingung. Suara Hikka memang sangat merdu, bahkan siapapun yang mendengarnya
pasti akan langsung meleleh.
Sesampainya
di stasiun Hoshi menghadap kakaknya.
“Oniichan.
Jaa mata... oh ya, hari ini aku ada pelajaran tambahan, jadi pulang agak telat.
Tolong katakan pada Okasan, ya” ucapnya.
“Baiklah.
Aku akan menyusulmu nanti. Jam 5 sore kan? itu waktu pulang saat ada pelajaran
tambahan, kan?” kata Hikka tak lupa senyumnya. Hoshi menatapnya kecut.
“Tak
usah. Aku mungkin pulang lebih malam”
“Aku
akan menunggumu”
“Pasti
akan membosankan”
“Aku
punya teman di sekitar daerah itu, jadi aku bisa menunggumu disana, sekalian
berkunjung kerumahnya. Ya, lama aku tidak berjumpa dengannya. Jadi kau jangan
khawatir”
Hoshi
tak bisa berkata apa-apa lagi. Ia mendengus kasar.
“Jangan
bilang kau mau melarikan diri” bidik Hikka sedikit berbisik.
‘Hiks..hiks...
menyebalkan’ batin Hoshi. Ia tersenyum pada kakaknya. “Baiklah. Jemput aku dan
jangan sampai telat” tegas Hoshi yang langsung masuk kedalam kereta yang mulai
bergerak pelan meninggalkan stasiun.
“Tentu
saja. Ki o tsukete ne!” teriak Hikka sambil melambaikan tangannya yang semakin
melemah seiring menjauhnya kereta yang membawa adiknya itu. Ia mengeluarkan
smirk andalannya lalu masuk kedalam sebuah lorong kecil dekat stasiun.
......
‘Yuto...
kau harus membantuku. Ya, sekali ini saja’ harap Hoshi.
......
Ryosuke
duduk disebuah bangku dibawah pohon sakura yang sedang mekar dengan indahnya.
Sesekali ia menengadahkan kepalanya menatap ranting-ranting kokoh diatasnya.
Sesekali ia menatap sepedanya, kemudian kearah jalanan. Lalu menoleh kearah
kanan dimana sebuah gedung tak terlalu besar berdiri kokoh. Gedung yang tak
pernah sepi pengunjung. Sesekali terdengar suara peluit kereta yang akan
berhenti ataupun pergi.
Sebuah
kelopak sakura jatuh dihadapannya. Ia hanya memandanginya saja, lalu sebentar
kemudian tersenyum bahagia. Matanya terlihat berbinar. Seolah kelopak yang
jatuh itu mengingatkannya pada sesuatu. Tapi pandangannya teralihkan saat
melihat seseorang keluar dari gedung yang biasa disebut stasiun itu. Segera ia
mengambil sepedanya dan bergegas menyusul orang itu.
“Ka~~!”
panggilnya sambil mengayuh pedalnya. Ya benar, orang itu adalah Hoshi.
Hoshi
tidak mendengar panggilan Ryosuke. Ia masih sibuk dengan pergulatan pikirannya.
‘Aku harus bisa... aku bisa’ yakinnya dalam hati.
“Ohayou!
Ka~!” kata Ryosuke lagi berhasil membuat Hoshi terkejut setengah mati dan
refleks hampir melompat. Membuat Ryosuke menatapnya bingung.
“Hhh.
Ka sedang melamun ya?” goda Ryosuke dengan suara yang lucu.
“Ahh.
Kenapa kau selalu berangkat bersamaan denganku sih? Bukankah rumahmu dekat? Kau
kan bisa berangkat lebih siang. Apa jangan-jangan kau menungguku?” ketus Hoshi
membuat Ryosuke agak terkejut dengan kalimat terakhirnya.
“Wah...
bagaimana kau bisa tahu?”
“Apa?”
ucap Hoshi agak terkejut.
“Jangan
bingung. Aku memang selalu menunggumu karena aku bisa berangkat bersamamu dan
mengganggumu. Itu menyenangkan sekali. Hitung-hitung sebagai tambahan semangat
dipagi hari” ujar Ryosuke santai. Mendengar itu dengan cepat Hoshi memukul
lengan Ryosuke dan hampir membuat Ryosuke terjatuh dari sepedanya.
“Enak
sekali kau mempermainkanku. Hari ini perasaanku sedang tidak baik. Jadi kumohon
jangan ganggu aku” tegas Hoshi lalu berjalan cepat meninggalkan Ryosuke sambil
komat-kamit mengumpat sesuatu dan terlihat lucu. Sedang Ryosuke menatapnya
penuh arti sambil memegangi lengannya yang sedikit nyeri akibat pukulan super
dari Hoshi. “Ada apa denganmu?” lirihnya lalu melanjutkan perjalannya dan
memilih mendahului Hoshi, “Jaa...” teriaknya saat melewati Hoshi.
“Menyebalkan”
umpat Hoshi sambil terus melangkahkan kakinya menuju kelasnya dengan lesu. Ia
menyusuri koridor kelas sambil menunduk dan sesekali membuang nafas kasar. Ia
tak menghiraukan tatapan orang-orang yang melewatinya. Hingga...
“Hoshi...
chan!” panggil seseorang dari arah belakang. Segera ia memutar tubuhnya kearah
orang yang memanggilnya itu. Seorang gadis berjalan cepat kearahnya, ya, dia
mengenal gadis itu. Dia adalah siswi baru yang kemarin, dan... ‘Auhh. Aku belum
menyerahkan surat ini.. Aduh...’ batinnya lalu memalingkan wajahnya dan
melanjutkan langkahnya mencoba menghindari gadis itu.
Tapi,
gadis itu semakin dekat dan dekat hinnga ia sampai di depan Hoshi.
“Hoshi-chan”
pekiknya girang. “O..ohayou” jawab Hoshi agak gagap dan tetap menunduk. “oh.
Ada apa denganmu? Kau sakit?” tanya gadis itu sambil mencoba mencari arah
pandangan Hoshi. Hoshi hanya menggeleng pelan. Gadis itu pun hanya mendengus
kasar.
“Oh.
Untuk kemarin... Hontou arigatou ne” ucap gadis itu membuat Hoshi langsung
menatapnya.
“Untuk aapa?” tanyanya.
“Ck.
Kau sudah memberikan suratku pada Ryosuke-niichan” Hoshi semakin membulatkan
matanya.
“Tt-ta-pi..”
Gadis
itu berjalan mendahuluinya, sedang Hoshi masih bingung, jelas-jelas suratnya
masih ada di dalam tasnya sekarang. Lalu bagaimana? Karena ia penasaran ia pun
mengikuti siswa baru bernama Tsuki itu.
“Kau
tahu. Saat aku akan pindah kesini, Ryosuke-niichan sudah berjanji padaku untuk
memberiku kejutan dihari pertama aku masuk sekolah. Karena aku tidak sabaran
dan takut dia lupa, aku menulis surat untuknya sekedar untuk mengingat
janjinya. Dan kemarin aku sudah mendapatkannya” ujar Tsuki dengan segala
kebahagiaan yang menggebu-gebu. Dan itu cukup menjelaskan semua pertanyaan
Hoshi.
“Ahh...
Hai. Dou ita. Omedetou” jawab Hoshi dengan senyum garing. Tsuki tersenyum
simpul. Mereka pun terus berjalan beriringan menuju kelas. Eits, tunggu,
bukankah kelas Tsuki ada di lorong pertama? Lalu kenapa ia terus berjalan
menuju lorong kedua, letak kelas Hoshi?
“Oh.
Kelasmu kan?”
“Eee...
aku mau menyapa Ryosuke-niichan. Oh, pasti menyenangkan punya pacar seperti
dia. Sayangnya dia adalah sepupuku” gumam Tsuki membuat Hoshi sedikit muak.
‘Tch.
Pacar seperti dia?’ suara batin Hoshi menyapa. ‘Apa? Pacar? Oniichan?
Y-y-yu-to? Ahh!’ segera ia mengganti sepatunya dan memasuki kelas mencari Yuto.
Sedang Tsuki hanya menatapnya aneh.
Hoshi
masuk kedalam kelas dan memutar pandangannya keseluruh penjuru kelas. “Apa dia
belum datang?” gumamnya lalu keluar lagi. Ia sangat terkejut saat melihat siswi
baru itu sedang asyik bercanda dengan Yuto dan... ya Ryosuke. Tapi, mereka
terlihat begitu akrab. Dan sesekali gadis itu menautkan tangannya kelengan Yuto
dan berkata-kata manja. ‘menjijikkan’ batin Hoshi begidik.
“Apa
hubungan mereka? Apa mereka pacaran? Ah, tidak, mungkin mereka hanya dekat
saja. Tapi, apa itu tidak berlebihan? Hhaah, lalu aku harus bagaimana
sekarang?. Tunggu. Tsuki adalah sepupu Ryosuke, dan Yuto adalah teman dekat
Ryosuke, jadi,mungkin mereka teman lama. Iya mungkin itu. Ahh apa yang aku
pikirkan?” lirihnya berargument sendiri. Ia pun duduk dibangkunya lalu
meletakkan kepalanya diatas meja dan memejamkan matanya.
“Ohayou~”
suara sapaan dengan frekuensi yang tak asing di telinga Hoshi itu sudah
bergema, dan ia tetap dalam posisinya. Sedang para siswi kelasnya sibuk
mengerumuni orang itu.
“Ohayou!”
suara berfrekuensi ini membuatnya kaget karena sangat dekat dengannya. Ia
segera membuka matanya dan menatap orang yang tak lain adalah orang yang sangat
dinantikannya saat ini. Yuto. Ia hanya melemparkan senyumnya lalu merapikan
posisi duduknya sambil memperhatikan Yuto duduk di bangkunya yang terletak di
sebelah kirinya. Ia terus menatapnya dengan ragu. ‘Sekarang? Atau kapan?’
pikirnya.
“Ada
masalah ya?” tanya Yuto yang merasa diperhatikan.
“Oh...
i-itu.. bisa a-aku mi-minta ban-tuan-mu?” tanya Hoshi memberanikan diri.
“Tak
perlu menanyakan hal itu. Tentu saja aku akan membantumu. Apa?” tanya Yuto
dengan senyum damainya. Hoshi tersenyum lalu menarik nafas dalam untuk
mengumpulkan tenaga.
“Aku
dan kakakku sedang bertaruh, dan... a-..”
“Yuto-niichan.
Jaa...!” teriak seseorang dari luar tiba-tiba, membuat Yuto mengalihkan
pandangannya. Hoshi kehilangan tenaganya. Benar-benar pengganggu.
“Hai...
Jaa...!” balas Yuto dengan senyum manisnya, tak lupa lambaian tangannya.
‘Gadis
itu’ rutuk hati Hoshi. Yuto kembali memperhatikannya. “maaf. Sampai dimana
tadi? Oh, sampai kau sedang bertaruh pada kakakmu, dan... “ kata Yuto
mengisyaratkan agar Hoshi melanjutkan kalimatnya yang tertunda.
“Oh..”
Hoshi kehilangan kekuatan untuk mengatakannya. “Kau mau minta aku membantumu
apa?” tanya Yuto. “I...tu...” sungguh sulit bagi Hoshi untuk mengeluarkannya.
Ryosuke
terus mencoba menghindari semua gadis-gadis lebay di sekelilingnya dan menuju
bangkunya. Ia memperhatikan sahabatnya dan juga Hoshi yang terlihat tengah
membicarakan hal yang serius. Ia melangkahkan kakinya kebangkunya yang tepat
dibelakang Yuto. ‘Ia akan melakukan ucapannya kemarin?’pikir Ryosuke sambil
memperhatikan dua orang didepannya.
“Bagaimana?”
tanya Yuto.
‘Hahh.
Jadi dia benar-benar melakukannya’ batin Ryosuke lagi, apalagi melihat eksperesi
Hoshi yang terlihat ragu dan malu-malu, ya,terlihat jelas pipinya yang mulai
memerah.
“Uhmm...
a..aku..” ragu Hoshi.
Entah
kenapa justru Ryosuke yang merasakan detak jantungnya begitu cepat menunggu
sesuatu kata keluar dari mulut Hoshi.
“Apa?”
tanya Yuto penasaran.
‘Wah.
Dia itu benar-benar memaksa. Dasar kejam’ umpat Ryosuke, padahal dirinya juga
tak sabaran.
“A-ku..
ma..” Ryosuke benar-benar tidak tahan mendengarnya.
“Don’t
love me run runaway Koi ga kowai nara. Runaway
Don't look back Saa dou suru?” senandungnya merdu membuat semua gadis
meleleh. Tapi hal ini membuat Hoshi semakin ciut.
‘Orang
ini benar-benar’ kesal Hoshi.Yuto tersenyum mendengar sahabat anehnya itu
berbuat hal gila lagi.
“AAA...
Ryo-kun!” teriak histeris para gadis alay. Ryosuke terus menyanyi dan refleks
anak laki-laki lain memukul-mukul meja ataupun benda-benda lain menciptakan
instrumen musik yang cukup clop dengan lagu dari Ryosuke membuat kelas menjadi
gaduh. Yuto pun tak ketinggalan. Ia diajak Ryosuke untuk bernyanyi. Dan suara
mereka benar-benar indah. Semua terlihat bergembira. Tapi, Hoshi tidak. “Ini
akan sulit” lirihnya sambil menutup kedua telinganya dan menumpukan kepalanya
diatas meja. “Ya. Mungkin nanti” lirihnya lagi.
....
Jam
istirahat Hoshi menuju perpustakaan untuk mengembalikan buku. Ya, cukup banyak.
Dan ia harus membawanya sendiri.
“Ohh...
apa Ka butuh bantuan?” goda Ryosuke dengan nada merayu andalannya. “Arigatou”
ketus Hoshi.
“Sou
ka? Ok. Kau kan gadis yang kuat. Ganbatte!” Ryosuke menyemangati Hoshi lalu
pergi sambil bersiul-siul. “Ahh” umpat Hoshi mencoba mengangkat semua buku itu.
Tiba-tiba saja bebannya jadi ringan.
“Yuto?”
lirihnya saat melihat seseorang membantunya.
“Ikou!”
kata Yuto mendahuluinya menuju perpustakaan, ia mengekor di belakangnya.
....
“Arigatou
Sensei!” ucap Hoshi pada penjaga perpustakaan setelah selesai mengembalikan
buku-buku itu. Lantas ia menghampiri Yuto yang berada di dekat pintu
menunggunya.
“Doumo
Arigatou!” ucapnya pada Yuto. “Un” jawab Yuto singkat. Mereka berjalan
beriringan menuju kelas. ‘Baiklah sekarang saatnya’ batin Hoshi.
“Yuto...
tentang yang tadi...” ucapnya. Yuto mengalihkan pandangannya kearahnya.
“Oh...
Hai. Rasanya banyak sekali gangguan. Baiklah, katakan sekarang!”
“Bisakahkauberpura-puramenjadipacarkuuntukhariini?”
kata Hoshi cepat tanpa jeda, sehingga kalimatnya tak tecerna sempurna ditelinga
Yuto. “Ha?” Yuto menatapnya aneh. Sedang Hoshi menundukkan wajahnya. ‘Hhhh. Apa
yang sudah kukatakan?’
“Kau
tadi bicara apa? Aku tidak mengerti?” Yuto menggaruk kepalanya. “Apa?” ‘Hhh,
apa aku harus mengulanginya lagi?’ desahnya.
“Un..
Bisakah kau berpu-....”
“Yuto-niichan!!”
teriak seseorang. Lagi. Hoshi kembali mendengus sebal.
Seorang
gadis yang tak lain adalah Tsuki itu datang lagi. Dan benar saja, Yuto langsung
teralihkan olehnya. Rasanya saat ini Hoshi ingin berteriak di depan mereka
semua.
‘AAA.
BISAKAH KALIAN MEMBERIKU KESEMPATAN SEKALI SAJA !’ ya, ia tak bisa benar-benar
melakukannya, dan memilih untuk pergi. “Sebaiknya aku kekelas dulu” pamitnya,
“Oh.
Hoshi-chan!” panggil Tsuki dengan tatapan heran. Tapi, Hoshi pura-pura tak
mendengar. ‘Apa dia tidak bisa mengerti masalahku?’ umpatnya.
Ditengah
rasa sebalnya Ryosuke kembali datang dan mengganggunya. Ia terus saja mengikuti
kemanapun Hoshi pergi, bergerak, ataupun sebagainya. Membuat Hoshi benar-benar
mendidih. Tapi, ia mencoba meredam marahnya sambil meringkuk menyembunyikan
wajahnya diantara dua lengannya.
“Ka
adalah gadis yang aneh. Ka adalah gadis yang egois. Ka adalah gadis yang
sombong” Ucap Ryosuke seakan mendeklamasikan puisi di hadapan ribuan penonton.
Namun, sesekali ia menatap haru gadis di depannya. ‘Apa Yuto menyakitinya? Baru
saja menyatakan perasaannya sudah membuatnya sedih?’ batinnya.
“Hoii...
Ka? Apa kau juga menyukai Nakajima Yuto?” tanya Ryosuke lirih. Dan saat itu
Hoshi mengangkat kepalanya dan menatap datar kearah Ryosuke. “Bisakah kau
pergi? Aku benar-benar tidak ingin mendengar celotehmu” ucapnya tak kalah
datar. “Oh. Hai” ucap Ryosuke seketika lalu melangkahkan kakinya pergi. Namun
beberapa langkah ia berjalan, ia membalikkan badannya. “Yuto menyakitimu?”
tanyanya. “KUBILANG PERGIII !!” teriak Hoshi garang. Ryosuke segera berlari.
“AAA ada singa mengamuk.. tolong!!!” teriaknya di selingi tawanya. “AAAA”
frustasi Hoshi. Ia pun menulis surat untuk Yuto. Ya, daripada tidak punya
kesempatan untuk mengatakannya kan lebih baik begini.
Tanpa
ia sadari Ryosuke masih berdiri di dekat pintu masuk kelas. Ia masih penasaran
dengan apa yang terjadi dengan teman anehnya itu. Ia melihat Hoshi tengah sibuk
menulis di bukunya dan kemudian menyobek kertas itu dan melipatnya dengan
rapih. Pasti itu sebuah surat. “Itu untuk Yuto, ya? Ada-ada saja” ucapnya
sedikit terkekeh, namun sebentar kemudian menatapnya tak rela. Ia pun pergi.
“Yuto!”
panggil Ryosuke saat melihat Yuto tengah duduk di sudut taman sekolah bersama
Tsuki. Yuto menoleh kearahnya dan tersenyum.
“Ryosuke-niichan”
ucap Tsuki tak lupa senyumnya.
“Hehh!
Dasar kejam. Apa kau tidak punya hati, huh?” keras Ryosuke dengan marah. Yuto
yang tidak tahu apa-apa menatapnya bingung. “Apa ada kesalahan di sarafmu?”
canda Yuto.
“Tau
tuh. Kenapa Ryosuke-niichan yang baru datang sudah marah-marah seenaknya?”
sambung Tsuki yang ikut bingung.
“Ah.
Sudah jangan bercanda. Bukankah kau tadi sudah mengungkapkan perasaanmu kepada
si Ka? Tapi sekarang kau malah berduaan dengan Tsuki. Aku benar-benar malu
menjadi temanmu!” ujar Ryosuke panjang lebar. Namun tiba-tiba Yuto tertawa
sekeras-kerasnya, membuat dua orang disekitarnya itu tercengang heran.
“Apa
benar Yuto-niichan menyukai Hoshi?” tanya Tsuki.
“Dasar
saraf. Kau itu benar-benar gila” tambah Ryosuke dengan kesal.
“HAHAHAHA.
Kurasa kau benar-benar menyukainya. Kau terlihat begitu khawatir dengannya.
Dan, kau juga bodoh, cepat sekali percaya dengan perkataanku kemarin.
HAHAHAHA!” ujar Yuto tanpa berhenti tertawa. “Apa maksudmu?” tegas Ryosuke.
“Oh,
temanku. Aku mengenalmu dengan baik. Kau itu terlalu kekanakan. Kau tidak
menyadari perasaanmu sendiri”
“Sebenarnya
apa yang ingin kau katakan,huh? Berhentilah main-main. Kulihat tadi dia menulis
surat untukmu”
“Un.
Surat?” tanya Yuto. “Iya. Mungkin itu jawaban dari pertanyaanmu tadi”
“Pertanyaan?”
Yuto mengernyitkan keningnya.
“Ash.
Kau ini benar-benar orang aneh. Bukankah kau tadi mengungkapkan perasaanmu
padanya dan dia masih ragu menjawabnya, atau mungkin grogi. Mungkin, ia
membalasnya lewat surat itu” jelas Ryosuke dengan nada kesal.
Kembali
Yuto tertawa keras.
‘Sebenarnya
apa sih yang mereka bicarakan?’ batin Tsuki yang hanya menjadi penonton acara
debat dua temannya itu.
“Baiklah.
Sekarang kita luruskan masalah ini. Dengar baik-baik. Aku tidak menyatakan
perasaanku pada Hoshi hari ini.”
“Tapi,
tadi kalian bicara serius sekali”
“Itu
karena Hoshi ingin minta bantuanku. Tapi, selalu saja ada gangguan saat ia
ingin mengatakannya”
“Jadi,
tadi...?”
“Itulah
kau. Selalu mengambil kesimpulan asal-asalan tanpa memahami hal sebenarnya.
Lagipula kemarin aku hanya melakukan tes kejujuran hati padamu”
Ryosuke
terdiam. “Benarkah?” tanyanya lagi.
“Apa
aku terlihat seperti pembohong?” ujar Yuto santai.
“Lalu,
surat itu?” . “Mungkin ia ingin menulis permintaannya, daripada ada gangguan
lagi. Tapi sepertinya itu masalah serius. Eh. Kau benar-benar menyukainya ya?”
goda Yuto.
“Jadi
kalian sama-sama menyukai Hoshi?” simpul Tsuki.
“Aku
hanya menganggapnya teman. Kurasa Tuan Populer yang menyukainya” terang Yuto.
Ryosuke
hanya diam lalu pergi meninggalkan mereka berdua. Rasanya begitu lega mendengar
penjelasan Yuto. Entah kenapa ia merasa sangat senang. Atau mungkin benar itu
karena ia jatuh cinta pada Hoshi. Ia tersenyum gaje lalu kembali kekelas.
......
Jam
sekolah sudah hampir habis, jam kelas tambahan juga. Ini membuat Hoshi takut.
Pasalnya belum ada respon dari Yuto. Apa dia tidak membaca suratnya? ‘AAAAhhh’
frustasi Hoshi. Ia masih enggan melangkahkan kakinya keluar gedung sekolah,
takut-takut kalau kakaknya sudah menunggunya. “Apa kubilang kalau dia tidak
masuk karena sakit ya?” pikirnya. “Ah, iya. Begitu saja” ucapnya lalu
melangkahkan kakinya meninggalkan gedung itu.
“Oh.
Hoshi!” panggil Yuto. Hoshi menoleh lalu menunduk karena malu kalau-kalau Yuto
membaca suratnya tadi.
“Sudah
mau pulang, ya?” tanya Yuto sambil membarengi langkahnya. “Un” angguk Hoshi.
“Tentang
tadi... aku akan membantumu. Tapi... aku ke toilet dulu ya. Kau tunggu saja di
depan!” Yuto langsung berlari pergi. Hoshi masih tercengang dengan apa yang
dikatakan Yuto baru saja. “Jadi dia benar-benar mau? Hahh.. Yuto. Arigatou
Gozaimashita” lirihnya girang. Setelah itu ia segera berlari keluar mencari
kakaknya, yang mungkin sudah menunggunya dan menunjukkan padanya bahwa dia
tidak bohong. Walaupun memang itu bohong.
Di
depan sekolah. Hikka baru saja menutup panggilan teleponnya. “Dimana, gadis
itu?” gumamnya lalu menyandarkan tubuhnya di tembok gerbang sekolah Hoshi.
“Oniichan!!”
seru Hoshi dengan senyum sumringah menghampiri kakaknya. Hikka tersenyum
menyambutnya.
“Dimana
dia?” tanya Hikka langsung.
“Tenang
saja. Dia akan segera datang. Dia sedang pergi ke toilet” jawab Hoshi senang.
“Kau
tidak bohong kan?” goda Kakaknya. “Sudah dibilang tidak ya tidak. Lihat saja
nanti” gerutu Hoshi. “Baiklah” singkat Hikka tak lupa smirk andalannya.
Tak
lama kemudian...
“Hoshi~!!”
panggil Ryosuke sambil menaiki sepedanya menuju kearahnya. Aneh, tidak biasanya
Ryosuke memanggil namanya dengan benar.
‘Untuk
apa dia kesini?. Tidak biasanya dia memanggilku seperti itu’ kesal Hoshi dengan
tatapan tajamnya pada Ryosuke. Hikka menatapnya seolah tak asing dengan wajah
itu.
“Dia.
Pacarmu?” tanya Hikka. “A....” belum sempat menjawab Ryosuke sudah berhenti di
hadapannya dan juga kakaknya.
“Yamada?”
pekik Hikka.
“Ha?
Hikka-niichan?” pekik Ryosuke juga.
“Benar.
Ini kau. Jadi, kau adalah pacar adikku? Wah, kebetulan sekali?”
“Apa?”
kaget Hoshi. “Tapi... Oniichan... dia...”
Ryosuke
hanya tersenyum malu-malu. “Jadi,Hoshi adalah adik Hikka-niichan?” ucapnya.
‘Chh.
Dia berulah lagi’
“Oniichan.
Bagaimana kau bisa kenal dengan orang ini?” tanya Hoshi.
“Dia
saudara temanku yang kubilang waktu itu” jelas Hikka. Hoshi mengangguk lalu
menatap kesal kearah Ryosuke.
“Apa
kau tahan dengan sifat anehnya?” tanya Hikka sedikit berbisik.
“Oh.
Ya... begitulah” jawab Ryosuke seadanya.
“Apa
yang kau katakan? Dan apa yang kau lakukan disini?” pekik Hoshi.
“Kau
lihat kan? dia selalu seperti itu padaku” adu Ryosuke. “Heeehhh!!!!” teriak
Hoshi.
“Sudah
sudah. Aku rasa kau benar-benar tidak berbohong. Dan aku merasa lega kalau
orang yang akan menjagamu adalah Yamada. Dia adalah lelaki yang baik” ujar
Hikka.
“Oniichan....”
keluh Hoshi. ‘Hhh. Bagaimana ini? Aku tidak bisa mengatakan apapun lagi. Kenapa
jadi begini? Kemana Yuto? Dan dia, kenapa mengaku-ngaku seperti itu. Chh. Lihat
saja gayanya sok manis, sok baik, sok akrab’ umpatnya dalam hati.
“Kami
pulang dulu ya. Aku bawa Hoshi pulang dulu. Besok kau bisa membawanya lagi”
pamit Hikka. “Sudahlah. Ayo pulang!” paksa Hoshi sambil menarik tangan
kakaknya. Ryosuke tersenyum simpul menatap kepergian mereka. “Hanya pura-pura
ya?” gumamnya diselingi senyum miris. Ia pun melanjutkan jalannya.
~o0o~
‘Aaaa.
Aku terjebak dalam permainanku sendiri. Kenapa harus dia?. Ashh’ frustasi
Hoshi. Ia mencorat-coret kertas di depannya.
‘Tidak.
Itu kan cuma untuk hari ini saja. Benar, cuma hari ini saja. Dan kenapa aku
harus khawatir. Lupakan Hoshi. Semua sudah selesai. Besok akan seperti biasa’
yakinnya dalam hati.
“GANBATTE”
semangatnya. Setelah itu ia mengerjakan semua tugasnya.
....
“Selesai”
ucapnya lalu menutup bukunya dan berjalan menuju ranjangnya. Ia menghenyakkan
tubuhnya dengan kasar. “Aah nyamannya”. Ia menarik selimut putihnya hingga
menutupi tubuhnya sebatas leher. Ia mencoba memejamkan matanya, namun tetap
tidak bisa. Ia menatap langit-langit kamarnya. Lama. Namun masih tidak ada
tanda-tanda ngantuk. Ia pun duduk dengan malas dan melangkahkan kakinya menuju
balkon kamarnya sambil membawa selimutnya.
Ia
duduk disana berbalut selimut. Ia mulai menghitung bintang. Haha, itu hal yang
aneh. Mustahil orang bisa menghitung bintang. Tapi, itu adalah salah satu cara
Hoshi agar bisa tertidur.
“...99,
100,...” ,...... “205...206... 2.... ah ini menyebalkan biasanya hitungan ke
159 aku sudah merasa ngantuk. Hahh, kenapa aku tidak bisa tidur?” kesalnya.
“Ah.
Sebaiknya aku menghitung lagi, mungkin yang kedua berhasil. 1, 2, 3,...”
“...190,
191,...” ia menghentikan hitungannya dan mendesah. Jam dinding menunjukkan
pukul 22.10 . karena lelah disitu ditambah hawa dingin angin malam yang menusuk
ia memutuskan untuk masuk kedalam kamarnya lagi. Lalu meraih gelas minum yang
selalu tersedia dimejanya.
“Ah.
Habis” rutuknya setelah tahu gelasnya kosong. Ia pun terpaksa turun untuk
mengambil minuman.
Setelah
mengambil air minum di dapur ia pun kembali. Tapi ia menghentikan langkahnya
saat melihat lampu kamar kakaknya masih menyala. Ia pun berjalan pelan menuju
kamar itu.
Ia
mendengar sayup-sayup suara gitar. Ya,memang kamar kakaknya itu adalah ruangan
kedap suara agar tidak mengganggu sekitar.
“Oniichan?
Kau belum tidur?” lirih Hoshi sambil perlahan membuka pintu kamar kakaknya. Ia
sangat terkejut saat melihat kakaknya tengah menangis sambil bermain gitarnya.
Mengetahui ada orang masuk, Hikka langsung menyembunyikan wajahnya dan
menghapus air matanya.
“Oniichan?
Ada apa?” tanya Hoshi sambil duduk disamping kakaknya.
“Tidak
ada. Kenapa kau belum tidur?” tanya Hikka mencoba mengalihkan pembicaraan.
Hoshi masih menatapnya tak percaya.
“Apa
selama 5 tahun ini, Oniichan punya masalah? Apa? Ceritakan padaku!”
“Hhh.
Tidak ada. Aku hanya meresapi lagu yang aku ciptakan. Bukankah menyanyi itu
juga harus dengan perasaan” ujar Hikka.
“Un.
Benarkah? Oniichan tidak bohong kan?”. Hikka hanya menggeleng pelan.
“Lalu
kau? Kenapa belum tidur?”
“Aku
juga tidak tahu” Hoshi mendesah. “Hhh. Kau memikirkan Yamada, ya?”
“Oniichan.
Kenapa membicarakannya sih?” . “Kenapa? Bukankah dia itu pacarmu?”
‘Hhh.
Benar juga. Aku masih harus berpura-pura’ Hoshi pun tersenyum garing. “Aaa.
Tapi, bagaimana Oniichan kenal dengannya?” tanyanya.
“Kan
sudah kukatakan tadi, kalau dia itu adalah adik temanku. Adik sepupunya. Sedang
adiknya kandungnya adalah perempuan dan seumuran denganmu”
“Apa...
namanya Tsuki? Un, Tsuki Akiyama?”
“Bagaimana
kau bisa tahu?” ‘Hn. Sudah kuduga’
“Dia
juga sekolah disekolahku. Baru 3 hari yang lalu” . “Memang dia baru kembali ke
Kyoto ini bebareng denganku dan Kei” . Hoshi manggut-manggut.
“Kenapa
sekarang kau tidak tidur? Bukankah besok sekolah?” . “Kalau saja bisa aku sudah
tidur lelap sekarang”
“Baiklah.
Sekarang tidurlah disini. Aku akan menyanyikan sebuah lullaby untukmu” Hikka
menunjuk ranjangnya. Hoshi pun tersenyum senang lalu merebahkan tubuhnya dengan
nyaman diatas ranjang itu. Tak lupa Hikka menutupkan selimut ketubuh adik
kesayangannya itu. Dan mulai menyanyikan lagu tidur dengan suara merdunya.
♪ Futari Gake no Bashou – Hey! Say!
JUMP ♪
“Oyasumi Nasai” ucap Hikka setelah
memastikan adiknya telah tertidur pulas. Ia membelai lembut rambut adiknya itu.
Lalu pergi keluar.
~o0o~
“Okasan? Apa
Oniichan sedang punya masalah?” tanya Hoshi pada ibunya. “Tidak. Dia bilang
sangat terkejut melihatmu masuk kekamarnya saat dia sedang mencoba meresapi
lagu yang dibuatnya. Benarkah?” ibu Hoshi balik bertanya. “Un, jadi benar tidak
ada apa-apa?” Hoshi tersenyum.
“Oh ya. Benar kamu
sudah punya pacar? Kenapa tidak pernah bilang pada Haha?” Hoshi menatap ibunya
terkejut.
‘Ash. Kenapa Haha
bisa tahu? Oniichan? Ash. Ini menyebalkan’ rutuk Hoshi, ia hanya tersenyum
paksa menimpali pertanyaan ibunya. “Kata Hikka, dia pemuda yang baik.
Kapan-kapan ajak dia main kesini. Perkenalkan pada Haha, ne?” . “Apa?”
“Kenapa?”
“Ti-tidak. Tapi, apa
Okaasan tidak marah? Atau melarangku pacaran dulu dan mementingkan sekolah
dulu?”
“Kenapa harus marah,
itu kan memang proses kehidupan untuk menjadi lebih dewasa. Tapi, yang
terpenting kau tetap harus menjaga sikap. Jangan sampai ada hal yang membuatmu
hancur karena sikapmu itu” nasehat ibunya.
“Haii” jawab Hoshi
lemas. ‘Semua mendukung? Kalau saja itu adalah Yuto. Aku pasti ikut senang. Ah,
kenapa aku pikirkan?. Suatu hari nanti aku akan bilang kalau kami sudah putus.
Ah, kurasa secepatnya aku akan mengatakannya pada mereka’ pikir Hoshi sambil
memakai sepatunya.
“Okaasan. Oniichan
sudah berangkat, ya?”
“Iya. Dia ada Konser
di distrik Kyoto”
“Ash. Padahal aku
ingin sekali menontonnya. Masa hanya bisa menonton latihannya saja”
“ya, nanti pasti ada
waktu. Sudah cepat pergi sebelum ketinggalan kereta. Ini bekalnya, Haha membuat
porsi 2 orang. Berbagilah dengan pacarmu” ucap Ibu Hoshi sambil memberikan
bekal makanan Hoshi.
“Okaasan. Tidak
perlu seperti ini” rutuk Hoshi menerima bekalnya.
“Sudah. Cepat
berangkat” suruh ibunya.
“Ittekimasu” ucap
Hoshi lesu.
“Hai. Itterasai. Ki
o tsukete, ne!” jawab ibunya sambil melambaikan tangannya. ‘Selalu semangat,
ya!’ batin Ibu Hoshi lalu masuk kedalam rumah.
......
Sinar matahari pagi
bersinar cerah melewati celah dedaunan pepohonan di sepanjang jalan menuju
gedung sekolah. Seperti biasanya, angin pagi musim semi berhembus lembut.
Membuat hati begitu damai. Tapi, tidak dengan Hoshi. Ia terlihat begitu lesu
dan tak bersemangat. Apalagi kalau nanti bertemu Si Menyebalkan Ryosuke. Dan,
dia akan menanyakan kenapa kemarin dia tiba-tiba memanggilnya seperti itu. Apa
dia sengaja untuk menjadikannya bahan lelucon lagi. Kalau benar, lihat saja apa
yang akan dilakukan singa betina saat mengoyak mangsanya.
“Ohayou~~!”
Mendengar itu Hoshi
langsung menoleh dan menatapnya tajam. Ya, benar. Itu Ryosuke.
“Ryosuke Yamada!”
ucapanya agak lembut, tapi tatapan matanya masih setajam burung elang.
“Hwaa. Setelah
kemarin kau jadi lembut padaku. Oh iya. Kita sekarang kan pacaran” ucap Ryosuke
dengan senyum smirknya.
“Hhehe. Benarkah?
Oh, iya. Mungkin aku lupa” ucap Hoshi. ‘Aneh tidak biasanya dia seperti ini’
gumam Ryosuke.
“Uhm tapi kemarin
kenapa kau memanggilku dengan benar? Kenapa tidak memanggilku KAA seperti
biasanya?”
“Oh, itu... karena
aku ingin saja”
“Benarkah? Tidak ada
maksud lain?” tanya Hoshi dengan tatapan mengancam.
Ryosuke hanya
menanggapinya dengan senyumnya, sedang pikirannya melayang ke hari kemarin.
#FLASHBACK_ON
“Ah. Untuk
apa Yuto menyuruhku menunggu disini?” gumam Ryosuke sambil menatap sepatunya
sedang tubuhnya ia sandarkan di tiang penyangga gedung parkiran sepeda.
Tap. Tap. Tap.
Terdengar suara langkah kaki yang mulai mendekat kearahnya.
“Ryosuke!” ucap orang
itu sambil mengatur nafasnya.
“Ada apa? Kenapa kau
berlari seperti itu? Dan untuk apa kau menyuruhku menunggumu disini?” tanya
Ryosuke.
Yuto menunjukkan
selembar kertas padanya. “Apa ini?” Ryosuke membaca isinya.
Sebentar ia mengernyitkan keningnya
.
Yuto-kun.
Soal tadi, tentang hal
yang ingin kubicarakan. Aku sudah salah bicara pada kakakku. Dan tanpa sengaja
aku menerima tantangannya. Kalau aku yang kalah, maka aku akan berangkat
sekolah jalan kaki. Kau tahu kan rumahku sangat jauh, dan itu tidak mungkin
kulakukan. Aku tidak boleh kalah.
Makanya, aku minta
bantuanmu untuk hari ini saja. Setelah itu tidak lagi. Aku janji.
Kumohon kau mau
berpura-pura jadi pacarku untuk hari ini saja dan menunjukkannya pada kakakku.
Onegaishimasu. Onegaishimasu.
Gomenasai sudah lancang.
Onegaishimasu.
Hoshi Haruka
Ryosuke tertawa setelah membacanya.
“Haha. Untuk apa kau
menunjukkan ini? Dia memang gadis yang aneh” gumam Ryosuke diantara tawanya.
“Kau, benar-benar
menyukai Hoshi kan? makanya aku menunjukkan ini. Kau yang akan membantunya
menyelesaikan masalahnya” ujar Yuto.
“Apa? Tapi...”
Ryosuke membulatkan matanya.
“Sudah jangan banyak
bicara. Sana pergi, dia sudah menunggu bersama kakaknya”
“Eh? Bagaimana kalau
kakaknya galak? Ba...”
“Itu deritamu.
Ganbatte. Jaa ne...!!” teriak Yuto yang langsung pergi dengan sepedanya.
“Hehh! Yuto!”
“Oh ya. Panggil
namanya yang benar!” teriak Yuto lagi. Sedang Ryosuke masih saja
terbengong-bengong ditempatnya.
“Apa aku harus
melakukannya? Hhh” gumamnya lalu mengambil sepedanya.
#FLASHBACK_OFF
“Hoiii !! apa yang sedang kau
pikirkan?” pekik Hoshi, membuat Ryosuke sadar. “Oh. Tidak ada. Hehe” jawab
Ryosuke tertawa garing.
“Baiklah. Kukatakan
sekarang tentang hal kemarin bagaimana kau bisa tahu itu sudah tidak penting
bagiku. Tapi dengarkan baik-baik, kemarin hanyalah pura-pura, sampai saat ini
kita tidak punya hubungan apapun, jadi lupakan hal kemarin OK. Dan... ya,
sebenarnya aku benci mengatakan hal ini padamu mengingat kau adalah orang
paling menyebalkan, tapi, aku tidak mau dianggap sebagai orang yang tak tahu
terima kasih. Jadi, Arigatou Gozaimasu sudah membantuku kemarin” ujar Hoshi
panjang lebar lalu meninggalkan Ryosuke yang masih mencoba mencerna ucapan
Hoshi baru saja.
“Hhh. Sudah kuduga
seperti ini” ucapnya setelahnya. ‘Tapi, aku ingin ini tidak hanya sekedar
pura-pura’ gumamnya lalu mengikuti Hoshi.
“Ka~~!!!” teriaknya.
Tapi tak mendapat respon dari Hoshi. Ia pun berhasil membarengi langkah Hoshi.
“Un. Aku terima
ucapan terima kasihmu. Tapi, aku tidak mau melupakannya. Lagipula ini
menyenangkan, kan? bukankah rasanya seperti mimpi kau mempunyai pacar
sepertiku, pria terpopuler di sekolah, dimana semua gadis mengejarnya. Harusnya
kau bangga” ujar Ryosuke enteng.
“Tch. Seenaknya
saja. Apa gunanya populer dan di gilai para gadis kalau kau itu bodoh dan tak
tahu sopan santun” balas Hoshi dengan dingin.
“Yang penting kan
itu menyenangkan. Dan, dimana ada hal yang menyenangkan disitu ada Ryosuke
Yamada. Jadi, aku masih ingin melanjutkan permainan yang kau buat sampai aku
bosan. OK. Jaa~~~!!!” Ryosuke mendahului Hoshi dengan senyum smirknya.
“Orang itu! Enak
saja mengatakan hal itu. Hoooi... Aku tidak peduli ucapanmu. Permainan itu
sudah berakhir sepenuhnya kemarin setelah kau sudah bertemu kakakku. Dengar
itu. Dasar Menyebalkan!!!!” teriak Hoshi sekuat tenaga. Ryosuke hanya tersenyum
tipis mendengarnya.
Hoshi berjalan
dengan kasar menuju kelasnya.
......
Kini Hoshi tengah
dibingungkan dengan bekal makanannya yang begitu banyak, jika saja hari ini
Yuto tidak mewakili sekolah dalam pertandingan Basket di kota pasti ia sudah
berbagi dengannya. Ia melirik bangku Yuto dan mendengus kasar setelahnya. ‘Hhh.
Bagaimana ini? Kalau aku tidak menghabiskannya pasti Okaasan akan kecewa. Tapi,
aku tidak mungkin bisa menghabiskan semua makanan ini sendiri’ gumamnya.
“Hai, Ka!” sapa
Ryosuke sambil duduk di depan bangkunya. Ia hanya memandangnya sekilas lalu
kembali ke kotak bekalnya.
“Uh. Kau membawa
bekal sebanyak ini? Kau akan menghabiskannya sendiri?” tanya Ryosuke agak
bernada tak percaya. ‘Apa kuberikan padanya saja ya?’ pikir Hoshi.
“Ambil saja kalau
kau mau!” ucap Hoshi datar. “Tch. Kau mau berbagi denganku? Wah, kau ternyata
diam-diam perhatian padaku” Ryosuke terkekeh kecil.
“Kalau tidak mau ya
sudah, cerewet sekali” pekik Hoshi kesal. “Oh. Kau ini selalu saja marah-marah.
Baiklah, aku akan menikmatinya” Ryosuke mengadahkan tangannya pada Hoshi.
“Apa?” tanya Hoshi tak mengerti. “Sumpit ! apa kau mau aku makan dengan tangan
kosong?” jelas Ryosuke. “Itu kan ada sendok. Dan ini sumpit pribadiku, aku
tidak mau meminjamkannya” tegas Hoshi.
“Tapi, aku tidak
biasa makan dengan sendok. Dan, aku tidak selera makan kalau tidak dengan
sumpit”
“Manja sekali”
“Ya, sudahlah. Kalau
begitu kau saja yang menyuapiku. Bukankah itu romantis?” goda Ryosuke.
“Tidak akan pernah”
Hoshi menajamkan pandangannya pada Ryosuke. ‘Enak saja seperti itu’ gerutu
hatinya.
“Un. Aku tidak
berselera makan. Kau berikan saja pada yang lain” Ryosuke mendorong kebelakang
kursinya dan akan beranjak. ‘hhh. Menyebalkan. Ya mau gimana lagi’ pikir Hoshi.
“Matte.. Chotto
matte!” cegah Hoshi. Ryosuke menatapnya. “Baiklah kau pakai sumpit ini” Hoshi
menyerahkan sumpitnya dengan berat hati, dan mengambil sendok dihadapannya.
Ryosuke tersenyum penuh kemenangan dan mulai makan. “Itadakimasu!” semangatnya.
‘Hhh. Kalau tidak karena Okaasan, aku pasti tidak akan pernah mau melakukan
ini. Lihat saja,makan begitu rakusnya. Berbeda sekali dengan Yuto. Yosh. Aku
akan membeli sumpit baru setelah ini’ pikir Hoshi mencoba memakan makan
siangnya walaupun sebenarnya ia tidak bisa memakannya karena melihat Ryosuke.
‘Benar-benar tak punya malu. Tch’.
......
Saat ini pelajaran
tengah dimulai di kelas Hoshi. Entah sejak kapan Ryosuke kini duduk di bangku
Yuto di sebelahnya. Benar-benar mengganggu.
Jiraiya Usaki, guru
bahasa Inggris sekaligus guru wali kelas itu tengah sibuk menyampaikan materi
pelajarannya. Seperti biasanya Hoshi memperhatikan dengan seksama materi yang
disampaikan gurunya. Namun tidak dengan orang di sampingnya, ia malah sibuk
melipat-lipat kertas didepannya membuat origami. Hoshi hanya memandangnya cuek
sesekali.
“Baiklah. Pertanyaan
terakhir sebelum pelajaran ini berakhir” ucap Usaki-sensei mengedarkan
pandangannya menatap satu persatu muridnya mencari sasaran pertanyaan
mematikannya. Semua hanya menunduk menghindari tatapannya,tapi tidak untuk
Hoshi dan Ryosuke.
“Ryosuke Yamada!”
panggil Usaki-sensei dengan suara beratnya. “Hai. Sensei!” jawab Ryosuke santai
tak lupa senyum polosnya. Semua mata memandang kearahnya, ya, dengan tatapan
lega karena terbebas dari pertanyaan guru itu. Usaki-sensei mendekati bangku
Ryosuke.
“Beri contoh kalimat
Past Tense digabung dengan Future Tense!” titah beliau dengan tatapan berkilat.
Ryosuke tersenyum remeh, namun sebentar kemudian ia tersenyum garing. ‘Bakka.
Pasti dia tidak bisa menjawab’ batin Hoshi menatap datar Ryosuke yang tengah
senyum-senyum tidak jelas.
“Sensei. Aku
mengerti contoh kalimat Past Tense, contohnya .... I ate fish soup last
night... tapi yang Future Tense dan penggabungan kalimatnya Hoshi Haruka yang
memperhatikannya dengan jelas. Anda tahu kan Sensei, dia juara kelas, dan saya
sering belajar kelompok dengannya, jadi pertanyaan itu akan di jawab olehnya.
Dan nanti dia akan mengajarkannya padaku” ujar Ryosuke panjang lebar.
Usaki-sensei mengernyitkan keningnya. ‘Wahh. Pandai sekali dia melempar
masalah’ gerutu Hoshi sambil menatap tajam Ryosuke. Sedang Ryosuke terkikik
dalam hati.
“Baguslah kau
ternyata juga sedikit memperhatikan. Kemajuan yang bagus” ucap beliau, lalu
mengalihkan pandangannya pada Hoshi.
“Hoshi, lanjutkan
kalimat Ryosuke tadi !” titah beliau. Hoshi mengangguk.
“I ate fish soup
last night but I should eat Takoyaki tomorrow night” jawab Hoshi yakin. Tak ada
respon dari guru yang sedikit aneh itu, beliau hanya kembali ke mejanya dan
merapikan buku-bukunya. Ryosuke tersenyum jail pada Hoshi yang menanggapinya
dengan tatapan datarnya.
“Minna. Hari ini aku
akan menunjuk ketua dan wakil kelas baru kalian, karena ini tahun ajaran baru”
ucap Usaki-sensei dengan tatapan datar namun mematikannya.
“Haiiiii !” jawab
seluruh murid. “Aku menginginkan... Yamada Ryosuke yang menjadi ketuanya”
“Nnneee???” pekik
para murid laki-laki. “Iya sensei kami setuju !” pekik murid perempuan girang.
Sedang yang ditunjuk hanya diam tanpa protes sedikit pun. Ya, begitulah resiko
orang populer. Hahaha.
“Sudah. Shut-up!”
pekik Usaki-sensei menghentikan kegaduhan. “Dan untuk wakilnya, Yamada sendiri
yang akan memilihnya. Tapi, harus perempuan biar adil”
Ryosuke mengangkat
kepalanya mendengar ucapan gurunya barusan. Semua siswi berebut agar dipilih
oleh Ryosuke menjadi partnernya.
‘Apa jadinya kelas
kalau dipimpin olehnya? Hhh,apa yang dipikirkan Jiraiya-sensei?’ gumam Hoshi.
Ia benar-benar tidak tertarik dengan hal-hal seperti itu. Ia memilih diam saja.
“Pilihlah siapa yang
ingin kau jadikan partner!” suruh Usaki-sensei. “Hai” Ryosuke berdiri dan
menatap semua teman-teman perempuannya.
“Pilih aku!” .
“Pilih aku!” . “Pilih aku saja!” . “Pilih aku!” ya, seperti itulah keributan
setelahnya.
“Saya memilih Hoshi
Haruka!” ucap Ryosuke.
“NnEEeee ????” pekik
seluruh teman perempuannya tak terkecuali Hoshi yang di tunjuk. Hoshi
menatapnya penuh dendam (?)
“Baiklah. Hoshi
Haruka majulah kedepan” suruh Usaki-sensei
“Eetooo..... Sensei.
Saya tidak bisa menjadi wakil ketua. Dan saya tidak ingin” interupsi Hoshi.
“Un....”
‘TETT...TETT...TETT’
bel pulang sekolah berbunyi sebelum Usaki-sensei menyelesaikan kalimatnya. Dan
semua sudah bersorak gembira.
“Baiklah. Kita
akhiri pelajaran hari ini, masalah ini akan kita bahas kembali di pertemuan
selanjutnya. Dewa Mata...” ujar Usaki-sensei mengakhiri. Lalu menatap dua murid
di depannya. “Kalian ikut aku dulu” ucap beliau. Dua murid itu membungkukkan
badannya sedikit lalu mengambil tasnya dan mengikuti gurunya.
“Kau mau
bermain-main denganku, ya?” kecam Hoshi sedikit berbisik. Ryosuke menunjukkan
senyum remehnya.
“Bukankah sudah
kubilang tadi” ujarnya santai. Berhasil membuat Hoshi benar-benar geram.
Tak jauh dari situ,
Tsuki melihat Hoshi dan Ryosuke tengah berjalan berendeng mengikuti
Usaki-sensei menuju ruang guru.
“Ada masalah apa,
ya? Un, entahlah. Oh, apa benar Hoshi-chan adalah adik dari Hikka-niichan?
Jadi....?” Tsuki memandang kearah Hoshi tak percaya. “Jadi...? hwaahh... kalau
sampai Ryosuke-niichan benar-benar suka dengannya, pasti Kudaime-sama tidak
akan membiarkan ini terjadi” gumamnya terus memperhatikan dua orang itu.
“Kasihan Hoshi-chan dalam bahaya. Aku harus membantunya, tidak boleh ada lagi
korban tak bersalah dalam pertarungan ini. Kuharap Ryosuke-niichan mengerti hal
itu. Aku tidak boleh membiarkan ini terjadi” semangatnya dengan senyum pasti.
Ia pun melangkahkan kakinya menyusuri lorong kelas menuju pintu gerbang
kebebasan. #Hahaha.... J
Kembali ke dua murid
yang kini tengah berada di ruang guru menghadap meja Usaki-sensei.
“Hhh. Aku senang
kalian bisa menjadi partner dalam kelas” gumam Usaki-sensei memulai
penuturannya.
Hoshi dan Ryosuke
saling memandang
“Ryosuke. Apa kau
tahu kenapa aku memilihmu sebagai ketua kelas?” tanya Usaki-sensei.
“Hai. Karena saya
populer kan Sensei. Dan Sensei ingin saya lebih populer lagi dengan menjadikan
saya ketua kelas” ujar Ryosuke santai. Berhasil memecahkan tawa Guru di
depannya itu. Begitupula Hoshi di sampingnya. ‘PD sekali dia?’ batinnya tertawa
keras. Sedang Ryosuke hanya senyum-senyum.
“Hahaha. Hhh. Sudah.
Kau masih tetap percaya diri. Tapi ingat hal ini, menjadi populer tidak terlalu
penting, untuk menjadi seorang ketua kelas kau punya tanggung jawab besar.
Tidak hanya sekedar mencari kepopuleran lebih, tapi kau juga harus bisa menjadi
pemimpin yang adil dan bijaksana” tutur Beliau.
“Oh... H-h-hai.”
Jawab Ryosuke gagap. “Tapi, aku suka rasa percaya dirimu” tambah Usaki-sensei.
Ryosuke tersenyum lebar.
“Dan, kenapa kau
memilih Hoshi sebagai partnermu?”
“Aa. Itu karena dia
orang yang pandai Sensei. Dia tanggap dalam menyelesaikan masalah” jelas
Ryosuke. “ya, walaupun sifat dan sikapnya aneh. Tidak bisa bergaul lagi”
tambahnya agak berbisik. Hoshi menatapnya tajam.
“Sou da na? Bagus
juga. Chotto matte... kudengar kau sangat pendiam? Dan kau tidak pernah
bersosialisasi dengan teman-temanmu yang lain?” Usaki-sensei menatap Hoshi.
“Nnee???” Hoshi mengangkat kepalanya, tak tahu harus berkata apa.
“Benar Sensei.
Kepribadiannya memang agak aneh. Untung saja dia punya teman sepertiku” bangga
Ryosuke.
“Hummh. Hoshi
Haruka. Ini adalah kesempatanmu untuk menunjukkan potensimu lebih maksimal
lagi. Aku tahu kau itu pandai dan bertanggung jawab. Tapi itu semua tak ada
gunanya jika terus kau simpan dan sembunyikan. Majulah, kalian berdua hidupkan
kelas kita. Wakatta?” semangat Usaki-sensei.
“Haaaiii.
Wakarimashita !” semangat Ryosuke. “Hai !” jawab Hoshi lemas. ‘Aku selalu
menjadi korban ya? Hidupku tak pernah menyenangkan’ batinnya. Merekapun mohon
ijin untuk meninggalkan ruangan para guru tersebut.
“Hoi... Ka aku
duluan ya... Jaa ne!” Ryosuke pergi mendahului Hoshi yang hanya diam dengan
ekspresi datarnya. ‘Apa hari-hariku akan bertambah buruk lagi?’ rutuknya. Ia
menghela nafas berat dan mengedarkan pandangannya ke sekitar tempatnya
berjalan. Sepi. Hening. Hanya angin yang sesekali berhembus kuat. Bahkan Si
Ryosuke sudah menghilang dengan cepat. Hoshi kembali menghela nafasnya.
“Yabai. Keretanya?!”
pekiknya tiba-tiba yang langsung berlari sekuat tenaga menuju stasiun. Kalau
ketinggalan kereta pasti dia akan pulang malam untuk menunggu kereta
selanjutnya.
Tap...Tap..Tap...
suara langkah kaki Hoshi memasuki gedung stasiun, nafasnya sudah hampir habis.
PRIIITTTTTT peluit
kereta sudah berbunyi tanda kereta akan segera meninggalkan stasiun.
“Yabai... yabai...”
rutuk Hoshi sambil terus berlari menuju pemberhentian kereta.
Ia berhenti dengan
kecewa. Terlambat, ya begitulah, keretanya sudah menjauh dari stasiun. “Siapa
yang akan disalahkan sekarang?” gerutunya lesu sambil berjalan gontai menuju
tempat menunggu. Ia sesekali melihat jam besar di depannya dan melihat jadwal
pemberangkatan kereta di monitor besar tak jauh dari loket pembelian tiket.
“Jam 6? Apa? Aku harus menunggu selama itu? Hhhh” ia kembali mendesah.
“Oh. Tidak biasanya
kau terlambat kereta?” sapa petugas loket yang sangat hafal dengan pelanggan
setianya.
“O.. hai. Tadi ada
sedikit masalah di sekolah” jawab Hoshi seadanya.
“Kau akan menunggu
disini?” tanya petugas itu lagi. “Un. Hai” jawab Hoshi lalu mendengus pasrah.
TIK..TIK..TIK..
detik jam terus berjalan, rasanya begitu lama bagi seorang yang sedang
menunggu. Hoshi hanya melihat orang-orang berlalu lalang keluar masuk stasiun.
Sesekali ia mendengar suara orang-orang yang tengah bersenda gurau dengan
riangnya bersama temannya, sampai suara tawa yang keras ikut masuk ketelinganya
yang kini begitu liar. 15 menit berlalu, terlihat di wajah Hoshi yang mulai
bosan. Tidak biasanya ia menunggu sesuatu seperti ini, karena ia selalu menjadi
orang yang tepat waktu. Hal ini menjadi perhatian penjaga loket. Ia menghampiri
Hoshi sambil membawa air mineral.
“Kamu mau minum?”
tawarnya menunjukkan botol airnya.
“Arigatou Gozaimasu”
jawab Hoshi malu-malu. Bapak penjaga loket itu melihat kearah jam dinding
besar, lalu kembali menatap Hoshi.
“Aku sarankan kau
naik bus saja. 3 jam bukan waktu yang sebentar untuk menunggu. Kulihat kau
orang yang tidak suka menunggu” ujarnya. Hoshi hanya mengangguk, ia masih
bingung akan menjawab apa.
“Ya, walaupun
perjalanannya lebih lama dari kereta dan biaya transportnya sedikit lebih
mahal. Bukankah itu lebih baik, kamu tidak akan sampai dirumah malam-malam.
Kurasa sebentar lagi akan ada bus yang lewat di halte nomor 9” tambah Bapak
itu. Hoshi mulai memikirkannya. ‘Benar juga’ pikirnya.
“Un. Arigatou
Gozaimasu atas sarannya. Saya akan naik bus hari ini. Dewa mata...” pamit
Hoshi, tak lupa ojiginya.
“Sou desu, Ki o
tsukeru!” kata bapak Petugas itu. Hoshi pun pergi. “ya, walaupun sedikit mahal,
tak apa lah. Aku juga tidak ingin telat pulang, nanti okaasan khawatir.
Ganbatte !!!”.
Kini Hoshi tengah
berjalan menuju Halte no.9 seperti saran penjaga loket tadi. Ia melewati sebuah
pohon sakura di ujung jalan, di bawahnya ada sebuah bangku kayu panjang.
Terlihat begitu teduh dan nyaman untuk istirahat, kelopak sakura yang
berguguran berserakan di sekitarnya. “Ternyata disini ada tempat seperti ini
ya?” gumamnya tanpa kehilangan senyum dibibir tipisnya itu. Ia berjalan
mendekati tempat itu dan memperhatikan sekeliling. Ya, ini kali pertamanya
Hoshi lewat jalan ini. Ia terlihat begitu menikmati suasana itu.
Tak jauh dari
tempatnya berdiri terlihat sebuah mobil mewah tengah terparkir ditepi jalan.
Seorang pria bertubuh tinggi tegap dengan pakaian serba hitam dan juga kacamata
hitam yang dipakainya, seperti seorang bodyguard para pengusaha kaya atau orang
penting. Ia sedang menunggu di dekat mobil itu. Tak lama kemudian seorang lagi
yang berpenampilan sama tengah memaksa seorang anak laki-laki yang masih berseragam.
Terlihat lelaki itu terus meronta dengan kesal dan sesekali menatap tajam
orang-orang itu syarat akan ancaman. “Lepaskan! Aku bisa jalan sendiri!” pekik
anak laki-laki itu.
Mendengar itu Hoshi
langsung menoleh, namun anak itu sudah masuk kedalam mobil. Ia hanya melihat 2
orang berbaju hitam itu ikut masuk.
“Hwaa? Misterius
sekali orang-orang itu” gumamnya. Ia melanjutkan langkahnya menuju halte, dan
mobil itu melewatinya. Ia terus berjalan,namun ia merasa seperti ada orang yang
sedang mengikutinya dari belakang. Setelah ia menoleh, ternyata tak ada
siapa-siapa. ‘Hhh. Cuma perasaanku saja’ pikirnya,tak lama kemudian bus yang
dinantikannya pun datang, segera ia masuk kedalam.
“Saya memastikannya
baik-baik saja, Tuan” ucap seorang pemuda yang memakai masker hitam menutupi
setengah wajahnya. Tatapannya datar. Setelah memastikan sambungan teleponnya
ditutup oleh lawan bicaranya ia pun memasukkan ponselnya ke saku celananya.
Lalu pergi dengan misterius.
~o0o~
Di sebuah rumah yang
cukup besar. Aa, tidak. Tapi rumah yang sangat besar bahkan. Mewah dan elegan.
Disana-sini terlihat orang-orang berseragam hitam dengan sedikit corak merah di
lengan kanannya berlalu lalang, tatapan mata mereka terlihat tajam dan selalu
fokus. Semakin masuk kedalam rumah itu kita akan dimanjakan dengan pemandangan
kerlap-kerlip barang-barang mewah yang berkilauan di sana-sini. Bisa dibilang
rumah itu bagaikan sebuah istana. Kalian pasti sudah berpikir betapa kayanya
sipemilik rumah itu.
Di sebuah ruangan
yang cukup besar. Terlihat seperti ruang kerja pribadi dengan meja dan kursi
yang terletak di ujung sebelah kanan tepat menghadap pintu, dan satu set sofa
putih dan meja kaca yang berframe putih senada dengan sofanya. Di belakang
kursi itu terdapat sebuah dinding yang diukir dengan marmer merah yang sangat
langka. Sebuah simbol bulan besar dengan api yang berkobar disekelilingnya.
Dibawahnya terlihat tulisan huruf kanji yang bila dibaca berbunyi ^AKATSUKI^
yang artinya Bulan Merah. Mendengar nama itu semua orang akan tahu bahwa itu
adalah sebuah Klan terkaya kedua di seluruh dunia dan juga klan yang
menciptakan orang-orang yang hebat. Termasuk salah satu pemegang saham terbesar
didunia, bahkan kerajaan Inggris dan Amerika masih jauh dibawahnya.
Ditempat itu
terlihat seorang pria duduk dengan bersandar disandaran kursi itu dengan
tatapan tajam kearah seorang pemuda yang tengah berdiri didepannya dengan wajah
tak acuhnya, tak peduli akan tatapan mengintimidasi dari orang didepannya itu.
“Berapa kali
kubilang kau harus segera masuk kekelas bisnis. Kau adalah calon penggantiku
setelah ini. Kau harus berfikir dewasa. Kau ini dilahirkan sebagai seorang
penguasa. Jadi lakukan apa yang kuperintahkan” tutur pria itu dengan suara
beratnya yang tegas. “Kurasa Anda salah Kudaime-sama. Saya bukanlah penerus
Anda. Karena kenyataannya saya hanyalah putra seorang Sekretaris di Klan ini”
jelas Pemuda itu enteng. Pria itu menatapnya geram.
“Apa yang kau
katakan? Secara sah kau adalah putraku. Memang aku sengaja menitipkanmu pada
Sekretaris Yamada. Dan itu sengaja kulakukan agar kau selamat dari peperangan
politik ini. Kau kubutuhkan untuk merampas dunia ini dari klan Hyuga. Kau tahu
kan?” serius pria itu. “Sumimasen. Saya tidak tertarik. Permisi” pamitnya lalu
pergi tanpa merasa bersalah. “Ryosuke~~!!!” pekik Pria itu dengan geram menatap
pemuda itu pergi begitu saja. “Tch? Apa dia benar-benar anakku?” rutuknya
sambil menghenyakkan tubuhnya di kursinya.
.....
“Dia membutuhkanku
hanya untuk bisnisnya? Hhh, dia hanya ingin memanfaatkanku” Ryosuke melemparkan
tubuhnya dikursi.
“Ryosuke-sama. Anda
tidak boleh seperti itu pada Kudaime-sama, bagaimanapun...”
“Otousan. Jangan
memanggilku seperti itu. Aku ini adalah putramu” Ryosuke menghampiri pria
tengah baya yang berdiri menunduk tak jauh darinya.
“Tapi... saya hanya
ayah angkat anda” kata pria itu sedikit bernada ragu. “Otousan... apa seperti
ini dunia bisnis? Apa semua harus membedakan satu sama lain? Oleh karena itu
aku tidak ingin masuk kesini sejak dulu” rutuk Ryosuke kembali mendesah.
“Ryosuke-sama”
“Otousan. Kubilang
jangan memanggilku seperti itu. Panggil namaku saja seperti dulu.
Onegaishimasu” pinta Ryosuke.
“Ryosuke. Sekarang
kau sudah menjadi calon pewaris tahta Klan Akatsuki ini. Tanggung jawabmu akan
semakin berat, kau harus menjadi kuat dan semakin kuat. Sebagaimanapun kau
berusaha menghindar kau tetap akan terjebak disini. Karena inilah duniamu
sebenarnya, inilah takdirmu” ujar pria yang biasa dipanggil sekretaris Yamada.
Ryosuke mengalihkan
pandangannya keluar jendela besar di sampingnya. Ini adalah hari yang sangat
dibencinya, sejak kecil ia sudah tahu bahwa hari ini pasti akan datang. Ada
banyak alasan mengapa ia tidak suka dan benci dengan hal ini. Pertama, dunia
ini adalah dunia yang sangat kejam, semua orang didalamnya akan mengorbankan
apapun, bahkan keluarganya sendiri hanya untuk menjadi penguasa tertinggi.
Kedua, dunia ini adalah dunia bagi mereka yang tak punya hati, penuh paksaan
dan hanya ada dendam satu sama lain. Ketiga, adalah hal yang paling membuatnya
benci dunia itu, karena dunia itu membuatnya kehilangan semua orang yang
disayanginya. Ia sangat bahagia menjalani kehidupannya yang masih bebas
sekarang, tapi tidak sebentar lagi. Ya, rasanya dia lebih memilih mati daripada
menjadi penguasa haus harta seperti mereka. Ah, kalau bisa memilih orangtua, ia
akan memilih keluarga yang sederhana namun bahagia. Itu hanyalah impian.
~o0o~
Hoshi sudah hampir
sampai di rumahnya. Hari sudah senja, ia berjalan cepat menuju rumahnya takut
kalau ibunya khawatir.
“Tadaima “ ucapnya
saat memasuki rumah. Hening tak ada jawaban.
“Okaasan...!
Okaasan!” panggilnya, namun tetap tak ada respon. “apa Okaasan mencariku ? ahh,
apa yang harus aku lakukan?” bingungnya sambil mencari-cari ibunya di
sekeliling rumah. “Hhh, apa Okasan diculik? Mungkin? Orang yang mengejar kami 6
tahun yang lalu...” Hoshi mengingat kejadian saat ia masih berumur 12 tahun.
#FLASHBACK_ON
“Ayo Hoshi-chan.... Hayaku...!”
pekik ibu Hoshi sambil terus berlari menggandeng tangan Hoshi yang saat itu
baru menyelesaikan kursus pianonya. Hoshi yang tidak tahu apa-apa hanya
mengikuti ibunya. Sedang di belakang mereka seorang pria setengah baya
berpakaian jas coklat mengejar mereka dan terus memanggil Himemiya (Tuan
Putri), dan juga memanggil nama ibunya. Disebuah gang kecil mereka berbelok dan
bersembunyi di balik tumpukan kardus disalah satu kios di daerah itu. Mereka
berdua berjongkok, ibu Hoshi terus mengisyaratkan agar mereka tak mengeluarkan
suara. Sesekali ibunya mengintip apakah orang itu sudah pergi atau belum.
“Dia sudah pergi.
Hhh, yokatta” lega ibunya sambil menghela nafasnya. Sedang Hoshi hanya diam
saja. Setelah itu mereka pun pergi dari tempat itu.
....
Sesampainya dirumah
Hoshi didudukkan oleh ibunya dan saat itu Hikka juga ada.
“Hoshi-chan.
Dengarkan Haha baik-baik. Mulai sekarang kau tidak boleh sembarangan mengenal
orang, jangan mudah menceritakan siapa dirimu dan darimana asalmu. Dan lebih
bagus kalau kau tidak mempunyai banyak teman, cukup mereka yang benar-benar kau
percaya. Mengerti?” ujar Ibunya serius.
“Hai. Tapi, kenapa?
Apa karena nanti akan banyak orang yang mengejar kita seperti paman tadi?”
tanya Hoshi polos. “Hmm benar. Mereka adalah orang-orang jahat yang selalu
menindas dan menganiaya orang. Apalagi kamu. Kamu adalah orang spesial”.
“hai. Aku mengerti,
aku berjanji akan selalu melakukan apa yang dikatakan Okaasan” Hoshi tersenyum.
“Anak pintar” puji Ibunya sambil membelai lembut rambut putrinya. Hikka hanya
menjadi pendengar setia tapi dalam hatinya ia selalu merasa iri pada adiknya
itu, karena ia selalu mendapat kasih sayang yang lebih daripada dirinya.
“Hikka-kun!” panggil
ibunya. “Un?” Hikka hanya mengangguk. “Kau harus selalu menjaga adikmu, ya.
Apapun yang terjadi kau harus melindunginya” tutur Ibunya. “Tapi... Okasan,
aku...” . “Cukup. Kau tidak boleh protes karena itu adalah tugasmu sebagai
kakak. Mengerti?” . “Hai” jawab Hikka tak bersemangat.
#FLASHBACK_OFF
“... Ahh.
Benarkah itu terjadi?” Hoshi mondar-mandir. Karena itulah alasan mengapa ia
mempunyai sedikit atau bahkan tidak mempunyai teman. Ia tak ingin hidup
keluarganya di penuhi bayangan akan orang-orang seperti itu, meskipun ia
sendiri tidak tahu apa alasan pastinya. Tapi ia yakin bahwa ibunya selalu
melakukan hal-hal yang terbaik untuk semuanya, termasuk dirinya.
“Tadaima” ucap
seseorang memasuki rumah. “Okaasan!” pekik Hoshi girang mendengar suara itu,
segera ia menghampirinya. Dia semakin senang saat melihat bahwa orang itu
benar-benar ibunya.
“Hoshi-chan. Gomen,
ne. Haha pulang terlambat” ucap Ibunya sambil menggantung jasnya di gantungan
yang ada di pojok ruang. “Ha? Jadi, Okaasan baik-baik saja?” tanya Hoshi. “Un?
Tentu saja. Memang ada apa? Haha tadi baru saja dari Cafe. Eh, chotto matte...
kenapa kau masih memakai seragam? Apa kau baru saja pulang?” Ibunya balik bertanya.
“Oh, yokatta. Hmmh. Sumimasen, tadi aku ketinggalan kereta, jadi aku naik bus”
jelas Hoshi.
“Nani? Tapi kau
tidak apa-apa kan? Kau baik-baik saja? Ada orang yang mengikutimu?” tanya
Ibunya bertubi-tubi. Hoshi masih mencoba mencerna ucapan ibunya. “Ah. Daijoubu
Okaasan. Jangan khawatir” ucapnya setelahnya. “Haah. Yokatta. Baiklah, sekarang
mandi lah dan Haha akan menyiapkan makan malam untuk kita” . “Hai” Hoshi
langsung menuju kamarnya.
‘Himemiya,
sumimasen’ batin Ibunya dengan tatapan bersalah pada Hoshi yang terlihat begitu
riang menuju kamarnya.
~o0o~
Seperti biasa
Ryosuke selalu berangkat lebih pagi. Ya, ia menunggu Hoshi. Entah kenapa sejak
pertama kali ia bertemu dengannya di stasiun itu, ia selalu memikirkannya, dan
selalu ingin dekat dengannya. Tapi, anehnya saat ia mulai mendekat padanya, dia
malah mengganggunya dan membuatnya kesal, dan mungkin malah membuat Hoshi
membencinya. Dia sendiri juga tidak mengerti dengan sifatnya itu.
Terlebih lagi saat
ia mulai menyadari latar belakang keluarganya, di saat itu ia menjadi takut.
Dunia politik, bisnis. Dunia itu seperti kekangan aturan yang tidak masuk akal.
Ditambah perjodohan antar klan yang selalu menjadi tradisi. Mereka tak
segan-segan menghancurkan siapapun yang melanggar hukumnya. Termasuk ayah dan
ibunya. Oleh karena itu ia takut untuk mencintai seseorang, ia takut akan
membuat orang yang dicintainya itu menderita.
Selama ini dia
dirawat oleh Shino Yamada, sekretaris kepercayaan keluarganya. Ya, memang hanya
dia lah orang yang sangat mengerti dirinya. Sampai sekarang tidak ada yang tahu
siapa dirinya yang sebenarnya termasuk Yuto sahabatnya sejak kecil itu.
Sekarang yang tahu siapa dirinya hanya Tsuki Akiyama, dia memang putri dari
pamannya. Entah apa tujuan ayahnya menyuruh Tsuki sekolah ditempat yang sama,
bisa jadi dia menjadi mata-mata baginya.
Mulai sekarang
hidupnya pasti tidak akan bisa bebas lagi. Entah apa yang akan dilakukannya
nanti. Yang pasti sekarang dia harus lebih waspada.
“Aaaa ~~!!” pekik
seseorang. Ryosuke yang mengenali suara itu langsung menoleh dan mendapati
Hoshi tengah tersungkur di tepi jalan, dan sebuah sepeda motor melaju cepat
melarikan diri. Tanpa ba bi bu, ia berlari menolong Hoshi. Ia menerobos
orang-orang yang sudah mengerumuni Hoshi.
“Ka? Daijoubu?”
khawatir Ryosuke. Hoshi hanya merintih menahan sakit dari luka bekas goresan
aspal di lengan kirinya. Ia menatap Ryosuke sekilas lalu melihati lukanya yang
cukup lebar. “Argghh” rintihnya sekali lagi.
“Nak, kau temannya?
Sebaiknya segera bawa dia ke puskesmas disana. Agar segera ditangani dokter”
saran seorang Ibu. “Oh. Hai, Arigatou gozaimasu” jawab Ryosuke. “Ayo!” Ryosuke
mencoba membantu Hoshi berdiri. “Tidak perlu, aku bisa jalan sendiri” tolak
Hoshi sambil mencoba berdiri. “Tapi...”
Hoshi menatapnya
tajam dan mulai berjalan meninggalkan kerumunan itu. Ia memegangi tangannya
yang sakit sambil mendesis menahan rasa sakitnya. Tubuhnya masih gemetar,
terlihat jelas dari cara berjalannya yang masih tertatih. Ryosuke hanya
menjaganya dari belakang dan selalu was-was. ‘Hhh. Kau itu benar-benar keras
kepala dan kuat’ batinnya.
‘Ahh, kenapa seperti
ini? Apa yang ku lakukan tadi sampai aku bisa seperti ini? Semua ini gara-gara
dia. Aku seperti ini gara-gara si menyebalkan Ryosuke. Ah, atau mungkin salahku
sendiri?’ argument Hoshi dalam pikirannya.
Beberapa menit yang
lalu....
“Yosh. Kembali
kesekolah. Semoga hari ini bisa kuhadapi dengan baik” ucap Hoshi semangat. Ia
menghirup rakus udara pagi yang segar lalu mengedarkan pandangannya ke sekitar
wilayah itu. Dan mendapati Ryosuke tengah duduk di bangku panjang di bawah
pohon sakura yang dilihatnya kemarin.
Entah kenapa ia
melihat aura berbeda dari Ryosuke. Ryosuke terlihat begitu sedih dan tatapan
matanya menatap sendu objek di atasnya. Sangat berbeda saat di kelas ataupun di
saat mengganggunya. Aneh, benar-benar aneh. Ya, mungkin dia ada masalah, tapi
apa peduliku. Itulah yang dipikirkan Hoshi dan saat ia berbalik tiba-tiba
sebuah motor melaju cepat kearahnya dan menyerempetnya hingga tersungkur ke
aspal dan lengan kirinya terluka. Setelah itu beberapa orang mengerumuninya dan
Ryosuke datang.
Off...
.....
Hoshi sudah mendapat
tanganan dari dokter, tangannya juga sudah diperban. Selama itu Ryosuke selalu
menemaninya. Aneh saja dia tidak banyak bicara atau mengganggunya seperti
biasa. Tapi, hal itu justru membuatnya aneh.
“Hehh. Kenapa kau
mengikutiku terus, hah?” ketus Hoshi menatap tajam Ryusuke yang masih berdiri
dibelakangnya. “Hei. Aku ini menjagamu. Kau tahu kan sekarang kita partner, aku
ketua dan kau wakilnya. Aku tidak bisa kerja sendirian jadi... kalau kau
seperti ini kan yang susah aku juga. Oh ya, lagipula kau kan masih menjadi
pacarku. Benar kan?” jawab Ryosuke tak kalah ketus. “Hhh” Hoshi mendesah tak
percaya, tidak, tapi ia sudah menebaknya kalau Ryosuke akan mengatakan hal itu.
“kenapa aku harus
terjebak dengan orang sepertimu” gerutu Hoshi sambil berjalan cepat menuju
kelasnya. “Heeiii... matte...!” teriak Ryosuke mengikutinya.
“nani? Mereka
benar-benar pacaran? Ini gawat. Apa yang harus kulakukan? Bagaimana ini? Apa
aku melaporkannya? Tidak mungkin, nanti Hoshi-chan? Ahhh... “ frustasi Tsuki
yang sejak tadi memperhatikan Hoshi dan Ryosuke dari balik tembok kelas 2.1.
“Melakukan apa?”
tanya seseorang mengagetkannya.
“Oh Yuto-niichan.
Aaa,,, bukan apa-apa. Aku tadi melihat tangan Hoshi diperban mungkin dia sakit,
i-iya begitu” ucap Tsuki berbohong. Yuto manggut-manggut. “Apa? Hoshi?” Yuto
langsung masuk kedalam kelasnya. Sedang Hoshi menghela nafasnya lega. “Aku
harus memisahkan mereka” gumam Tsuki kemudian pergi.
Hoshi duduk di
bangkunya dengan hati-hati. Ryosuke masih saja mengawasinya dengan seksama. Tak
lama kemudian Yuto menghampiri Hoshi dengan terburu-buru.
“Ada apa? Kenapa
tanganmu diperban seperti itu? Apa terjadi sesuatu?” tanya Yuto. “Hehe. Tidak
apa-apa, aku hanya kurang hati-hati saja. Jadi jangan khawatir” Hoshi mengulas
senyum tipisnya. Yuto menghela nafasnya.
“Ya... kau memang
orang yang ceroboh. Kebanyakan nglamun mungkin, sampai berjalan tidak
lihat-lihat” Ryosuke terkikik. “Tch” Hoshi mengacuhkannya. “Hei Ryosuke, kenapa
kau itu jahat sekali. Oh, bukankah kalian sekarang partner kelas? Jadi kalian
harus bekerja sama dengan baik. Ganbatte!” Yuto memberi semangat. ‘Hhh, dia
cepat sekali tahu hal itu’ Hoshi hanya mendesah.
“Oh ya Hoshi. Gomen
untuk kemarin ya, aku tidak bisa membantumu, saat itu perutku benar-benar
sakit. Apa kau benar-benar berjalan kaki saat berangkat sekolah?” tanya Yuto.
“I-itu? Aa.. sudah lupakan saja. Semuanya sudah selesai, ya... karena ada yang
membantuku kemarin, walau sepertinya tanpa sengaja” jelas Hoshi malas. “Oh?
Benarkah? Siapa?”. Hoshi melirik kearah Ryosuke yang kini sudah dikerubungi
para perempuan alay. “Dia?” kejut Yuto. Hoshi hanya mengangguk. “yang penting
kau tidak menderita kan?” Yuto tersenyum damai, lalu memandang kearah Ryosuke.
‘Omedetou Ryosuke, ini awal yang baik untukmu’ batinnya. Hoshi begitu senang
pada sifat Yuto yang begitu baik padanya dan begitu berbeda dari teman-temannya
yang lain. ‘Andai saja aku dipasangkan dengannya, mungkin aku akan menjadi
orang yang paling bahagia’ gumamnya.
~o0o~
Sebagai partner
pemimpin kelas, Ryosuke dan Hoshi mendapat banyak tugas dan tanggung jawab yang
harus mereka tanggung. Suka tidak suka mereka harus melakukannya. Ya,walaupun
terkadang mereka sering berbeda pemikiran, tapi mereka tetap bisa menyelesaikan
semua tugas mereka.
(Yang part ini
mungkin banyak aku skip ya. Cuma sebagian-sebagian aja yang aku tulis. Maaf)
“Haaah. Bisakah kau
membuatnya lebih rapi sedikit? Seperti ini tidak ada nilainya”
“Kenapa? Kau itu
pandai sekali meremehkan orang”
‘PLAAAK’ . “DIAM dan
CEPAT selesaikan”
....
“KASIH SAYANG
KEMANUSIAAN... SEDIKIT PEMBERIAN ANDA BISA MEMBANTU BANYAK ORANG!!!”
“Arigatou
Gozaimashita. Arigatou... arigatou...”
“Hwaah, sepertinya
kita mengumpulkan banyak?”
“Un. Kita pasti bisa
membantu mereka semua. Ganbatte”. “Yeah”
“PEMBERIAN ANDA BISA
MEMBANTU BANYAK ORANG!!!”
....
“Hei... berhentilah
menggangguku. Kau tidak lihat aku sedang sibuk?”
“Ohhh... Ka lucu
sekali”
“HEEEIIII !!!!!”
....
“Dasar ceroboh. Kau
yang mengataiku seperti itu, tapi kau sendiri juga ceroboh. Apa kau tidak bisa
melihat ada kotak sebesar itu di depanmu sampai menubruknya? Bakka”
“Arghh. Kau ini
kenapa selalu berteriak-teriak dan marah-marah padaku, huh? Kau ini tak punya
hati ya? Sekarang aku lagi kesakitan, arghhh”
“Oh ya? Rasakan ini”
“AAAARRRGHHH. SSSS”
“Bakka”
....
“Berhentilah membuat
orang lain khawatir”
“...”
“Lain kali kalau ada
masalah mintalah bantuan padaku!”
“Kenapa? Memang kau
punya kepedulian padaku? Kau itu benar-benar berbeda dari Yuto. Kau tahu itu”
“Tch. Terserah”
....
Begitulah kiranya
kebersamaan Ryosuke dan Hoshi dalam menjalani tugas mereka. Dari situ mereka
semakin dekat dan mengetahui sisi lain satu sama lain.
Namun, dari
kebersamaan mereka itu, ada orang yang selalu mengawasi mereka dari jauh. Dan
menatap mereka berdua dengan khawatir. Tidak hanya satu orang, tapi masih
banyak orang yang mengawasi mereka. Orang-orang misterius.
~o0o~
Disebuah taman yang
terletak di tengah sebuah bangunan megah seorang pria tua duduk bersantai
sambil memasukkan kakinya di air kolam yang hangat. Sedang tangannya
membolak-balik lembar foto. Sesekali ia tersenyum senang, lalu tertawa namun
kemudian terlihat sedih.
“Kau sudah besar sekarang?
Sudah saatnya kau kembali, kakek sangat merindukanmu” ucapnya menatap rindu
foto itu.
“Maafkan kakek.
Andai saja Kouta dan Mizuki....Hhh” pria tua itu menghela nafas.
Tak lama kemudian
seorang pria setengah baya menghampirinya sambil menunduk memberi hormat.
“Hachi
Hashirama-sama!” ucap orang itu. Pria tua itu hanya berdehem.
“Sebentar lagi ada
pertemuan dengan Tuan Besar dari klan Akatsuki mengenai kesepakatan perjanjian
perdamaian”
“Baiklah. Siapkan
segalanya” tegas pria tua itu. “Hai. Akan segera saya lakukan. Sumimasen”
Setelah pria tadi
pergi, pria tua itu memandang ke arah kolam air hangatnya. Memandang sebuah
lambang yang ada di dasar kolam. Lambang sebuah bintang emas diatas telapak
tangan dan dibawahnya tertulis kanji yang dibaca HEIWA HAGEMU (Menuju
Perdamaian) atau yang lebih dikenal dengan sebutan HYUGA. Dan hanya menghembus
nafas berat dan berjalan masuk kedalam ruangan pribadinya.
~o0o~
Di sebuah studio
musik beberapa orang cowok, salah satunya adalah Hikka tengah sibuk berlatih.
Hikka adalah seorang gitaris dan juga vocalis. Satu orang pemain drum, seorang
pemain bass dan seorang lagi pemain keyboard. Mereka terus berlatih untuk
pertunjukan mereka minggu depan. Band mereka bernama MOONSTAR’S BAND. Dengan
musik bergenre jazz.
“one, two, one two
three four...” Hikka memulai aba-abanya. Temannya yang lain mulai memainkan
musiknya.
♪ Just For You
~ Hey! Say! JUMP ♪
“Bravo. Kita pasti sukses” kata
pemain bass, lelaki bertubuh pendek dengan senyumnya yang manis, biasa
dipanggil Daiki. Semuanya bertepuk tangan. Hikka meletakkan gitarnya.
“Kita pasti sukses.
MOONSTAR GANBARETSUGO!!” pekik Hikka memberi semangat. “GANBARE” sahut yang
lainnya.
“Baiklah, latihan
kita sampai disini saja. Aku harus pulang,Jaa ne” pamit Hikka. “OK. Mata ashita”
jawab Daiki dan Yuya si pemain keyboard. “Aaa. Aku ikut!” seru si pemain drum
yang langsung berlari mengejar Hikka.
Akhirnya lelaki
bernama Kei itu berhasil menyamai langkah Hikka.
“Apa kau benar-benar
harus pulang dulu?”
“Kenapa?”
“Tidak. Hanya saja
aku ingin mengajakmu minum dulu”
“Kurasa ada hal
penting. Karena kau tidak biasanya seperti ini. Baiklah tapi hanya sebentar”
ucap Hikka. Kei tersenyum lalu merangkul teman baiknya itu.
...
Kini mereka berdua
sudah berada di sebuah kedai makanan di pinggir jalan. Mereka memesan ayam
goreng dan minuman soda.
“Ahhh...” Hikka
selesai meneguk sodanya.
“Tch. Kau masih
tidak kuat minum sake?” remeh Kei. Hikka hanya tersenyum. “Uhh. Apa yang ingin
kau katakan?” tanya Hikka to the point.
“Sebenarnya aku ingin
menanyakan sesuatu” ucap Kei. “Apa?”
“Kata adikku, Tsuki,
adikmu itu sekarang pacaran dengan Ryosuke ya?” tanya Kei sedikit berbisik.
“Iya. Lalu kenapa?”. Kei mendengus kasar.
“Kau tahu aku dan
dirimu berada di 2 klan berbeda kan? dan kau juga tahu bagaimana peraturan di
klanku kan? hal ini tidak bisa dibiarkan” tutur Kei. Hikka mengernyitkan
keningnya.
“Matte... maksudmu
hanya karena perbedaan klan kita harus memutus kisah cinta seseorang? Hanya
karena status?” tanya Hikka.
“Kau belum tahu
siapa Ryosuke, dia bukan anak orang biasa seperti kita” ulas Kei serius. “Apa
dia mempunyai kekuasaan?” Kei mengangguk. “Apa itu bisa jadi alasan memisahkan
mereka? Ini bukan jamannya Romeo dan Juliet. Jika kita saja yang berbeda klan
bisa menjadi sahabat, kenapa mereka tidak bisa? Jangan takut Kei. Jikalau itu
memang terjadi, aku selalu ada dibelakang mereka berdua. Bukankah itu mimpi
kita selama ini? Menciptakan perdamaian dan kehidupan tentram antar klan?”
tutur Hikka.
“Ya, kau memang
benar, tapi kita hanya orang biasa, apa yang dapat kita lakukan. Hahh aku benci
dunia seperti ini” frustasi Kei. “Huhh, sudahlah, yang terpenting sekarang kita
harus berjuang mewujudkan mimpi itu, kita bersama. OK” . “yahh, baiklah. Tapi
jaga adikmu baik-baik. Aku juga akan membantumu. Asshh bisa-bisa aku dihukum
berat jika ketahuan membantu klan musuh” . “Heii, kita ini bukan musuh, kan?” .
“OK. OK”.
‘Entah apa yang
dimaksud Kei. Tapi, dengan begini Hoshi akan mengenal klan Akatsuki lebih baik.
Maafkan aku Hoshi, tapi ini memang harus kau lakukan. Gomen’ batin Hikka.
~o0o~
Hari-hari berlalu
begitu cepat. Hoshi dan Ryosuke sekarang semakin dekat. Bahkan Hoshi sudah
berubah menjadi sedikit terbuka tapi tetap menjaga batasan sesuai nasehat
ibunya. Teman, sekarang ia sudah punya teman baik, Tsuki, Yuto dan Ryosuke,
meskipun ia masih saja jahil padanya.
...
“Itadakimasu!!”
sorak Hoshi dan Tsuki memulai acara makan siang. Di bangku taman dekat kolam
renang sekolah mereka duduk sambil menyantap makanannya.
“Un, Hoshi-chan. Apa
yang kau suka dari Ryosuke-niichan?” tanya Tsuki berbisik. Hoshi hanya diam
mengunyah makanannya sambil memperhatikan Ryosuke yang tengah duduk di seberang
kolam bersama Yuto. “Tidak ada sama sekali, aku justru sangat tidak
menyukainya. Lihat saja dia itu tak pernah menjaga ucapannya, memandang rendah
orang lain, suka berkata manis yang tak bermutu, dan terlebih lagi, dia itu
bodoh” tutur Hoshi sambil manggut-manggut.
“Aa? Lalu kenapa kau
pacaran dengannya kalau kau tidak suka?”
“Siapa yang bilang?
Aku sama sekali bukan pacarnya. Hal itu dulu hanya kecelakaan dan aku tidak
peduli lagi...” Tsuki menatapnya bingung.”Ah sudahlah. Lupakan saja, yang pasti
dia bukan pacarku. Lebih baik juga Yuto” ucap Hoshi semakin lirih. “Apa?
Yuto-niichan? Kau menyukainya?” . “Aaaa... tidak-tidak. Sudah ayo makan lagi”
Hoshi tersenyum garing dan mengalihkan wajahnya menghindari tatapan tak percaya
Tsuki.
‘Entahlah, apa yang
kurasakan sekarang. Aku merasa lebih nyaman saat bersamanya’ batin Hoshi.
‘Jika benar seperti
itu, aku tidak perlu khawatir. Tapi kalau mereka terus bersama tidak ada yang
tidak mungkin kalau mereka benar-benar jatuh cinta. Dan, seandainya ada yang
tahu hal ini, maka... ahh sesuatu yang buruk pasti akan terjadi’ pikir Tsuki
sambil menatap Hoshi khawatir.
....
Ryosuke dan Yuto
mengedarkan pandangannya kesekeliling taman, namun sesekali memperhatikan Hoshi
dan Tsuki yang tengah menikmati makan siangnya. Ryosuke sesekali menghela
nafas.
“Hei. Kelihatannya
kau sedikit lebih dewasa sekarang. Kau sudah tidak cerewet lagi. Kurasa sering
bersama Hoshi membuatmu berubah” goda Yuto, dan hanya ditanggapi senyum tipis
Ryosuke.
“Heiii, ada apa?”
tanya Yuto yang melihat wajah kusut sahabatnya itu.
“Apakah aku bisa
menjadi pelindung untuknya? Mungkinkah aku bisa selalu bersamanya?” gumam
Ryosuke.
“Aah. Kau ini
terlalu berlebihan. Memangnya cinta kalian adalah cinta terlarang, huh?” canda
Yuto. Ryosuke menatapnya serius. “Kurasa lebih tepatnya cintaku, Hoshi bahkan
membenciku” Ryosuke menunduk. Yuto merangkul sahabatnya itu. “Kurasa tidak
juga, Hoshi juga seorang wanita, mengatakan membencimu hanyalah cara menutupi
rasa sukanya padamu” hiburnya.
“Hhh... walaupun
jika itu benar. Akan lebih baik jika dia benar-benar tidak menyukaiku” Ryosuke
memandang kearah Hoshi. “Ah, kau ini orang yang aneh. Kau bilang kau ingin
memilikinya tapi kau tak ingin dia menyukaimu. Sebenarnya apa yang kau inginkan
sih?” . “Karena jika dia tetap bersamaku, maka dia akan dalam bahaya” tegas
Ryosuke. “ha? Ya... kalau begitu, itu tanggung jawabmu untuk selalu
melindunginya”
Ryosuke memikirkan
ucapan Yuto. “Seperti itu kah?” . “Kau ini temanku. Kau kira apa tujuanku
membuatmu lebih dekat dengan Hoshi selama ini? Karena aku tak ingin melihatmu
kesepian. Dan apa kau tega membuat usahaku untukmu sia-sia. Huh?” Ryosuke
tersenyum simpul. “Arigatou” ucapnya.
‘Benar kata Yuto.
Aku harus terus maju, tak peduli kasta atau klan apapun kita, tujuanku hanya
untuk membuat orang yang kucintai bahagia. Aku akan selalu melindunginya’
yakinnya dalam hati.
~o0o~
Pertemuan antar klan
Hyuga yang merupakan klan terkaya pertama di dunia dengan klan Akatsuki, klan
terkaya kedua ini telah menjadi trending topic di semua stasiun pemberitaan
dunia. Acara yang di hadiri oleh orang-orang ternama dalam dunia politik bisnis
dunia itu membahas rencana perdamaian antar dua klan itu. Sebuah perdamaian
yang dinantikan oleh semua orang. Pertarungan politik yang terjadi selama
bertahun-tahun lamanya sejak ketua klan yang pertama akan segera berakhir.
‘KLIKK’ Ryosuke
mematikan TV di depannya. Sekretaris Yamada menghampirinya.
“Saatnya Anda
belajar mengenai dunia politik dan bisnis” ucap beliau. Ryosuke menatap ayah
angkatnya itu datar. “Benarkah ini semua? Aku rasa ini hanyalah akal licik
untuk menguasai satu sama lain” ucapnya. “Sumimasen. Tidak baik berkata seperti
itu. Ini adalah awal yang baik untuk kita” . “Tch. Benarkah?” remeh Ryosuke
lalu pergi. Sekretaris Yamada hanya menghela nafasnya lalu mengikuti Ryosuke.
~o0o~
“Okaasan? Kenapa aku
harus berdandan seperti ini?” tanya Hoshi yang duduk didepan cermin sedang
ibunya menata make-up untuknya. “Ini sudah saatnya kamu tahu semuanya” ucap
Ibunya. “Apa maksudnya?” . “Hari ini kau akan bertemu orang penting, jadi kamu
harus tampil cantik” . “Orang penting? Siapa?” . “Ah,nanti kamu akan tahu, nah
sudah selesai. Hwahh, ternyata Himemiya sangat cantik ya” puji Ibunya membuat
Hoshi semakin bingung.
“Okaasan, sudah
saatnya” panggil Hikka yang sudah menunggu di depan rumah. “Hai” jawab Ibunya.
“Ayo” Hoshi pun mengikuti ibunya ke depan.
“Oh. Hontou Kirei na
“ puji Hikka saat Hoshi dan ibunya keluar. “Hahh Oniichan jangan bilang seperti
itu” Hoshi tersenyum malu. “Hhh, ayo kita pergi, mobilnya sudah lama menunggu”
Hikka menunjuk sebuah mobil mewah yang terparkir tak jauh dari rumah mereka.
“Ha? kita naik mobil?” heran Hoshi. “Un. Ayo” merekapun pergi. ‘Sebenarnya aku
akan dibawa kemana sih? Kenapa harus berdandan seperti ini?’ pikir Hoshi sambil
menatap kakak dan ibunya bergantian.
...
Mobil yang membawa
keluarga Hoshi berhenti di depan sebuah rumah yang sangat mewah, rumah itu
dikelilingi oleh tembok yang tingginya sekitar 2 meter dengan warna cream yang
elegan. Pintu gerbang berwarna putih dengan ukiran kanji ‘HYUGA’ terlihat
begitu kokoh melindungi rumah itu. 4 orang penjaga selalu siap sedia diposnya
untuk melayani tuannya.
Setelah penjaga itu
membukakan gerbang itu, mobil itu pun masuk. Hoshi begitu takjub melihat
pemandangan sekitar rumah itu. Taman depan yang begitu indah dengan warna warni
bunga dan beberapa pohon sakura serta lampu taman disekitarnya, terlihat sangat
rapi dan terpelihara. Setelah melewati taman yang cukup luas itu kini ia
dimanjakan oleh sebuah rumah bak istana yang didominasi warna putih dan coklat
muda yang terlihat elegan dan lebih menyatu dengan alam.
“Rumah siapa ini?”
gumam Hoshi.
Tiba-tiba seseorang
berbaju coklat membukakan pintu mobilnya. Hoshi tertegun sebentar, lalu ia pun
turun. Orang itu menutup lagi pintu mobilnya setelah memastikan Hoshi telah
keluar. Begitu pula Ibu dan kakaknya. Setelah semua keluar mobil itu pergi.
Hoshi menatap Ibu dan kakaknya bingung. “Oniichan? Ini rumah siapa?” tanya
Hoshi lirih. “Ini adalah rumahmu” jawab Hikka berbisik. Hoshi memandangnya tak
percaya, tapi Hikka menunjukkan senyum simpul padanya.
“Ayo” ajak ibunya.
Mereka pun masuk ke rumah itu. Mereka disambut dengan beberapa orang
wanita-wanita cantik berbaju seragam dengan ramah. Memasuki rumah itu Hoshi
kembali dimanjakan dengan furniture-furniture yang benar-benar mewah. Bahkan
ruang tamunya sebesar rumahnya. ‘Sebenarnya ini dimana sih? Ini benar-benar
bagus dan mewah sekali. Apa aku bermimpi?’ pikirnya. Ia hanya mengikuti ibu dan
kakaknya. Mereka berhenti di depan sebuah pintu putih besar, ibunya terlihat
berbicara sesuatu pada seorang wanita dengan seragam yang sama seperti yang
tadi.
“Kami ingin menemui
Hashirama-sama” ucap Ibunya. “Hai. Tunggu sebentar” ucap wanita itu yang
langsung masuk kedalam. Hoshi berdiri di belakang kakaknya, “Tenanglah, aku
disini” lirih Hikka sambil memegang tangan adiknya. “Oniichan sebenarnya ini
rumah siapa? Siapa yang akan kita temui?” tanya Hoshi penasaran. “Sebentar lagi
kau akan tahu” jawab Hikka, Hoshi mendengus kesal karena tak mendapat jawaban
pasti dari kakaknya. ‘Kenapa mereka harus merahasiakannya sih?’ gerutu hati
Hoshi. Tak lama kemudian wanita tadi keluar lagi.”Silakan masuk” ucapnya.
Mereka bertiga pun masuk kedalam ruangan itu.
Entah kenapa Hoshi
sangat deg degan saat memasuki ruangan itu. Atmosfer yang terasa berbeda juga
cahaya lampu yang terasa sangat terang, di sekeliling ruangan itu terpajang
foto-foto pria yang terlihat seperti bangsawan bersama keluarganya. Mungkin itu
adalah museum keluarga.
“Kalian sudah
datang?” terdengar suara tua yang berat namun tegas. “Hai, bagaimana kabar anda
Hachi Hashirama-sama?” tanya Ibunya. Pria tua yang tadinya berdiri membelakangi
mereka berbalik dan memandang mereka dengan tatapan tegas. “Ya, seperti yang
kau lihat Shizumi. Apa itu putramu?” tanya pria itu. “Hai. Itu putra saya”
jawab Ibu Hoshi. “Saya Hikaru Yaotome. Apa kabar tuan” ucap Hikka sopan. Pria
itu tertawa kecil, “kau adalah pria yang tegas dan sopan” pujinya. Hikka hanya
tersenyum menanggapinya. Sedang Hoshi masih bersembunyi di balik kakaknya,
sesekali ia mengintip pria itu, pria yang terlihat memiliki aura menakutkan
baginya.
Kakaknya menarik tangannya agar maju kedepan. Dengan sedikit ragu
ia pun maju dan masih menunduk. “Ayo ucapkan salam” bisik Ibunya.
“Apa kabar Tuan,
saya Hoshi Haruka” lirih Hoshi. Pria itu hanya diam tak merespon, ia malah
mendekati Hoshi.
“Tidak baik berbicara
pada orang tanpa memandang wajahnya” ucap pria itu semakin mendekat membuat
Hoshi takut, ia menggenggam erat tangan kakaknya.
“kau sudah besar
sekarang. Cantik dan lemah lembut” . “H-h-hai”
“Ah, apa yang ku
lakukan. Kalian ayo duduk dulu. Tolong bawakan minuman dan makanan untuk
mereka” pria itu menunjuk tempat duduk di sebelahnya. “Arigatou Gozaimasu” ucap
mereka bertiga. “Hoshi... kau duduklah disini, sebelahku”. Dengan ragu Hoshi
menurutinya.
Lama pria itu
memandangi Hoshi lekat-lekat. Membuat Hoshi tak nyaman. ‘Siapa kakek tua ini?
Apakah ada yang bisa menjelaskan semua ini padaku?’ gumam hati Hoshi. ‘Kenapa
semua hanya diam? Okaasan? Oniichan?’ tak ada yang mendengar pertanyaan hati
Hoshi.
“Himemiya?” panggil
pria itu lembut. “H-h-hai?” jawab Hoshi. “Hahhhh. Shizumi-san, arigatou
gozaimashita. Kau sudah merawat cucuku dengan baik selama ini. Maaf sudah
membuatmu repot” ucap pria itu berhasil membuat Hoshi sedikit terperanjat. ‘Apa
maksudnya?’ batinnya. “Iie Hashirama-sama, ini adalah kehormatan bagi saya.
Himemiya adalah putri yang sangat pintar, baik dan lemah lembut” ucap Ibu Hoshi
merendah. “Apa maksudnya, Okaasan?” tanya Hoshi memberanikan diri. “Beliau
adalah kakek kandung anda, ini adalah rumah anda. Dan saya hanya pengasuh anda,
Himemiya” jawab Ibunya. “Apa?” Hoshi menatap pria itu. “Benar kau adalah
cucuku. Maafkan kakekmu ini. Kakek harus membiarkanmu tinggal jauh dari
keluargamu” . Hoshi tak percaya mendengarnya..
...
Kini Hoshi dan
kakeknya berada di ruang keluarga. Sedang kakak dan ibunya sudah lebih dulu
pulang. Walaupun ia sebenarnya tidak mau, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa
setelah tahu bahwa banyak hal yang membuktikan dirinya memang cucu seorang
millioner. Bahkan ia belum bisa mencerna semua kejadian ini, bagaimana ini bisa
terjadi, memang sulit dipahami.
“Himemiya” ucap
kakeknya. Panggilan itu sangat aneh baginya. “Sumimasen, nama saya Hoshi
Haruka” kata Hoshi seadanya. Tapi mendapat respon tawa dari kakeknya. ”Hahaha.
Aku tahu, tapi disini kau akan dipanggil Himemiya” katanya. Hoshi hanya
mengangguk lalu mengedarkan pandangannya keseluruh ruang itu. Ia tertarik pada
sebuah foto keluarga kecil, seorang lelaki dan seorang wanita yang menggendong
bayi, ia merasa begitu dekat saat melihat mata wanita itu. “Kau sangat mirip dengan
ibumu,kan?” gumam kakeknya, “Ya?” tanya Hoshi. “Foto itu... itu adalah putraku
dan itu istri dan anaknya... mereka adalah orang tuamu” kakek itu menerawang
jauh. Hoshi terus memandang foto itu, “Benarkah mereka?” gumamnya.
“Himemiya. Alasanku
mengirimmu jauh dari sini adalah untuk melindungimu. Saat hari kelahiranmu
ayahmu, yang saat itu menjadi presiden utama klan ini berhasil mengungkap semua
kejahatan sebuah klan. Sehingga ia mendapat gelar Pembela Kebenaran. Namun,
orang dari klan yang dijatuhkan ayahmu melakukan balas dendam. Setelah kau
lahir didunia ini semua orang bersuka cita dan merayakan pesta besar-besaran,
aku pun sangat bahagia saat itu. Dan untuk merayakan kelahiranmu secara
pribadi, ayah ibumu mengajakmu jalan-jalan, mereka pergi bersama Shikamaru,
orang kepercayaannya. Namun, sebuah kecelakaan terjadi,mobil yang membawa
kalian menabrak sebuah pohon dan terbakar. Setelah itu aku mendapat kabar bahwa
semua penumpang mobil tewas. Saat itu harapanku telah jatuh...” kakeknya
mengambil nafas.
“Aku sudah seperti
raga tak bernyawa lagi karena harapanku satu-satunya meninggalkanku. Tapi,
setelah hari pemakaman orang tuamu, juga Shikamaru, seorang wanita yang mengaku
sebagai istri Shikamaru datang dan membawamu padaku. Ia menjelaskan bahwa
sebelum mereka pergi, mereka menitipkanmu pada istri Shikamaru sebentar karena
ada urusan mendadak. Tapi naas, mobil yang mereka tumpangi ternyata telah
dirusak dan menyebabkannya hilang kendali. Saat itu aku sudah berfikir bahwa
ini adalah pergolakan dari klan itu. Aku memutuskan untuk tidak membiarkan ini
terjadi lagi, oleh karena itu aku menyuruh istri Shikamaru untuk merawatmu,
menyembunyikanmu sementara, dan melindungimu dari bahaya” tutur kakeknya.
“Orang itu adalah, Shizumi-kaasan?” tanya Hoshi lirih. Kakeknya hanya
mengangguk.
Mendengar semua itu,
airmata Hoshi telah mengalir begitu deras, bagaimana hidupnya yang selama ini
terlihat begitu indah di penuhi dengan tragedi masa lalu seperti ini. Semuanya
begitu mendadak seperti ini, apakah ia harus percaya atau tidak. “Jadi,
Himemiya. Sekarang kau harus berdiri kokoh. Kau adalah harapanku satu-satunya
sekarang. Hoshi Haruka adalah nama yang diberikan orang tuamu, mereka berharap
kau akan menjadi bintang yang bisa menyinari semua orang dan menjadi seperti
musim semi yang selalu dinanti orang serta membuat semua orang memperoleh
kebahagiaannya. Kau harus mewujudkan cita-cita orang tuamu”. Hoshi hanya diam
mendengarnya. “Apa aku bisa melakukannya?” gumamnya. “Tentu saja, kau adalah
cucu dari Hachi Hashirama dan putri dari Ku Hashirama yang hebat, kau pasti
bisa” ujar kakeknya penuh semangat dan harapan besar, Hoshi memandang foto
keluarganya nanar. ‘Otousan? Okaasan?’ gumamnya dalam hati.
~o0o~
Hari ini untuk
pertama kalinya Hoshi diantar sekolah naik mobil. Ya, karena kemarin dia harus
menginap dirumah kakeknya. “Ojisan, tolong berhenti disini” ucap Hoshi pada
sopirnya. “Hai” sopir itu langsung menghentikan mobilnya. Hoshi pun turun, “Aku
akan berjalan dari sini, anda bisa pulang” ucapnya. “Tapi, Himemiya. Sekolah
anda masih jauh dari sini” kata sopir itu. “Tidak apa-apa. Oh ya, tolong bilang
pada Hashirama-jiisan, aku akan pulang kerumah Shizumi-kaasan hari ini.
Arigatou gozaimasu” ucap Hoshi dan pergi setelahnya. Mobil itu pun pergi.
Di perjalanan menuju
sekolahnya ia masih saja tak percaya akan kejadian kemarin, semua yang
didengarnya, semua yang dilihatnya. Ia berjalan dengan langkah gontai.
Menyadari bahwa ia sudah tidak punya orang tua membuatnya begitu lemah,
mengetahui bahwa Ibunya dan kakaknya selama ini bukanlah keluarga kandungnya,
dan karena dirinyalah Shikamaru, ayah Hikka, ayah kakak yang sangat
disayanginya meninggal. “Kenapa ini terjadi padaku?” lirihnya.
“Hoshi~~!” teriak
seseorang, mendengarnya Hoshi pun menoleh. Ia melihat Yuto dan Tsuki berlari
kecil kearahnya, segera ia menghapus air matanya dan mencoba tersenyum.
“Ohayou” sapa Tsuki dan Yuto hampir bersamaan. “Ohayou” jawab Hoshi lembut.
“Oh? Aneh, biasanya kau berangkat naik kereta tapi kenapa kau lewat sini?”
tanya Tsuki. “Ah. Apa kau jalan kaki? Kau kalah taruhan dengan kakakmu lagi?”
khawatir Yuto. “Tidak. Aku naik bus tadi bersama Hikka-niichan. Hehe” bohong
Hoshi. “benarkah?” tanya Yuto memastikan. “Tentu saja” . “Uhh. Hikka-niichan
begitu baik sampai mengantarmu kesekolah. Bukankah hari ini ia ada konser?”
ucap Tsuki. Mereka berjalan berendeng menuju sekolah. “Hmm. Bagaimana kau
tahu?” tanya Hoshi. “Hei, aku ini kan adik dari Inoo Kei, pemain drum terbaik
di MOONSTAR, hhh kau ini” . “Benarkah?” . “Apa aku belum mengatakannya padamu?”
. “Hahaha... iya aku tahu” . “Hei kalian berdua bicara sendiri. Aku dilupakan”
gerutu Yuto. “Oh. Yuto-niichan, apa kau mau makan siang bersama kami nanti?”
ucap Tsuki dengan gaya lucu. “Tch” semuanya tertawa.
...
Hari ini adalah hari
terakhir masuk sekolah sebelum liburan musim panas dimulai. Sebagai wakil
kelas, Hoshi dan Ryosuke harus mempersiapkan laporan rencana liburan untuk
kelasnya. Kini mereka sibuk melakukan diskusi dikelasnya.
“Minna... tolong
perhatikan sebentar” ucap Ryosuke mengawali diskusi. Ia berdiri didepan
ditemani Hoshi. “Hari ini kita akan memutuskan tempat untuk liburan musim panas
kita. Kami punya beberapa pilihan. Kertas ini akan kutempel di papan, dan
kalian tinggal memilih tempat mana yang kalian ingin kunjungi. Kita akan
menetapkan tempatnya melalui pilihan terbanyak. Wakarimashita?” tanya Ryosuke.
“Hai~~!!” jawab semuanya. Hoshi pun menempel beberapa kertas berisi tulisan
nama tempat liburan yang terkenal di Jepang. “Silakan maju satu persatu” ucap
Hoshi. “Ryo-kun, kalau kau akan memilih mana?” tanya seorang siswi yang duduk
dibangku paling depan dengan centil. “Apa? Aku? Oh, aku akan memilih tempat
yang sama dengan Hoshi” jawab Ryosuke. “NNEE?” pekik siswi itu lalu menatap
kesal Hoshi. “Apa yang kau katakan, huh?” umpat Hoshi berbisik. “Jangan
khawatir. Aku tidak akan pergi, jadi kalian silakan maju dan memilih sehingga
kami bisa segera memutuskan” ucap Hoshi. Semua pun mulai maju kedepan satu
persatu.
“Benar kau tidak
pergi?” tanya Ryosuke. “Benar” tegas Hoshi. “Hoshi, benar kau tidak pergi? Mana
bisa begitu? Kau ini kan wakil ketua, dan penyelenggara acara ini. Bagaimana
bisa penyelenggara tidak ikut?” cerocos Yuto sambil duduk di samping Hoshi.
“hhh. Entahlah, aku tidak berminat sama sekali” jawab Hoshi lesu. “Benar kata
Yuto, bagaimana aku bisa mengatasi semua ini sendiri? Jangan-jangan kau sengaja
membuatku susah ya?” ucap Ryosuke. “Assshh. aku hanya tidak punya keinginan
untuk pergi saja” . “Kenapa? Apa ada masalah?” tanya Yuto. “Tidak ada” singkat
Hoshi lalu berdiri dan melihat hasil voting teman-temannya. “Arigatou
gozaimashita. Setelah ini kami hitung, kami akan segera mengumumkan hasilnya”
ucap Hoshi mengakhiri. Ia menatap Ryosuke memberi isyarat agar mengikutinya.
“Ok” ucap Ryosuke.
“Ryosuke. Sepertinya dia benar-benar ada masalah, jangan mengganggunya terus,
kau mengerti kan?” nasehat Yuto. Ryosuke mengangguk dan pergi mengikuti Hoshi.
Mereka berjalan beriringan menuju ruang komputer.
Diruang komputer
begitu sepi, hanya mereka berdua. Hoshi sibuk mengetik laporan untuk rencana
liburan kelas sedang Ryosuke yang menghitung datanya. Beberapa waktu mereka
disibukkan dengan kegiatan itu. Lama-lama Ryosuke merasa jenuh. “Ka? Apa kau
tidak haus? Aku beli minuman dan beberapa camilan dulu ya” kata Ryosuke. Hoshi
hanya berdehem menimpali. Ryosuke pun pergi.
Ryosuke berjalan
menuju kantin sekolah. Tiba-tiba seseorang mengagetkannya dengan menepuk
pundaknya dari belakang.
“Ryosuke-niichan”
kata orang yang tak lain adalah Tsuki itu. “Ada apa?” tanya Ryosuke datar. “mau
kemana?” tanya Tsuki. “ke kantin mencari minum, kenapa?” . “un aku ikut ya” .
“Hm. Terserahlah” ucap Ryosuke sambil berjalan duluan dan Tsuki mengikutinya
dari belakang. ‘Kurasa Ryosuke-niichan yang menyukai Hoshi-chan. Kalau begini,
apa yang harus kulakukan?’ pikir Tsuki.
Setelah membeli dua
botol jus dan beberapa makanan ringan Ryosuke pun kembali. Dan Tsuki masih saja
mengikutinya.
“Oh? Banyak sekali,
kau mau berbagi dengan siapa?” tanya Tsuki. “Untuk Hoshi, kami sedang
menyelesaikan laporan” jawab Ryosuke seadanya. “Oh. Begitu?” gumam Tsuki. “Oh
ya, Ryosuke-niichan. Apa... kau suka pada Hoshi-chan?” tambahnya agak ragu.
Ryosuke menatapnya tajam. “Kenapa? Apa kau akan mengatakannya pada Tuanmu?
Tujuanmu sekolah disini untuk mengawasiku kan? ya, awasi saja, aku tidak takut
selama yang ku lakukan adalah hal benar. Dan aku tidak peduli aturan apapun
yang di berikannya” tegas Ryosuke mempercepat jalannya. “Bukan begitu...
Ryosuke-niichan” ucap Tsuki. Ia menghela nafasnya, ‘Kau membuatku diposisi
sulit’ batinnya sambil menatap punggung Ryosuke yang semakin lama semakin samar
dan menghilang di depan ruang komputer.
“Gomen menunggu
lama” ucap Ryosuke. Tapi dia tidak melihat Hoshi disana, ia mengedarkan
pandangannya keseluruh ruangan, namun tak menemukannya, ia keluar dan memperhatikan
sekeliling namun tetap tak menemukannya. Ia melihat semua berkasnya masih ada
di tempatnya, tapi Hoshi tidak ada. “Kemana dia?” gumamnya mendesah. “Kau itu
kemana saja? Lama sekali” gerutu Hoshi yang baru keluar dari ruang penyimpanan.
Ryosuke tersenyum senang melihatnya, ia menghampiri Hoshi.
“Kau dari mana?”
tanyanya. “Tinta printer habis, jadi aku mengisinya. Kau itu benar-benar lama
sekali” gerutu Hoshi, Ryosuke benar-benar lega melihatnya. “Gomen, gomen. Sini
biar aku yang print sebaiknya kau istirahat saja. Ini, minum jus ini” Ryosuke
mengambil kotak tinta yang dibawa Hoshi dan menyerahkan botol minuman yang baru
di belinya. “Ya, sudah” singkat Hoshi lalu duduk. Ryosuke mulai mencetak semua
data laporannya.
Hoshi hanya
memandangi Ryosuke dari tempatnya. Selama ini Ryosuke selalu jahil dan
mengganggunya, tapi dia juga selalu ada setiap kali ia mengalami kesulitan. Ia
selalu merasa nyaman setiap kali melihat Ryosuke. Ahh, entah apa yang dia
rasakan. Pikirannya kembali melayang kepada kakeknya. ‘Apa yang akan kulakukan
setelah ini? Apa aku harus mengikuti saran kakek untuk belajar bisnis keluar
negeri? Apa aku sanggup? Aku merasa ini seperti mimpi saja. Hhh’ pikirnya
menerawang jauh.
“Kau ada masalah?”
tanya Ryosuke yang tiba-tiba sudah ada disampingnya. “Oh. Tidak” jawabnya
singkat. “Hhh. Aku ini kan pacarmu? Kenapa kau selalu menyembunyikan masalahmu
dariku?” kata Ryosuke. “Heii... sudah kubilang berapa kali, kita ini tidak
punya hubungan apa-apa. Berhentilah mengaku-ngaku seperti itu” kesal Hoshi.
“Baiklah. Kalau begitu anggap saja aku temanmu, dan ceritakan masalahmu, jangan
kau pendam sendiri” ucap Ryosuke lebih lembut. Sebentar Hoshi menatapnya tak
percaya, namun kemudian ia hanya mendesah.
“Apa kau pernah
merasa kesepian? Hidup di antara banyak orang tapi kau merasa sendiri?” tanya
Hoshi. “Hmm. Pernah” jawab Ryosuke singkat. “apa kau pernah mendapatkan sesuatu
yang tidak pernah kau bayangkan sebelumnya, dan kau dituntut untuk
menjalankannya?” . “Iya” . “Apa kau pernah merasa sangat bersalah pada
seseorang karena suatu hal yang tak pernah kau ketahui sebelumnya?” . “Itu...”
. Hoshi kembali mendesah, matanya menatap sendu objek didepannya. “Kau
baik-baik saja?” tanya Ryosuke. Hoshi hanya mengangguk pelan tanpa mengalihkan
pandangannya. Ryosuke menatapnya sedih.
“Aku pernah merasa
kesepian, dan kurasa aku selalu merasakan itu. Sebagaimanapun aku mencoba
menghilangkannya, perasaan itu tidak pernah pergi. Aku pernah mendapat sesuatu
yang tak pernah kubayangkan sebelumnya tapi aku tak mau dituntut melakukannya
karena itu bukan hal yang kusukai. Merasa bersalah tentang hal yang tak ku
ketahui sebelumnya, aku tidak pernah mengalaminya, aku sendiri tidak tahu
pernah mengalaminya atau tidak. Ya, kurasa seperti itulah” ujar Ryosuke. Hoshi
yang mendengarnya masih saja diam. “Tapi kenapa hal itu justru membuatku sakit?
Mendengar sebuah kenyataan hidup yang tak pernah terpikir olehku membuatku
goyah. Aku bahkan tidak tahu harus melakukan apa sekarang.” ungkap Hoshi.
Bahkan airmatanya sudah mengalir begitu saja. Ryosuke tak mengerti jelas apa
masalah yang dihadapi Hoshi, tapi itu terlihat begitu menyakitkan.
Ia memegang kedua
pundak Hoshi agar Hoshi menghadap kearahnya. “Apapun yang terjadi kau harus
tetap maju. Pilihlah jalan yang menurutmu paling benar. Percayai hatimu, jangan
pernah menunjukkan airmatamu didepan orang lain seperti ini. Mereka akan
menganggapmu lemah. Kau harus kuat seperti Ka yang kukenal selama ini” ujar
Ryosuke sambil menghapus airmata Hoshi dengan sapu tangannya. “Bisakah aku
melakukannya” lirih Hoshi. “Kenapa tidak? Aku akan selalu ada untuk membantumu,
kapanpun dan dimanapun. Aku janji” . Hoshi tersenyum mendengarnya. Setelah itu
hening. Keduanya hanya diam.
Tak berapa lama
akhirnya Hoshi sadar dari emosinya. ‘Apa aku menangis didepannya tadi? Ahhh
benarkah? Assh, memalukan sekali’ pikirnya sambil melirik Ryosuke yang hanya
diam memandang objek didepannya. ‘Ahh, aku benar-benar melakukannya?’ . Ryosuke
menatapnya dan tersenyum padanya, membuatnya salah tingkah. “Sebaiknya kita
kembali ke kelas dan mengumumkan laporan ini” ucap Hoshi yang langsung pergi.
“Uh, baiklah” ucap Ryosuke yang merasa Hoshi sudah lebih baik, ia pun
mengikutinya. ‘Bagaimanapun, terima kasih sudah mau memberiku saran’ batin
Hoshi.
...
“Aku akan mengikuti
acara liburan musim panas sekolah minggu depan, jadi aku tidak bisa mengikuti
pelajaran bisnis itu” kata Ryosuke pada Sekretaris Yamada. “Tapi...
Kudaime-sama pasti akan marah pada anda” tutur beliau. “Kukira memang itu
keahliannya. Lagipula aku kesana karena aku adalah ketua penyelenggara, jadi
aku harus hadir. Tolong Otousan bilang padanya. Bilang juga aku akan membawa
beberapa buku tentang bisnis yang akan kubaca saat waktu luang, ya setidaknya
aku tidak akan meninggalkan kewajiban belajarku” ujar Ryosuke lalu pergi.
Mendengar itu Sekretaris Yamada tersenyum simpul. “Sepertinya dia sudah mulai
mengerti maksud Kudaime-sama. Baguslah” gumamnya lalu pergi.
...
“Hemmhh ini
benar-benar enak. Okaasan memang koki yang hebat” puji Hoshi sambil melahap
makanannya dengan lahap. Sedang Hikka dan Ibunya hanya menatapnya sedih. “Oh,
ada apa? Kenapa kalian memandangku seperti itu? Apa ada yang salah?” tanya
Hoshi.”Oh tidak. Sudah ayo makan lagi. Nah tambah ini” ucap Ibunya menambahkan
sayur kemangkuk Hoshi. “Makanlah sepuasmu. Ikan emas” ucap Hikka dengan senyum
manisnya.
“Oh ya. Minggu depan
aku akan ikut berlibur ke pantai untuk jadwal liburan musim panas” . “Benarkah?
Bukankah kau akan ada sekolah bisnis?” tanya Ibunya. ”Iya. Tapi, aku tidak bisa
tidak datang karena aku adalah salah satu penyelenggaranya. Tapi, kurasa aku
masih bisa belajar disana, jadi kalian tidak perlu khawatir” . “Biar Hikka ikut
denganmu, dia yang akan menjagamu” . “Iya, aku juga sudah lama tidak ke pantai”
sahut Hikka.
“Jangan khawatir,
aku punya banyak teman yang menjagaku. Lagipula ini hanya satu minggu” kata
Hoshi mencoba meyakinkan. “Hhh, bilang saja kau malu diantar kakakmu” gerutu
Hikka. “Hei.. kenapa Oniichan bilang seperti itu? Aku justru sangat bangga
punya kakak seorang superstar. Kau adalah kakak terbaik di dunia” . Hikka
tersenyum sambil mengacak rambut adiknya.
“Kau sudah
memberitahu Hashirama-sama?” tanya Ibunya. “Un. Besok aku akan kesana minta
ijin. Ah, walaupun dilarang aku juga akan tetap pergi. Hehe” Hoshi kembali
melahap makanannya sambil nyengir. Kakak dan Ibunya pun tersenyum, entah merasa
bahagia atau sedih dengan hal itu. Tapi mereka mencoba bersikap seperti
biasanya.
~o0o~
“Hmm. Aku tidak bisa
melarangmu. Biar nanti beberapa orang ikut denganmu untuk menjagamu” kata kakek
Hoshi. Hoshi mendesah mendengarnya. “Kumohon Ojiisama, aku masih ingin
menjalani kehidupanku seperti biasa, aku tak ingin orang-orang menjauhiku,
lagipula ada banyak temanku yang akan menjagaku” jelasnya. Kakeknya tersenyum
mendengarnya, “Kau tak jauh berbeda dengan ayahmu. Sama-sama keras kepala.
Baiklah, tapi bawalah bekal yang cukup dan selalu waspada, mengerti?” . “Hai.
Aku mengerti. Arigatou gozaimasu ojiisama” girang Hoshi. “Aku harus
bersiap-siap sekarang. Sampai jumpa Ojiisama” Hoshi pun pergi. Kakeknya
tersenyum bahagia melihatnya. Ia menekan tombol telepon didepannya dan
menempelkan gagang teleponnya ke telinganya. “Awasi Himemiya, tapi jangan
sampai ia tahu” ucapnya lalu menutup teleponnya. Ia menghela nafasnya berat.
...
“Apa? Bisa-bisanya
dia mementingkan acara seperti itu dibanding urusan masa depannya? Dan kenapa
kau membiarkannya, huh?” murka Kudaime Akatsuki pada Sekretaris Yamada.
“Sumimasen Kudaime-sama, saya tidak bisa mencegah keputusan Ryosuke-sama. Dia
bilang, dia harus hadir karena dia adalah ketua penyelenggara, dan dia juga
bilang tidak akan meninggalkan kewajiban belajarnya” ujar Sekretaris Yamada.
“Benarkah begitu?” .”Benar Kudaime-sama, saya melihat Ryosuke-sama begitu
semangat. Sepertinya dia sudah mulai tertarik dengan dunia bisnis” .
mendengarnya Kudaime Akatsuki itu hanya manggut-manggut, dalam hatinya ia
tersenyum senang karena Ryosuke sudah mulai mengerti tujuan hidupnya.
~o0o~
“Ohayou minna...~~!!
Apa kalian sudah siapa semuanya?” tanya Ryosuke. “Haiii....~~~!!” jawab semua.
“Yosh. Kalian boleh masuk kedalam bus, sesuai urutan ya” tambah Ryosuke. lalu
ia mengedarkan pandangannya, sepertinya ada yang belum datang. “Dimana Ka?”
tanya Ryosuke pada Yuto. “Mungkin dia benar-benar tidak akan ikut. Dia orangnya
kan tidak pernah telat” pendapat Yuto. Ryosuke hanya mendesah, mungkin karena
masalah itu, ya, padahal dia sangat berharap sekali Hoshi datang.
Setelah semua
teman-temannya masuk, Yuto dan Ryosuke pun ikut masuk. “Chotto matte~~!!!”
teriak seseorang. Ryosuke dan Yuto menghentikan langkahnya dan melihat asal
suara. “Tsuki-chan?” gumam Yuto. ‘Kenapa anak ini ikut?’ pikir Ryosuke. “Oh.
Ryosuke-niichan. Yuto-niichan, apa aku telat? Gomen ne. Hhehehe” kata Tsuki
sambil mengatur nafas. “Hei.. apa yang kau lakukan? Ini kan tour kelas dan kau
tidak sekelas dengan kami?” tanya Yuto.
“Heheh. Gomen, habis
aku tidak punya acara. Tenang saja, aku tidak hanya menumpang kok, aku akan
bayar biaya transportnya, OK” Tsuki langsung saja masuk kedalam bus. “Hei..
kau!!” pekik Ryosuke. “Hhh, sudahlah biarkan saja. Hitung-hitung dia sebagai
hiburan” bisik Yuto lalu masuk. “Pasti menjadi penguntit” lirih Ryosuke ikut
masuk, ia masih menunggu siapa tahu Hoshi datang. Tapi lama, ia tidak terlihat
juga, teman-temannya sudah banyak yang protes. Dengan kecewa, ia pun menutup
pintu dan perjalanan dimulai.
Disepanjang
perjalanan Tsuki terus saja bicara, menceritakan hal-hal lucu yang membuat
suasana perjalan begitu meriah. Semua tertawa mendengar ceritanya, sesekali ia
bernyanyi dengan suara yang aneh dan lucu, membuat yang lain cekikikan.
“Uhuk..Uhukk... sepertinya aku butuh minum... suaraku habis” ucapnya akhirnya,
semua kembali tertawa. Tsuki mengambil botol minumnya dan meneguk isinya dengan
rakus. “Benar-benar hebat. 2 jam nonstop. Kuberi kau penghargaan sebagai ratu
bicara” canda Yuto. “hehe... Arigatou Gozaimasu” jawab Tsuki dengan senyumnya.
Ryosuke sejak tadi
hanya diam memandang jalanan. Suara riuh teman-temannya tak ia pedulikan, tak
ada yang menarik baginya saat ini. Ia membuka buku yang dibawanya. ‘The Best
Businesman’ itulah judul bukunya. “Apa aku mulai tertarik hal ini?” gumamnya
lirih. Disepanjang perjalanan menuju pantai hanya ia gunakan untuk membaca buku
itu.
...
5 jam berlalu,
akhirnya pantai yang dinanti sudah mulai terlihat. Semua yang tadinya lelah dan
tertidur langsung bangun dan kembali riuh. “Kita sudah hampir sampai, Yatta!” .
“Hwaah, ini indah sekali” . “Un, semua ayo kita siap-siap” . “Ini adalah musim
panas terbaik” . “Pilihan tempat yang tepat” . “Ryo-kun kau memang hebat” .
“Yatta!!” . “Woohhooo...Beach I’m coming!!!” . begitulah kiranya kebahagiaan
mereka.
Tak berapa lama
kemudian mereka sampai di pantai. Merekapun langsung turun satu persatu,
sebelumnya mereka menuju ke penginapan yang sudah mereka sewa untuk seminggu
kedepan. Semua menurunkan barang bawaan masing-masing, dipandu oleh Ryosuke dan
Yuto. “Minna... apa semuanya sudah dibawa?” tanya Ryosuke. “Hai” jawab semua
serempak. ”Baiklah, kalian boleh masuk kedalam dan memilih kamar masing-masing”
tambah Ryosuke. tanpa banyak tanya merekapun langsung berendeng masuk. Yuto dan
Ryosuke yang paling terakhir.
“Oh, sebaiknya kita
periksa dulu busnya, mungkin ada yang tertinggal” saran Ryosuke. ”Un. Betul
juga” setuju Yuto. Mereka pun kembali masuk kedalam bus, sekedar untuk
mengecek.
“Yosh. Sudah sampai”
ucap Hoshi yang ternyata sejak tadi sudah berada di dalam bus dan duduk paling
belakang, ia membuka pintu, dan saat itu Ryosuke juga hampir membuka pintu yang
sama. ‘DDUUKK’ alhasil jidat Ryosuke benjol. “Auhhh” rintih Ryosuke. “Ups”
pekik kecil Hoshi. “Oh, Ryosuke? ada apa denganmu?” seru Yuto yang langsung
menghampiri Ryosuke yang masih terduduk di tanah. Hoshi mengintip siapa yang
kejedot tadi, ‘Oh?’ batinnya lalu keluar. “Gomen ne” ucap Hoshi. Yuto dan
Ryosuke menatapnya tak percaya. “B-bagaimana kau bisa ada disana?” tanya
Ryosuke tergagap. “I-iya. Apa kau hantu?” tambah Yuto. Hoshi mendesis kesal.
“Mungkin juga. Ah sudahlah, aku mau masuk. Sekali lagi, Gomen ne” ucap Hoshi
langsung pergi meninggalkan Ryosuke dan Yuto yang masih tertegun dengan hal
yang dilihatnya. Beberapa detik kemudian mereka berdua tersenyum dan langsung
menyusul masuk kedalam.
...
Hari pertama
liburan, mereka melakukan sedikit kegiatan karena mereka masih lelah setelah
melakukan perjalanan. Acara akan dimulai di hari kedua.
Hoshi dan Ryosuke
melaksanakan tugas mereka dengan teratur dan sesuai rencana. Mereka berusaha
keras untuk membuat acara liburan itu tidak membosankan dan menyenangkan.
Hari ini malam
keempat liburan. Hoshi duduk ditepi pantai sambil menyalakan api unggun. Ia
mengedarkan pandangannya. Matahari yang telah kembali keperaduannya, langit
yang mulai menggelap, titik-titik cahaya yang mulai menampakkan dirinya,
deburan ombak laut berkejaran, deru angin laut yang mulai berhembus lembut,
menciptakan instrument alami yang menenangkan. “Huahh... apa aku masih bisa
menikmati ini?” pikirnya sambil sesekali menggosok tangannya. Kemudian ia
memandangi buku disampingnya, dan pikirannya kembali ke ucapan kakeknya.
“Himemiya...
dunia bisnis adalah dunia yang kejam. Apa yang kau dengar, apa yang kau lihat
hanyalah sebuah muslihat, kau tidak bisa mudah mempercayai orang. Kau tidak
bisa lagi bergerak dengan bebas. Jika kau sudah masuk kedalamnya kau tidak akan
bisa keluar dengan mudah. Jadi kau harus menjadi kuat dan selalu waspada. Kau
tidak akan tahu dari mana musuh akan menyerangmu. Tapi, diantara semua itu,
yang terpenting adalah kemauan keras, usaha dan pantang menyerah. Dan sejak
Ichi Hashirama, mereka selalu mendasari usaha mereka dengan kebahagiaan, karena
itulah kunci kesuksesan. Jadi, kutanya sekali lagi, apa kau tetap akan maju?”
Hoshi mendesah dan
kembali memandang kearah laut.
“Kau sendiri? Mau
coklat panas?” tawar seseorang. “Oh. Yuto? Arigatou” jawab Hoshi. Yuto
tersenyum lalu duduk disamping Hoshi. “Pemandangan malam ini benar-benar indah.
Lihat kau ada dimana-mana?” ucap Yuto. “Ha?” bingung Hoshi. Yuto menunjuk ke
langit, “Hoshi... Bintang?” ucapnya, Hoshi tertawa kecil mendengarnya. “Kau
ada-ada saja” katanya malu-malu. “Hehe. Oh ya, ngomong-ngomong kau dan Ryosuke
semakin dekat ya. Ah, tunggu, kalian kan pasangan. Hehe, aku menanyakan hal
yang tidak bermutu” . “Sebenarnya tidak. Aku tidak punya hubungan apa-apa
dengannya, hanya sebatas partner kelas, bukankah kau tahu? Seharusnya yang
membantuku dulu adalah kau, tapi justru dia yang datang dan sejak itu dia
selalu saja mempermainkanku seperti itu. Hhh” . “Ahh, aku yang salah ya,
hahaha, ini memang cerita yang aneh” Yuto tertawa garing, sedang Hoshi
menatapnya heran.
“Hehe, Gomen ne, aku
yang salah” tambah Yuto. “Tidak sepenuhnya juga” lirih Hoshi sambil memandangi
kakinya. “Tapi, kenapa kau masih bertahan, maksudku tidak memberontak saja, ah
maksudku..?” Yuto bingung dengan apa yang dikatakannya. Hoshi tersenyum geli,
“Aku tidak tahu. Jujur saja sejak dulu aku sangat tidak suka padanya, sifat dan
sikapnya yang seperti itu, dan aku sangat menyukaimu” ungkap Hoshi. “Ha? k-kau
menyukaiku?” gagap Yuto. “Hmm. Kau adalah orang yang sangat baik, kau mau
menjadi temanku diantara semua orang meninggalkanku” . Yuto menelan ludahnya,
‘Apa dia sedang menyatakan perasaannya?’ pikirnya. “Hehe, aneh ya? Tapi,
walaupun aku tidak suka sifat dan sikapnya padaku, aku berterima kasih padanya,
karena dia, aku menjadi lebih percaya diri dan memahami hal-hal yang mungkin
sangat kubutuhkan nanti”. Yuto memandang Hoshi bingung. Setelah itu hening.
Lama, hingga akhirnya Yuto berbicara.
“Kurasa... dia
menyukaimu. Ryosuke, dia adalah orang yang baik, ia tidak pernah menyerah
meraih impiannya. Dan dia bukan orang yang mudah percaya atau menyukai
seseorang. Hmmh, ya terkadang dia bersikap seperti anak-anak yang
menjengkelkan, suka mengganggu dan menyebalkan. Hahaha. Tapi, itu hanya untuk
menutupi kesepian dalam dirinya, aku mengenalnya sejak kecil, dia tidak punya
seorang ibu, hanya seorang ayah yang bekerja di sebuah perusahaan sebagai
sekretaris. Aku sering melihatnya merenung seorang diri. Tapi, sejak dia
bersamamu, dia terlihat begitu bahagia. Ya, begitulah, kurasa dia memang
menyukaimu” tutur Yuto. Mendengar itu Hoshi tak menunjukkan perubahan posisi,
reaksi ataupun pandangannya, ia hanya diam, bukan karena tidak terkejut bahwa
Ryosuke menyukainya,tapi karena ia merasa bahwa Ryosuke sangat mirip dengannya.
“Aku juga terkadang iri padanya, kenapa dia bisa begitu mudah tertawa lepas
dalam kesepiannya itu?” gumamnya.
“Itu caranya
menghilangkan kesepian itu”. Hoshi merasa sudah bicara terlalu ngelantur, ia
menarik nafasnya dalam dan menghembuskannya kasar. “Dingin sekali. Huhhff” ia
mengalihkan pembicaraan dan meniup-niup tangannya sekedar untuk mendapat
kehangatan. “Hahh, kau benar. Kau tidak ingin masuk? Sudah saatnya makan malam”
kata Yuto menyadari keadaan. “Baiklah, ayo” ucap Hoshi sambil berdiri. Mereka
berdua pun menuju penginapan bersama.
Sedang disisi lain
Ryosuke duduk di rooftop sambil memperhatikan Hoshi dan Yuto. “Rasanya sulit
mendapat senyumanmu saat kau bersamaku, tapi melihatmu tersenyum seperti itu
sungguh melegakan. Apa, sebaiknya aku melepasmu? Kau hanya akan menderita jika
bersamaku” ia memandang nanar Hoshi dan Yuto. “Huaahhh... bintang-bintangnya
begitu banyak, hhh, tapi tetap saja aku tidak bisa memilikimu” gumamnya lalu
kembali membaca bukunya.
“Oh, Ryosuke-niichan
kau disini? Semua mencarimu, sudah saatnya makan malam. Ayo” ajak Tsuki. Ryosuke
hanya menatapnya sekilas lalu menutup bukunya dan turun. “Hhh, dia jahat sekali
padaku? Aku kan saudaranya, tapi dia selalu bersikap dingin padaku” gerutu
Tsuki yang mengikuti Ryosuke.
~~
Hari kelima liburan.
Tidak ada permainan, tidak ada aturan, semua bebas melakukan apa yang mereka
sukai. Ada yang asyik berenang, ada yang hanya bermain air di tepi pantai, ada
juga yang sedang asyik pacaran, bermain pasir, naik pohon bakau dan melompat
kelaut, mengumpulkan binatang-binatang laut, dan sebagainya, semua bebas. Tsuki
dan Yuto juga tak melewatkan kesenangan itu, ia juga mengajak Hoshi dan
Ryosuke. Mereka asyik bermain di pantai, Ryosuke dan Yuto berlomba renang,
sedang Hoshi dan Tsuki berlomba membuat istana pasir seindah mungkin, ya,
karena mereka tidak bisa berenang. “Yosh, sudah selesai. Bagaimana kalau kita
cari bintang laut sebagai hiasannya?” pendapat Tsuki. “Ide bagus, ayo” setuju
Hoshi. Mereka pun langsung mencari bintang laut disekitar situ.
“Wuhhuu... aku
menang” sorak Yuto sambil mengangkat tangannya. “Hufftt. Baiklah kuakui
kehebatanmu, Yuto-sama” ucap Ryosuke dengan nada kagum dibuat-buat. Yuto
tersenyum girang. “Oh? Dimana mereka?” gumamnya. Mereka berdua mengedarkan
pandangannya. “Itu dia” kata Ryosuke sambil menunjuk kearah Hoshi dan Tsuki
yang sibuk melakukan sesuatu ditepi pantai. Tapi, tiba-tiba sebuah ombak besar
datang. “Aaaaa....” pekik Hoshi, semua terkejut dan saat ombak itu kembali
Hoshi tak terlihat. “Ka?” lirih Ryosuke. “Hoshi-chan... toloongg.. toloong”
teriak Tsuki panik. Hoshi terseret ombak ke tengah, “Bluup... tolong.. bullp..
to.. long” teriak Hoshi mencoba tetap berada diatas air.
Melihat itu Ryosuke
langsung berlari diikuti Yuto, ia langsung melompat kelaut dan mencoba
menyelamatkan Hoshi. Dengan bersusah payah akhirnya Ryosuke berhasil membawa
Hoshi kedarat dibantu Yuto dan Tsuki. “Hoshi-chan. Hoshi-chan” pekik Tsuki yang
masih panik, karena Hoshi tak sadarkan diri. Ryosuke terus mencoba mengeluarkan
air dari paru-parunya dengan menekan dadanya beberapa kali, namun Hoshi tetap
tak sadar. “Berikan nafas buatan” usul Yuto. “Iya. Benar” sahut Tsuki. Dengan
ragu Ryosuke pun melakukannya.
“Uhukk... Uhukkk..
Hkkk, Hhhh... hhhh” air sudah mulai keluar dari mulut Hoshi ia mengambil nafas
dengan rakus untuk mengisi paru-parunya dan mulai membuka matanya. “Hhh.
Yokatta, Hoshi-chan” lega Tsuki. “Yokatta” gumam Yuto, Ryosuke tersenyum lega
melihatnya. Hoshi mengedarkan pandangannya melihat wajah teman-temannya yang
terlihat khawatir. Tatapannya terhenti pada Ryosuke yang duduk didekatnya
sambil menopang kepalanya. “Apa yang terjadi padaku?” lirihnya. “Kau hampir
saja tenggelam,tapi Ryosuke segera menyelamatkanmu” jawab Yuto. Hoshi kembali
menatap Ryosuke, “Daijoubu?”tanya Ryosuke. Hoshi mencoba berdiri, “Eh,
pelan-pelan, sebaiknya kuantar dia kepenginapan” kata Tsuki. “Baiklah” ucap
Ryosuke. Hoshi pun kembali kepenginapan bersama Tsuki.
...
Malam terakhir
liburan. Sepertinya sudah seperti kebiasaan, Hoshi selalu menyaksikan matahari
terbenam seorang diri, tapi kali ini tidak ditepi pantai melainkan diatas
rooftop penginapan, entah kenapa, mungkin karena ia masih trauma dengan laut
setelah kejadian yang membuatnya hampir tenggelam kemarin. Kalau saja Ryosuke
tidak menolongnya, mungkin... “Hhh..” desahnya. ‘Ada baiknya aku berterimakasih
padanya karena sudah menyelamatkanku, tapi...’ , ‘...hahh, ini selalu
menyebalkan. Sudahlah, lupakan saja’ pikirnya lalu mengalihkan perhatiannya
kebuku yang dibacanya sejak tadi.
Ryosuke sangat
terkejut ada orang di tempat yang selalu menjadi tempatnya bersembunyi dari
keramaian itu. Rooftop. Setelah menyadari bahwa itu Hoshi ia pun mendekatinya
dan duduk disampingnya. “Biasanya kau kepantai jam segini” ucap Ryosuke
mengagetkan Hoshi dan membuat Hoshi terperanjat hingga bukunya terjatuh.
“K-k-kau?” gagapnya menatap Ryosuke. “Hehhe, gomen sudah mengagetkanmu” Ryosuke
mengambilkan buku Hoshi. “Oh? Kau mempelajari bisnis juga?” tambahnya setelah
membaca judul buku milik Hoshi. Tanpa menjawab Hoshi merampas bukunya. Sebentar
Ryosuke terdiam dengan tindakan Hoshi, namun kemudian ia tersenyum dan
mengalihkan pandangannya kelaut.
“Kau sudah baikan?”
tanya Ryosuke. Hoshi tetap diam. “Hhh... ini adalah hari terakhir liburan, ya?
Rasanya cepat sekali” gumam Ryosuke mencari topik lain. Masih tidak ada respon
dari Hoshi. “Rencana kita kali ini sukses lagi... tidak salah aku memilihmu
sebagai partner” ucap Ryosuke. “Ehh... Soal kemarin... Arigatou, kau sudah
menyelamatkanku..” ucap Hoshi ragu. Ryosuke menatapnya. “Oh. Itu? Ya, lupakan
saja. Asal kau baik-baik saja tak masalah bagiku” . “Tch. Jangan salah paham,
aku berterimakasih karena itu suatu keharusan” ketus Hoshi. “Heheh.. kau juga
jangan salah paham, aku menyelamatkanmu karena kau adalah bagian dari tour ini,
sudah tugasku menjaga keselamatan semuanya. Dasar ceroboh” kata Ryosuke tak
kalah ketus. “Tch. Benar-benar” umpat Hoshi.
Hoshi melihat
Ryosuke juga membawa buku tentang bisnis. “Kau juga belajar tentang bisnis?”
tanya Hoshi. “Oh, iya, apa kau juga ya?” . “Hmm, apa tujuanmu mempelajarinya?”
. “Aaa... ingin saja, kalau kau?” . “I-itu... ya karena aku ingin melanjutkan
usaha ibuku” jawab Hoshi. Ryosuke mengangguk, ia tahu bahwa Ibu Hoshi memang
mempunyai sebuah cafe. “Oh, ya. Kata orang-orang dunia bisnis itu sangat kejam.
Para pebisnis sebagian besar hanya mencari kekuasaan sebesar-besarnya dan
selalu menghalalkan segala cara demi mewujudkannya. Bagaimana menurutmu?” tanya
Ryosuke. “Itu... ya, kurasa itu umumnya. Mereka hanya tahu untuk memperluas
kekuasaannya, mereka tidak memikirkan perasaan orang lain. Bisa dibilang sikaya
makin kaya, simiskin makin miskin” ujar Hoshi. “Hhh, benar”
“Lalu, bagaimana
kalau seandainya kau mempunyai kekuasaan besar dalam dunia itu? Apa kau akan
seperti mereka?” kali ini Hoshi yang bertanya. “Itu?” Ryosuke berfikir
sebentar. “Tidak. Aku akan membuat duniaku sendiri. Dunia yang menjunjung tinggi perdamaian, menyelesaikan
pertikaian antar klan. Menciptakan dunia yang damai dan bahagia” tuturnya. “Ya,
aku setuju. Aku juga ingin membuat dunia seperti itu” . “Tapi, perjuangannya akan
sangat sulit, bisa jadi kita akan gugur sebelum kita mewujudkannya. Apa kau
akan tetap maju?” . “Ha? kau sendiri?” . “Aku tidak akan menyerah,
sebagaimanapun terjalnya jalan yang akan kulalui, aku harus tetap maju” .
“Meskipun kau sendiri?” . “Ya. Meskipun aku sendiri. Jika tidak ada orang yang
bisa kupercayai. Aku akan mempercayai diriku sendiri” yakin Ryosuke. ‘Yuto
benar. Dia orang yang berkeinginan kuat’ batin Hoshi menatap mata Ryosuke yang
begitu meyakinkan dan penuh tekad kuat, tak terasa ia tersenyum.
“Baiklah. Kurasa
kali ini impian kita sama. Bintang dan Bulan itu yang akan menyaksikan tekad
kita. Ganbatte” semangat Ryosuke. “Siapa bilang? Sok mengambil kesimpulan”
jutek Hoshi. “Hhh” Ryosuke mendesah, seakan semangatnya luntur, ia hanya
menunduk. Hoshi tersenyum melihatnya. “Ya, ganbatte” ucap Hoshi. Ryosuke pun
tersenyum sumringah. Mereka memandang kearah langit malam yang begitu ramai
dengan kerlipan bintang dan bulan sabit, mengukir harapan dibawahnya. Perlahan
Hoshi mulai menaruh perasaan pada Ryosuke. Entah perasaan apa itu. Yang pasti,
malam itu, Hoshi kembali melihat sisi lain Ryosuke yang berpendirian teguh.
♪ Star Time ~ Hey! Say! JUMP ♪
~o0o~
Presiden utama klan
Akatsuki tengah duduk di kursi kebesarannya sambil memandangi serius foto-foto
di depannya. “Siapa gadis ini?” tanyanya. “Namanya Hoshi Haruka, putri dari
seorang wanita bernama Shizumi Takimaru, dia teman sekelas Tuan Muda, dan dia
adalah partner kelasnya” jelas seorang bepakaian hitam dan misterius. “Apa
status keluarganya?” . “Keluarganya adalah seorang pemilik cafe di kota,
ayahnya sudah meninggal” . “Baiklah. Kau boleh pergi”. Tanpa banyak bicara,
orang misterius itu pun pergi. Sedang Presiden itu, yang tak lain adalah ayah
Ryosuke hanya diam memandangi foto itu. “Ini tidak bisa dibiarkan” geramnya
sambil melempar foto-foto itu kedalam laci meja didepannya.
...
Kini Hoshi sudah
mulai rutin mengikuti pelajaran tambahan tentang bisnis dirumahnya, maksudnya
rumahnya yang sebenarnya bersama kakeknya. Ia ingin melanjutkan cita-cita
ayahnya untuk menjadikan dunia bisnis sebagai tempat untuk mewujudkan
perdamaian. Ia juga mempelajari tentang berbagai klan bisnis yang ada diseluruh
dunia. Hingga saat ini belum ada klan yang bisa mengalahkan klan Hyuga, namun
saingan terberat klan Hyuga adalah klan Akatsuki. Kakeknya bilang,klan Akatsuki
adalah klan yang tidak punya perasaan, Presiden Utama klan Akatsuki tega
membunuh Istri dan anak pertamanya hanya untuk mempertahankan kekuasaannya.
Sepertinya, kakeknya ingin menciptakan sebuah kebencian dihati Hoshi pada klan
itu. Tapi, kakeknya malah berencana menjodohkan Hoshi dengan putra kedua klan
itu.
~o0o~
Setelah pulang dari
liburan musim panas itu, Hoshi dan Ryosuke sering belajar barbagai hal yang
bersangkutan dengan dunia bisnis bersama-sama. Bukan karena hal apapun, tapi
bila belajar sesuatu hal yang sama bersama orang yang punya kegemaran sama itu
lebih menyenangkan.
Perlahan-lahan
hubungan mereka semakin serius, perasaan simpati berubah menjadi perasaan suka
dan akhirnya muncul kasih sayang yang menumbuhkan cinta antar keduanya. Tapi,
mereka tetap saling berdiam diri, karena mereka berfikir jika mereka bersatu,
maka akan saling membahayakan. Sebenarnya, mereka belum saling mengetahui asal
usul keluarga satu sama lain. Dan mereka tidak tahu bahwa mereka akan
dijodohkan.
...
Hari ini untuk
pertama kalinya akhirnya Hoshi bisa menonton konser kakaknya secara langsung di
pusat kota Kyoto. Ia datang bersama Tsuki, Yuto dan Ryosuke. Acara berlangsung
sangat meriah dan spektakuler. Ia tidak menyangka bahwa kakaknya benar-benar
seorang bintang besar.
Setelah acara usai,
semua personil MOONSTAR dan 4 sekawan makan malam bersama di kedai ramen
favorit mereka.
“Hikka, ternyata
benar yang kau katakan, adikmu sangat cantik” puji Yuya. Hoshi tersenyum malu
mendengarnya. “Hahh, tentu saja. Ehh, tapi kau tidak boleh mendekatinya, nanti
kau akan mempermainkannya seperti korbanmu yang lain” canda Hikka, “Oh? Jadi
Yuya-niichan itu playboy?” tanya Hoshi. Semua tertawa mendengarnya. “Un.
Daiki-niichan, apa kau bisa mengajariku main bass. Kau sangat keren sekali saat
bermain bass tadi” ucap Tsuki. Tidak malah menjawab, Daiki hanya menggaruk
kepalanya.
“Ahh, jangan
berharap, dia bahkan tidak berani mendekati wanita” sahut Kei. “HEEI... apa
katamu?” geram Daiki menatap tajam Kei. “Oh, menjadi seorang Idol sepertinya
menyenangkan, apa ada lowongan untukku?” tanya Yuto. Semua memandangnya. “Apa
kau punya keahlian?” tanya Yuya. “Aku bisa bermain drum” . “Mana bisa, itu
bagianku” sahut Kei.”Oh, aku bisa bernyanyi dengan baik” . “Apa kau yakin bisa
menyingkirkan Hikka?” tanya Yuya. Yuto melirik Hikka, dan dia menggeleng. “Hhh,
tidak ada lowongan untukmu” ketus Yuya. “Tck” decak Yuto. “Matte... ada posisi
yang cocok untukmu” kata Daiki, “Apa?” tanya Yuto semangat. “Penari latar. Kau
bisa menari?” ucap Daiki. “Bisa, eh tapi kalian kan Band bukan Boyband, memang
membutuhkan penari latar?” gumam Yuto, mendengarnya semua tertawa.
“Kau itu polos
sekali. Sudah ya, sepertinya aku dan Yuya harus pergi, seperti biasa, acara
tambahan” kata Daiki pamit. “OK. Hati-hati” ucap Kei dan Hikka. “Aaa,
Daiki-niichan, Yuya-niichan, aku ikut kalian” pekik Yuto yang langsung berlari
pergi. “Tch, dia benar-benar” umpat Tsuki. Kini mereka hanya berlima disitu.
Ryosuke sejak tadi
tidak terdengar suaranya, ia masih serius menikmati ramen kesukaannya. “Tch.
Ryosuke-niichan, apa itu sangat enak? Sampai kau tidak peduli sekitarmu”
komentar Tsuki saat Ryosuke telah menghabiskan ramennya. “Hehe, gomen, ini
benar-benar enak” ucapnya seadanya. “Heii.. kalau makan itu jangan
tergesa-gesa, lihatlah mulutmu belepotan” kata Hoshi menahan tawanya melihat
wajah Ryosuke. “Benarkah?” Ryosuke menghapus nodanya dengan punggung tangannya,
“Pakai ini” Hoshi menyerahkan sapu tangan untuknya. “Tck. Tck. Tck. Ternyata
kalian sangat romantis” kata Tsuki. Hoshi dan Ryosuke jadi salah tingkah
sendiri. “Benar kan?” tambahnya mencari persetujuan yang lain. “Iya benar. Lalu
kapan kau punya pacar?” goda Kei. “Apa? Aku? Nanti juga punya” jawab Tsuki
malu-malu. ”Ahh. Mana ada lelaki yang mau denganmu?” . “Oniichan” pekik Tsuki.
“Hikka, ikut aku
sebentar” ucap Kei sedikit berbisik. Mereka berduapun pergi. “Hhh. Aku mau ke
toilet dulu ya” kata Tsuki yang juga ikut pergi. Hoshi dan Ryosuke hanya diam
sambil menikmati minumannya, tapi entah kenapa, kali ini mereka merasa canggung
untuk memulai membuka obrolan.
Sedang Hikka dan Kei
duduk didepan kedai sambil melirik kedalam sesekali. “Ayah Ryosuke sudah
mengetahui hubungan mereka. Sebaiknya kau awasi terus adikmu, jaga dia, mungkin
sebentar lagi mereka akan melakukan hal buruk padanya” ucap Kei lirih. “Apa
maksudmu?” tanya Hikka pura-pura belum mengerti. “Pokoknya kita harus mengawasi
mereka berdua, aku dan Tsuki akan membantumu” ucap Kei. “Ya, kurasa begitu,
baiklah, apapun yang terjadi sudah tugas kita melindungi mereka” ucap Hikka.
Mereka memandang khawatir pada Ryosuke dan Hoshi.
~o0o~
Ini agak aneh, tidak
biasanya Tsuki terus mengikuti Hoshi, kemanapun ia pergi. Hal ini membuat Hoshi
tidak nyaman. “Kenapa kau mengikutiku?” tanya Hoshi akhirnya. “Tidak apa-apa,
aku hanya menginginkan sesuatu darimu” ucap Tsuki. “Tch. Apa?” . “Tanda tangan
Hikka-niichan. Apa kau mau memintanya untukku?” . “Ya ampun, kukira apa, lalu
kenapa kemarin kau tidak mau memintanya langsung?” . “Hehe, aku kelupaan karena
asyik mengobrol dengannya” . “hhh, baiklah” ucap Hoshi. Tsuki menghembuskan
nafas lega dan mengikuti Hoshi lagi, namun lebih jauh agar dia tidak curiga.
Ryosuke juga
melakukan hal yang sama. Ia sudah mendengar semua rencana buruk ayahnya pada
Hoshi. Ia tahu alasan mengapa hal ini akan terjadi. Semua ini tak lepas dari
acara perjodohan antara dirinya dan putri klan Hyuga yang tak pernah
dikenalnya, dan dia menolaknya. Oleh karena itu ayahnya mencari segala cara untuk
melancarkan keinginannya itu.
Sampai sekarang
Hoshi belum mau menunjukkan siapa dirinya yang sebenarnya. Ia berharap semua
orang tidak pergi meninggalkannya setelah tahu siapa dirinya yang sebenarnya.
Ia tak ingin kehilangan teman-temannya begitu cepat, dan juga, Ryosuke. Ia
merasa mulai mencintai Ryosuke sekarang. Tapi, karena perjodohan itu, ia
benar-benar takut jika Ryosuke terus bersamanya maka ia hanya akan membuatnya
menderita. Satu lagi yang ia pelajari dari dunia bisnis, bahwa perjodohan bisnis
hanya untuk menambah kekuasaan, dan para pelaku akan melakukan apapun dan tak
segan-segan menyingkirkan apapun yang menghalangi tercapainya rencana itu.
Kini ia berjalan
seorang diri menuju stasiun, seperti biasanya. “Ka~~!!” panggil Ryosuke. Hoshi
pun menoleh. Ryosuke menghampirinya dan berjalan disampingnya. “Aku ingin
kerumah saudaraku. Apa aku bisa bareng naik kereta bersamamu?” tanya Ryosuke.
“Un. Tentu saja. Memang itu kereta milikku sampai kau harus meminta ijinku
untuk menaikinya” ucap Hoshi santai. “Hehe. Benar juga. Baiklah, ayo” semangat
Ryosuke. Tiba-tiba Hoshi hampir terpelest di kubangan air, untung Ryosuke
langsung menangkap tubuhnya. “Oh, arigatou” ucap Hoshi langsung berdiri, dan
tersipu malu. “Hati-hati” saran Ryosuke. Hoshi hanya mengangguk ‘Aishh sepatuku
kotor’ kesal Hoshi sambil menatap sepatunya.
Mereka pun berjalan berdampingan menuju stasiun. Sesekali Ryosuke
memperhatikan sekitar dan waspada, ia melihat gerak-gerik mencurigakan dari
beberapa orang, oleh karena itu ia bermaksud memastikan Hoshi selamat sampai
rumah sebelum hal itu terjadi.
Di stasiun, mereka
masih menunggu kereta mereka. Namun tiba-tiba Ryosuke merasa perutnya sangat
melilit. “Ah, aku ketoilet sebentar ya” ucapnya langsung berlari. Hoshi hanya
mengangguk. Ia duduk sendirian diruang tunggu. Tapi ia merasa tak nyaman karena
ada banyak mata yang sepertinya tengah memperhatikannya. Ia mencoba tetap
tenang. Namun tiba-tiba ada segerombolan orang berlari kearahnya dan
menangkapnya. Ia mencoba melakukan perlawanan dan mencoba meminta pertolongan,
tapi tidak bisa karena mulutnya dibungkam. Tiba-tiba ia merasakan dingin
dihidungnya dan mencium bau yang aneh, dan tiba-tiba tubuhnya menjadi ringan,
setelah itu gelap, ia tak sadarkan diri.
Tak berapa lama
kemudian Ryosuke kembali, namun ia tidak melihat Hoshi. “Ka?” gumamnya sambil
mengedarkan pandangannya. Ia menemui penjaga loket. “Sumimasen, apa kereta
terakhir sudah lewat?” tanyanya. “Belum, masih sebentar lagi” jawab bapak
penjaga loket. “Oh, lalu apa anda melihat gadis berseragam yang duduk di ujung
sana tadi?” . “Aku tidak tahu, aku baru kembali dari makan siang, dan saat aku
kembali tidak ada siapa-siapa” ujar penjaga loket itu. “Arigatou Gozaimasu”
ucap Ryosuke lalu pergi.
Ia berlari
kesana-sini mencari Hoshi. “Ka~~!!” teriaknya terus menerus. Wajahnya terlihat
begitu panik. ‘Dimana kau? Apa benar dia sudah diculik? Ka? Ahh, kenapa tadi
aku meninggalkannya? Aku harus menemukannya, harus’ tekadnya yang langsung
berlari menuju rumah Yuto. “Ka... chotto matte” gumamnya.
...
“Apa? Hoshi?” pekik
Hikka setelah mendengar penjelasan seseorang dari teleponnya. Tanpa banyak
pikir ia langsung berlari pergi. “Hikka~~! Mau kemana?”tanya ibunya menahannya.
“Himemiya... dia di culik” jelas Hikka panik. “Apa? B-bagaimana bisa?” tanya
Ibunya ikut panik. “Sepertinya ini sudah direncanakan. Sebaiknya okaasan
dirumah saja, siapa tahu Hoshi pulang. Aku akan mencari tahu, dan aku akan
sering mengabari perkembangannya. Jadi jangan khawatir” ujar Hikka langsung
melesat pergi naik motornya menemui Kei. “Himemiya” khawatir ibunya.
...
“Aku butuh bantuanmu
sekarang. Ayo” ajak Ryosuke setelah menjelaskan apa yang terjadi. Yuto yang
tadinya menganggap itu hanya lelucon akhirnya mengikuti Ryosuke. Mereka berdua
mencari Hoshi bersama. Mereka kembali kestasiun untuk mencari jejak.
...
“Sudah kuduga akan
terjadi. Ayo” kata Kei pada Hikka. “Ayo” ucap Hikka pasti. “Tsuki, kau pergilah
mencari informasi, dan segera hubungi kami jika kau sudah mendapatkannya”
perintah Kei pada adiknya. “Hai. Ki o tsukeru” ucap Tsuki. Hikka dan Kei pun
melesat menuju sekolah Hoshi untuk mencari tahu. “Hoshi-chan, semoga dia
baik-baik saja” harap Tsuki yang langsung pergi ketempat yang dimaksud
kakaknya.
...
Di stasiun Ryosuke
dan Yuto tak menemukan apapun. “Apa dia benar-benar diculik?” tanya Yuto. “Aku
yakin, karena beberapa hari ini dia selalu diawasi orang” jawab Ryosuke.
“Bagaimana kau tahu?” . “Bukan saatnya menanyakan hal itu, kita harus mencari
jejak mereka”. Mereka berdua pun kembali menelusuri setiap jalan yang dilalui
kemungkinan dilalui Hoshi.
Tiba-tiba mereka
berpapasan dengan Kei dan Hikka. “Kalian?” pekik Hikka. “Hikka-niichan?” pekik
Yuto tak kalah terkejut. “Hoshi, dimana dia?” tanya Hikka. “Dia? Aku tidak
tahu, tadi dia bersamaku, dan aku meninggalkannya sebentar ketoilet lalu dia
menghilang” jelas Ryosuke. “Dimana terakhir kau meninggalkannya?” tanya Kei.
“Di ruang tunggu kereta” jawab Ryosuke. Hikka dan Kei segera menuju kesana.
“Kami sudah memeriksa tempat itu, namun tidak menemukan apa-apa” ucap Ryosuke,
mereka mengikuti Kei dan Hikka.
Mereka berempat
kembali memeriksa tempat itu dengan teliti. Mereka menemukan sebuah jejak kaki
sepatu yang terlihat masih baru. “Apa saat kalian berada disini tadi, jejak ini
sudah ada?” tanya Kei. “Entahlah kurasa tidak” jawab Ryosuke. “Apa tadi kalian
menginjak kubangan lumpur?” tanya Kei lagi. “Tadi? Ahh, iya. Hoshi hampir
terpeleset saat pejalanan menuju kesini”.
Tap. Tap. Tap.
Terdengar langkah kaki yang semakin mendekat. “Kata penjaga loket, lantai
sekitar sini baru saja di pel sekitar 20 menit yang lalu” ucap Hikka yang baru
datang. “Itu berarti sebelum kami tiba disini” gumam Ryosuke. “Lantai basah dan
lumpur disepatu mudah meninggalkan jejak. Dibagian ini jejaknya sangat tebal
karena sepatunya diam sehingga lumpur mengumpul tebal disini” hipotesis Hikka.
“Sedang disana, terlihat tipis dan panjang seperti sepatu yang diseret yang
diseret, jika dilihat dari basahnya, ini tertinggal sekitar 10 sampai 15 menit
yang lalu, karena ini tipis dan cepat kering” tambah Kei. “Jejak ini mengarah
kesana” ucap Ryosuke. “Tapi, setelah itu hilang disini” sahut Yuto.
“Bisa jadi mereka
mengangkat Hoshi?” simpul Ryosuke. Hikka dan Kei mengangguk. “Apa kalian tahu
kemana mereka membawanya?” tanya Yuto. Semua kembali diam, sulit menentukannya
karena jejak menghilang begitu cepat. Mereka berempat hanya mondar-mandir di
tempat itu. Kei berjongkok memeriksa sesuatu, ia mencolek sebuah noda kuning
dilantai dan menciumnya. “Aku tahu dimana dia” ucapnya seketika. Semua
menatapnya.
~o0o~
Sementara itu
disebuah ruangan yang cukup gelap, hanya cahaya matahari yang muncul dari
celah-celah kecil dinding ruangan. Hoshi duduk disebuah kursi dengan tangan
terikat kebelakang dan mulut yang ditutup dengan kain. Perlahan kesadarannya
pulih, beberapa kali ia mengerjapkan matanya, dan melihat sebuah tempat yang
benar-benar asing. Ia merasakan tubuhnya kaku tak bisa digerakkan dan kepalanya
masih terasa berat. Setelah ia benar-benar telah sadar, ia menyadari bahwa ia
tengah diculik, dan mengingat terakhir kali ia disergap beberapa orang dan
akhirnya ia sampai disini.
Ia mencoba meronta
melepaskan ikatan tangannya, dan mencoba berteriak meminta pertolongan. Tapi
sia-sia. Hingga seorang yang memakai baju serba hitam dan memakai masker yang
menutupi setengah wajahnya menghampirinya. Hoshi mencoba mengecamnya dan terus
menatapnya tajam, namun isyarat mata orang itu seakan menertawakan ketidak
berdayaannya. “Ini sebuah konspirasi yang unik” ucap orang itu sambil menatap
lekat wajah Hoshi. “Ya, kurasa hidupmu akan segera berakhir setelah ini. Tunggu
saja. OK” tambahnya lalu pergi lagi. “Umm...um... ummm... UMMMM” pekik Hoshi
mencoba mengatakan sesuatu.
‘Siapa dia? Kenapa
aku diculik seperti ini? Apa tujuan mereka? Tapi, aku tidak boleh mati seperti
ini. Hahh, apa yang harus kulakukan? Ahh, ikatannya terlalu kuat.
Hikka-niichan, Okaasan, tolong aku’ batin Hoshi penuh harap. Ia masih mencoba
menggerak-gerakkan tangannya agar talinya menjadi longgar. Namun tetap sia-sia.
Ia pun akhirnya hanya bisa pasrah dan menunggu keajaiban datang.
~o0o~
Berita tentang
penculikan Hoshi sudah terdengar di Hyuga maupun Akatsuki. Klan Hyuga segera
mengirimkan para detektif untuk mencarinya, sedang klan Akatsuki dihebohkan
dengan kemarahan Tuan mudanya.
...
“Apa tujuanmu
melakukan semua ini?” keras Ryosuke menghadap ayahnya. “Kenapa kau tidak
mengerti juga? Ini adalah peringatan bagimu, bahwa tidak semua orang bisa
bergaul denganmu. Bukankah sudah kubilang kau akan kujodohkan dengan putri dari
Klan Hyuga” tegas ayahnya. “Tch. Apa jika aku mau melakukannya, kau akan
membebaskannya? Dia sama sekali tidak bersalah. Jadi, kumohon lepaskan dia”
ucap Ryosuke semakin pelan. Ayahnya menatapnya tajam dengan seringai
menakutkan. “Benarkah? Kau akan melakukannya?” tanya ayahnya. Ryosuke menatap
mata ayahnya, “Aku akan melakukannya. Dan kau harus berjanji melepaskannya”
tegas Ryosuke. “Baiklah, kau memang pandai menentukan pilihan. Tapi asal kau
tahu, ini juga untuk kebaikanmu” . Ryosuke tak peduli apa yang diucapkan
ayahnya, ia langsung saja pergi tanpa pamit. “Dia benar-benar mirip dengan
kakaknya” gumam ayahnya.
...
2 hari berlalu,
namun klan Hyuga belum juga menemukan keberadaan Hoshi, sedang 4 sekawan memang
sudah menemukan daerahnya, tapi mereka belum menemukan tempat dimana Hoshi
disembunyikan, mereka masih menyelidiki tempat itu dan menyusun rencana.
Sementara itu, Hoshi
tetap dalam keadaan yang sama, dia terduduk lemah, hampir 2 hari ia tak
menyentuh makanan ataupun air. Memang para penculik itu memberinya makanan,
tapi, disaat seperti itu ia tidak berselera, ia tidak bisa berfikir apapun,
entah akan ada orang yang menyelamatkannya atau tidak.
...
Ryosuke mendapat informasi dari
beberapa orang kepercayaannya tentang dimana keberadaan Hoshi, ia pun segera
menuju tempat Kei dan Hikka berada.
“Kita bisa
menolongnya sekarang. Di sebuah gedung tua dekat kuil” ucap Ryosuke. “Kau?
Bagaimana?” heran Kei. “Aku menemuinya” . “Jangan bilang kau mempertaruhkan
...?” . Ryosuke hanya mendesah, tanpa banyak bicara ia ditemani Yuto, Kei dan
Hikka pergi ketempat itu.
...
“Cepat lepaskan
dia!” seru Hikka. “Siapa kau berani-beraninya menantang kami?” kata salah
seorang penjaga tempat itu. “Cepat lepaskan dia!” seru Ryosuke. “Tch. Anak
kecil ikut-ikutan” remeh orang itu. Mereka berdua semakin geram, merekapun
langsung menyerang orang-orang itu. Akhirnya perkelahian pun tak terelakkan.
(Bayangin
saja saat Bima X dan Torga melawan para monster-monster... :z)
Hoshi
mendengar ada keributan diluar. Ia yakin pasti ada orang yang menolongnya,
siapapun itu hatinya terasa sedikit lega. “Ummm...Ummm.. UMMM” teriaknya
meronta, mencoba memberi tahu bahwa dia ada di dalam situ. Tak berapa lama
kemudian seseorang mendobrak pintu. Hoshi merasa sangat bahagia, tapi sebentar
kemudian ia kaget karena yang datang adalah orang bermasker itu. Ia melepaskan
ikatan tangan Hoshi. Hoshi terus meronta-ronta. Orang itu langsung membawa
Hoshi pergi dari tempat itu, dan saat itu penutup mulutnya terlepas.
“TOOLOOOONGGG.... TOLOOONG AKU” teriaknya sekuat tenaga, namun orang itu kembali
menutup mulutnya.
Diluar Ryosuke dan
Hikka mendengar teriakan itu. Namun musuh mereka semakin banyak, mereka terus
menyerang dengan membabi buta. Tak berapa lama beberapa orang asing datang dan
membantu mereka. Melihat keadaan itu, mereka berdua langsung mengejar Hoshi.
Disisi lain, mobil
yang membawa Hoshi tiba-tiba berhenti mendadak, dihadang oleh Yuto dan Kei.
‘Yuto? Kei-niichan? Kalian?’ batin Hoshi. Kei dan Yuto mendekati mobil itu.
Namun tiba-tiba... ‘DUARR.. DUARR’ letupan senjata api terarah pada mereka.
Hoshi hampir menjerit histeris mendengarnya, ia benar-benar takut terjadi
apa-apa pada mereka. Namun tak lama kemudian terdengar letupan senjata api
bertubi-tubi, dan orang yang tadi membawa Hoshi sudah kabur begitu saja.
“Hoshi-chan?” pekik Kei yang langsung masuk mobil dan menyelamatkan Hoshi.
“Kei-niichan?” lirih Hoshi. Dan saat itu pula, Ryosuke dan Hikka datang. “Ka?
Daijoubu?” tanya Ryosuke yang masih ngos-ngosan. “O-nii-chan” pekiknya lemah
dan langsung memeluk kakaknya. Ia pun tak sadarkan diri. “Hoshi... Hoshi...”
pekik yang lain.
~o0o~
Kini semua terlihat
begitu terang... Hoshi mendapati dirinya tengah terbaring di ranjang dengan
aroma obat di sekelilingnya. “Arghh... aku dimana?”lirihnya sambil memutar bola
matanya. “Hoshi-chan? Kau sudah sadar?” pekik seorang wanita yang duduk
disampingnya dengan girang. “Okaasan? Oniichan? Yuto? Tsuki?” lirihnya menyebut
semua yang ada disitu. “Yokatta. Daijoubu?” tanya Tsuki. Hoshi hanya
mengangguk, ia mulai ingat yang menyebabkan dirinya disini adalah kejadian
kemarin, andai saja saat itu tak ada mereka, entah bagaimana nasibnya. Ia
mencoba duduk, “Jangan dipaksakan, kau masih lemah” tutur Ibunya. “Benar.
Istirahatlah yang cukup” tambah Hikka.
“Semuanya. Doumo
arigatou gozaimashita. Kalian sudah menolongku. Arigatou” ucap Hoshi. Semua
hanya memberikan senyumnya. “Ah, yang terpenting sekarang kau sehat, kan?” kata
Yuto. Hoshi tersenyum, namun matanya mencari seseorang, ‘Sepertinya kemarin dia
juga menolongku? Tapi, dimana dia sekarang?’ pikirnya. Semua merasa bahagia
melihat Hoshi sehat kembali. Tapi, ini menuntut semua untuk semakin waspada.
...
Di ruangannya Hachi
Hashirama meremas geram sebuah kertas sambil memandang tajam foto keluarga
kecil putranya.
...
“Haaahh...” desah
Ryosuke. Ia berdiri memandang keluar jendela dengan tangan yang dimasukkan
kesaku jaket yang dipakainya. “Kau akan baik-baik saja tanpa aku, kan? tsh. Aku
harap akan selalu melihat senyummu” gumamnya, tatapan matanya menjadi sendu.
~o0o~
“Kenapa dia tidak
pernah datang menjengukku ya? Apa terjadi sesuatu padanya?” gumam Hoshi yang
menatap keluar jendela rumah sakit. Beberapa kali dia hanya mendesah. “Tada...
aku datang lagi” seru Yuto dengan senyum cerianya. Hoshi tersenyum
menyambutnya. “Nah, ini... aku membawakan buah apel untukmu” ucap Yuto
menunjukkan sekeranjang apel yang dibawanya. “Un. Arigatou” ucap Hoshi, lalu
kembali memandang keluar.
“Kau merindukan
Ryosuke ya?” tebak Yuto. “Ha?” Hoshi menoleh kearahnya. “Aku sendiri tidak
pernah melihatnya sejak kejadian itu. Aku tidak tahu dia pergi kemana. Dia itu
benar-benar jahat. Saat hari kau hilang dia selalu panik dan tak pernah
istirahat untuk mencarimu, aku, Hikka-niichan, Kei-niichan dan juga Tsuki juga
khawatir padanya. Kurasa ada suatu hal besar yang disembunyikan” gumam Yuto.
“Ah, yang terpenting, cepatlah sembuh, dan kembali berkumpul dengan kami”
tambah Yuto. Hoshi hanya diam mendengarnya, ‘Ryosuke? arigatou’ batinnya.
...
Esoknya Hoshi sudah
bisa pulang, ia di jemput oleh kakak dan Ibunya. Dan esoknya lagi dia baru boleh
sekolah.
Kini mereka tengah
duduk di ruang keluarga. “Oniichan. Apa kau tahu siapa yang menculikku?” tanya
Hoshi. “Entahlah, kami tidak menemukan jejak apapun tentang mereka. Aku rasa
ini adalah ulah klan Akatsuki” ujar Hikka. “Sudah dari dulu klan itu menjadi
musuh Hyuga” sahut Ibunya. “Benarkah? Tapi... kenapa Ojiisama malah
menjodohkanku dengan orang Akatsuki?” tanya Hoshi. “Mungkin, rencana perdamaian
itu hanya akal licik mereka untuk merebut kekuasaan Hyuga” . “Ojiisama juga
pernah bilang seperti itu. Aku masih bingung. Oniichan, Okaasan, besok aku
ingin pergi ke rumah Ojiisama untuk menanyakan hal ini” . “Baiklah. Sekarang
sebaiknya kau istirahat” ucap Ibunya. “Un. Oyasumi nasai” Hoshi pun pergi
kekamarnya.
~o0o~
Hoshi menemui
kakeknya di rumahnya. Melihat Hoshi datang kakeknya langsung memeluknya dengan
erat. “Kau baik-baik saja?” tanya kakeknya. “Hmm. Semua juga atas bantuan dari
orang-orang Ojiisama” ucap Hoshi. “Yokatta” syukur kakeknya, lalu mengajak
Hoshi duduk.
“Ojiisama. Aku mau
menanyakan sesuatu padamu” kata Hoshi. “Apa?” . “Soal penculikanku itu? Apa
benar itu ulah klan Akatsuki?” . “Iya, siapa lagi. Mereka sudah berencana
menghilangkan penerus klan kita agar mereka bisa mudah merampas kekuasaan kita”
. “Tapi, yang kubingungkan. Kenapa Ojiisama malah menyetujui perjodohan itu?
Apa Ojiisama juga menginginkan aku dibunuh oleh mereka?” . “Apa yang kau
katakan? Mana mungkin seperti itu? Ini Ojiisama lakukan agar Ojiisama bisa
lebih mudah mencari tahu akal bejat mereka. Justru dengan begini keamananmu
akan terjamin, karena semua orang akan bersimpati padamu nanti. Akan banyak
orang yang melindungimu. Kau ini adalah cucuku satu-satunya. Kenapa kau bisa
berfikir seperti itu” . “Sumimasen, Ojiisama. Aku tidak bermaksud begitu. Tapi,
jujur aku tidak ingin menjadi bagian dari orang-orang yang membuat orang tuaku
meninggal” . “Tidak akan”. Hoshi menatap kakeknya bingung. “Ini tidak akan
berlangsung lama, sebatas pertunangan, dan selama itu aku akan langsung
menemukan cara untuk menjatuhkan klan itu dan kau akan terbebas. Jadi, kau
harus bersabar”. Hoshi tersenyum mendengarnya, namun ia merasa hatinya tak
percaya dengan ucapan kakeknya itu. Ia pun hanya bisa menerimanya sekarang.
Mereka berdua pun
menikmati makan malam bersama.
~o0o~
“Jadi, Ryosuke
jarang masuk sekolah?” pekik Hoshi. Tsuki yang diajak bicara hanya mengangguk.
“Dia merasa bersalah padamu” ucapnya. “Kenapa? Kenapa dia merasa bersalah?” .
“Karena dia meninggalkanmu saat itu, sehingga kau diculik, dia terus saja
menyalahkan dirinya” ujar Tsuki. ‘Dia benar-benar aneh. Jika memang seperti
itu, seharusnya dia kan menemuiku’ pikir Hoshi. ‘Gomen, Hoshi-chan aku harus
berbohong padamu’ batin Tsuki.
~o0o~
Ini adalah hari pertama Hoshi untuk menghadiri
pertemuan bisnis dan juga perkenalannya dengan para pebisnis lainnya. Ia akan
bertemu banyak orang baru dan yang pasti orang yang akan dijodohkan dengannya
itu. Kalau bisa memilih, ia akan berlari pergi daripada dijodohkan seperti ini.
Tapi, ia menghormati kakek dan juga klannya, serta tujuannya untuk menciptakan
dunia yang damai seperti impian orang tuanya.
“Kau harus bersikap
baik. Jangan menunduk, tegakkan badanmu dan selalu tunjukkan keramahan klan
Hyuga” nasehat Ibunya sambil merias Hoshi. “Uhh... hai. Huhh” Hoshi terus
mengatur nafasnya menghilangkan rasa gugupnya.
...
Sementara itu di
klan Akatsuki. Ryosuke masih duduk tenang di kamarnya, tak lama kemudian Kei
dan Tsuki datang.
“Ryosuke-sama.
Saatnya anda berangkat” ucap Kei. “Un. Ryosuke-niisama. Hoshi-chan menitipkan
surat untukmu” kata Tsuki, lalu menyerahkan surat itu. “Apa?” Ryosuke
memperhatikan surat itu, dengan segera ia membukanya dan membacanya.
Ryosuke-kun.
Sudah beberapa hari aku
tidak melihatmu. Apa kau baik-baik saja? Aku harap begitu.
Sebenarnya aku ingin
berterima kasih padamu karena sudah menolongku kemarin. Terima kasih juga sudah
selalu mengkhawatirkanku selama ini. Arigatou. Selama ini aku tidak pernah
membencimu, hanya saja kau selalu menggangguku dan itu sangat menyebalkan.
Tapi, entah kenapa
sekarang saat kau tidak ada aku merindukan hal itu. Ahh, agak aneh ya? Aku
sendiri juga bingung dengan sikapmu dan juga perasaanku. Aku mendengar semua
tentangmu dari Yuto. Tapi aku tidak terlalu percaya sebelum aku mendengarnya
sendiri darimu.
Ryosuke-kun. Mungkin aku
menyukaimu sekarang. Tapi aku tidak bisa melakukan apapun sekarang. Mungkin
nanti kita tidak bisa bertemu lagi, tapi aku harap, kita akan tetap menjadi
teman yang baik seperti dulu. Arigatou to Gomenasai.
Hoshi Haruka *.*
Ryosuke
sangat terkejut membacanya. “Ka?” gumamnya sedih. Ini sudah terlambat sekarang.
Jika saja ia mengetahuinya sejak dulu. ‘Ahhh’ teriaknya dalam hati.
“Ryosuke-sama. Sudah saatnya” ucap Kei lagi. Ryosuke menatap Tsuki. “Arigatou”
ucapnya. “Un. Ini pilihan terbaik” hibur Tsuki. Ryosuke pun pergi.
Di mobil ayahnya
sudah menunggunya. Ryosuke masuk kedalam mobil dengan ekspresi datar.
“Bersikaplah baik di acara nanti” ucap ayahnya. Ryosuke hanya diam sambil
menatap lurus kedepan. Mobil pun melesat menuju gedung pertemuan.
...
Di sebuah gedung
yang begitu mewah, banyak sekali orang yang sudah datang. Sebagian besar adalah
para jutawan dan bangsawan. Penampilan mereka sangat glamour, mobil-mobil mewah
berjajar rapi dihalaman gedung. Dari kaki hingga kepala mereka semua barang
yang dipakai berharga jutaan. Seperti biasa, acara-acara seperti ini digunakan
sebagai ajang pamer kekayaan.
Mobil yang membawa
Ryosuke dan ayahnya telah sampai. Segera seorang penjaga membukakan pintu untuk
mereka, bahkan sebelum kaki mereka menyentuh lantai, sebuah karpet merah
digelar sampai kepintu utama gedung pertemuan. Saat Ryosuke keluar semua mata
tertuju padanya. Memang ini kali pertama Ryosuke muncul diacara seperti ini.
Dari depan mobil hingga kedalam area utama ia selalu menjadi bahan bicaraan.
Ryosuke diperkenalkan kepada semua rekan bisnis oleh ayahnya, dengan ramah
Ryosuke menunjukkan senyumnya, namun dalam hatinya ia sangat malas.
Semuanya sudah
berkumpul di ruangan yang disediakan untuk menikmati hidangan sebelum acara
dimulai. Tak lama kemudian pemimpin klan Hyuga yang ditunggu pun datang.
Kembali semua dikejutkan dengan kehadiran seorang baru. Dia adalah Hoshi, kini
semua mata tertuju padanya. Tentu saja, karena dia adalah putri yang ditunggu
selama ini. Hoshi mencoba bersikap tenang dan menunjukkan senyumnya. ‘Ini
benar-benar menyesakkan. Semuanya mengenakan pakaian mahal dan bermerk. Hhh,
aku harus tenang’ batinnya.
Ryosuke dan ayahnya
menatap ketua klan Hyuga dan putrinya itu. “Dia?” lirih Ryosuke seakan tak
percaya, begitupun ayahnya. Setelah itu semuanya memulai acara itu.
Hachi Hashirama,
memulai sambutannya dan memperkenalkan Hoshi secara resmi sebagai pewarisnya.
‘jadi, dia adalah
putrimu Kouta? Mizuki?’ batin ayah Ryosuke. “Ka... jadi dia?” gumam Ryosuke
lirih sambil terus menatap Hoshi.
Di ujung lain,
Kudaime Akatsuki juga memperkenalkan secara resmi putranya sebagai pewarisnya,
yaitu Ryosuke.
‘Ryosuke?’ Hoshi tak
kalah terkejut saat melihat itu, berkali-kali ia mengerjapkan matanya hanya
untuk memastikan apa yang dilihatnya. ‘Ahh? Jadi...?’
Acara itu
dilanjutkan dengan penandatanganan perjanjian perdamaian dan juga perjodohan
antara Hyuga dan Akatsuki. Sedang Ryosuke dan Hoshi saling menatap satu sama
lain. Apakah mereka merasa senang atau malah sedih dengan semua ini.
Benar-benar tidak bisa dipercaya.
Acara itu diliput
diseluruh channel TV. Tsuki, Yuto, Kei, Hikka dan semua yang kenal mereka
berdua tak percaya melihatnya. Ini sebuah takdir yang aneh dan rumit. Acara itu
telah menjadi trending topic dalam sekejap.
~o0o~
Hoshi terduduk lemas
dikursinya. Ia bahkan tidak bisa mempercayainya. Bagaimana bisa Ryosuke yang
selama ini selalu mengganggunya, orang yang bodoh dan orang yang berhasil
meluluhkan hatinya adalah pewaris klan Akatsuki yang menyebabkan kedua
orangtuanya meninggal dan bahkan ingin membunuhnya juga. Tak terasa air mata
telah membasahi pipinya. Ibu dan kakaknya menghampirinya. “Okaasan...” pekik
Hoshi diantara tangisnya. Ia langsung memeluk ibunya itu. “Kenapa harus dia?”
ratapnya sedih. “Ingat, Himemiya. Kau harus kuat. Apapun yang kau lakukan
percayai hatimu” hibur ibunya. Mendengar kalimat terakhir ibunya, ia teringat
saat Ryosuke juga mengatakan hal yang sama saat itu. “Hiks... hiks..” tangis
Hoshi semakin deras. Ibunya memeluknya semakin erat, sedang Hikka yang sebenarnya
sudah tahu sejak awal hanya memandang sedih adiknya itu. Kalau ditanya apa ia
benci dengan Akatsuki, jawabannya adalah iya, karena mereka juga ayahnya
meninggal. Tapi, selama ini ia menyembunyikannya, karena tidak semua orang
Akatsuki seperti itu, seperti Kei, Tsuki dan juga Ryosuke. Entah bagaimana,
hatinya mempercayai mereka.
...
Begitupun di
Akatsuki. Hati Ryosuke seperti tertusuk. “Bagaimana ini terjadi, Oniichan?”
ratap Ryosuke pada Kei. “Ini adalah saatnya kau mengambil keputusan. Apa kau
akan tetap mengikuti keinginan ayahmu atau kau ingin menjadikan ini sebagai
perwujudan perdamaian yang sebenarnya?” ujar Kei. Ryosuke terdiam mendengarnya.
Hatinya sangat ingin bersama Hoshi dan ia berfikir mungkin dengan begini dia
akan bisa melindungi Hoshi. Dan soal penculikan Hoshi, mungkin ada kaitannya
dengan hal ini juga. “Sepertinya aku akan tetap melakukannya. Aku harus
melindunginya. Kurasa ini ada hubungannya dengan penculikan kemarin. Mungkin
ayah sudah tahu siapa dia, dan tujuannya menculik Hoshi bukan karena aku, tapi
karena Hoshi adalah pewaris Hyuga” ujar Ryosuke. “Bisa jadi. Tapi, aku
menemukan sesuatu yang janggal dengan penculikan itu. Aku tidak menemukan tanda
klan Akatsuki yang melakukannya” gumam Kei.
“Apa maksudmu?” .
“Entahlah, aku tidak yakin. Tapi saat itu Tsuki mendengar sendiri rencana
Kudaime-sama”. Mereka berdua terdiam dengan pikiran masing-masing.
~o0o~
Benar yang
dipikirkan Hoshi selama ini. Kini semua orang memandangnya berbeda, bahkan
mereka takut mendekatinya setelah tahu siapa dia yang sebenarnya. Begitupun
Ryosuke, semua gadis alay yang selalu mengerubunginya setiap hari kini semua
menghindar. Mereka berdua seakan terasingkan.
Hoshi juga seakan
menghindar dari Ryosuke, ia masih tak percaya dengan semua ini. Ia kembali
menjadi seperti dirinya yang dulu, ya, tidak akan terlalu sulit.
Ia duduk dibangku
taman sambil membaca bukunya. Tak lama kemudian Tsuki dan Yuto datang.
“Hoshi-chan” sapa Tsuki langsung duduk disampingnya sedang Yuto berdiri
bersandar dipohon dekat bangku itu. Hoshi hanya tersenyum, “Kalian tidak takut
berada didekatku?” tanyanya. “Kenapa takut? Memang kau hantu?” canda Tsuki
disambung senyum damai Yuto. “Sebenarnya. Aku ingin minta maaf, aku dulu
mencoba menghalangi hubungan kalian. Aku tidak tahu kalau kau sebenarnya
adalah... ahh dan maafkan aku karena selama ini aku tidak memberitahumu siapa
kami sebenarnya. Itu karena kami ingin berteman seperti yang lainnya” ujar
Tsuki. Hoshi memang merasa kecewa, tapi ia mencoba tersenyum, “Hnm, arigatou
sudah mengatakannya. Aku juga minta maaf sudah berbohong” ucap Hoshi.
“Sejujurnya ya, diantara kalian yang tidak tahu apa-apa hanya aku. Bagaimana
bisa aku punya teman yang begitu dekat denganku, tapi aku tidak tahu siapa
mereka. Kalian jahat sekali padaku” rutuk Yuto. “Bukan begitu” sahut Tsuki.
“Hmm, kami tidak bermaksud begitu. Bagaimanapun juga Arigatou sudah menjadi
temanku” tambah Hoshi.
Ryosuke yang tengah
berjalan seorang diri melihat Hoshi sedang bersama Tsuki dan Yuto. Ia pun
menghampirinya.
“Ryosuke-niichan”
panggil Tsuki saat Ryosuke datang, Yuto dan Hoshi pun menoleh kearahnya.
Ryosuke melambaikan tangannya.
“Aku harus
keperpustakaan mengembalikan buku” ucap Hoshi mencoba menghindar dari Ryosuke.
“Oh? Tapi?” Tsuki dan Yuto menatapnya heran. Hoshi pun pergi melewati Ryosuke
tanpa menatapnya. Ryosuke yang bigung dengan sikap Hoshi langsung mencegahnya
dengan menarik tangannya. “Ka? Ada apa denganmu?” kerasnya. Hoshi menatapnya
tajam, namun matanya berkaca-kaca. “Sudah kubilang aku benci dipanggil seperti
itu. Lepaskan” berontaknya mencoba melepaskan genggaman tangan Ryosuke. Melihat
hal itu, Tsuki dan Yuto memilih pergi.
...
“Ada apa denganmu?
Huh? Kenapa kau jadi berubah?” tanya Ryosuke. “Aku tidak berubah. Bukankah aku
selalu seperti ini” keras Hoshi. “Tidak. Ini bukan dirimu” . “Kau benar-benar
menyebalkan. Kumohon Berhentilah menggangguku. Kenapa kau terus menggangguku
seperti ini, huh?” air mata Hoshi mulai mengalir. “Sebenarnya kenapa? Kenapa
kau seperti ini?” Ryosuke merasa sesak di hatinya saat melihat airmata itu.
Hoshi langsung menepis tangan Ryosuke dan pergi.
“Aku mengganggumu
karena aku ingin balas dendam padamu” teriak Ryosuke. Mendengarnya Hoshi
menghentikan langkahnya dan menatap nanar Ryosuke. “Aku ingin balas dendam
karena kau selalu mengganggu pikiranku saat pertama kali melihatmu. Hoshi
Haruka” tambah Ryosuke. Hoshi terdiam seketika namun air matanya turun semakin
deras. Mendengar hal itu hatinya benar-benar sakit. Ryosuke mendekatinya.
“Apa kau
menghindariku karena aku adalah anggota klan Akatsuki? Benar kan?” tanya
Ryosuke sedikit lembut. “Hikz... Hikz... kenapa harus seperti ini? Kenapa kau
harus dari klan yang membuat orangtuaku meninggal, kenapa harus kau yang
menjadi musuhku?” tangis Hoshi pecah. “Aku tidak sama dengan ayahku. Bahkan aku
sendiri kehilangan ibu dan kakakku karenanya. Apa kau tidak percaya padaku?”
yakin Ryosuke. “Bagaimana kau bisa mempercayai musuhmu?” . “Jadi kau
menganggapku musuh? Tapi aku tidak, aku menganggapmu hanya sebagai Ka yang
kukenal selama ini. Ka yang kucintai selama ini” . “Kumohon hentikan. Aku tahu
ini hanya akal licikmu untuk menjebakku kan? aku tahu tentang penculikanku
kemarin direncanakan oleh ayahmu” . “Kubilang aku tidak seperti ayahku, dan
selamanya tidak akan pernah”
Hoshi hanya bisa
menangis. “Percayalah padaku. Bukankah kita pernah bertekad untuk mewujudkan
dunia yang damai dan bahagia? Apa kau lupa?” Ryosuke menatap manik mata Hoshi
meyakinkan. “Apa kau akan berhenti disini? Apa kau akan menyerah hanya karena
hal ini?” ucapnya. Tangis Hoshi kembali pecah. Ryosuke langsung memeluknya.
“Apa aku harus percaya padamu?” lirih Hoshi. “Bukankah pernah kubilang, jika
kau tidak bisa percaya siapapun, cukup percayai saja hatimu” ucap Ryosuke. hati
Hoshi mulai luluh. Ia memeluk erat Ryosuke. “Kau janji tidak akan mengkhianati
kepercayaanku?” tanyanya lagi. “Aku janji. Kita akan berjuang bersama untuk
memewujudkan impian kita” yakin Ryosuke sambil melepas pelukannya dan menghapus
air mata Hoshi. “Bukankah ku bilang jangan mudah menunjukkan airmatamu di depan
orang lain” ucapnya. Hoshi tersenyum. Entah dia benar-benar akan mempercayai
Ryosuke sebagai orang yang dicintainya atau sebagai orang yang dibencinya.
Angin berhembus
cepat. Bunyi gemerisik dedaunan. Akan membawa perubahan... ...
~o0o~
Hoshi dan Ryosuke
akhirnya menjalani semuanya. Namun, disisi lain, mereka menciptakan suatu
kelompok tersendiri, kelompok kecil yang tidak memihak satu sama lain. Namun,
itu dirahasiakan. Mereka tetap berpura-pura memihak klan masing-masing. Hal ini
mereka tujukan untuk menguak semua misteri yang selama ini menjadi dasar
permusuhan antar klan. Dibantu oleh, Kei, Hikka, Tsuki dan Yuto.
Mereka berenam
berkumpul di markas rahasia mereka.
“Kurasa kecurigaanku
benar. Orang-orang yang menculik Hoshi bukan bagian dari klan Akatsuki” ucap
Kei. “Apa maksud Oniichan?” tanya Tsuki. “Lihat ini. Klan Akatsuki melarang
keras penggunaan alkohol jenis ini” Kei menunjukkan sapu tangan yang
ditemukannya ditempat Hoshi diculik dulu. Satu persatu mereka menghirup baunya.
“Ini memang banyak digunakan sebagai campuran minyak wangi dan jarang orang
menggunakannya dengan murni seperti ini” ucap Kei. “Bagaimana Kei-niichan bisa
tahu?” tanya Yuto. “Aku dan Kei pernah bekerja di sebuah pabrik minyak wangi di
Osaka dulu” sahut Hikka. Disambung anggukan Kei.
“Aku pernah sekali
mencium bau ini, tapi dimananya aku lupa” tambah Hikka. “Lalu kalau bukan dari
Akatsuki, lalu siapa lagi? Yang menginginkan kematian Hoshi hanya
Akatsuki....?” gumam Tsuki. Hoshi dan Ryosuke hanya diam mendengarnya. “Kalian
berdua tetaplah seperti biasanya. Sampai kami menemukan siapa dalang semua ini”
kata Kei. “Dan yang lainnya, kita akan terus mengawasi mereka berdua, terutama
Hoshi” tambah Hikka. Semuanya mengangguk.
~o0o~
Hari ini acara makan
malam dirumah Ryosuke. Hoshi hadir sebagai tamu undangan dari Kudaime Akatsuki.
Kini mereka bertiga
duduk mengitari meja makan dengan segala macam hidangannya.
“Hoshi-sama, kau
memang sangat cantik” puji ayah Ryosuke. “Arigatou gozaimasu” ucap Hoshi. “Jadi
kalian adalah teman sekelas?” . “Hai” . “Berarti kalian sangat dekat. Oh ya,
kenapa kau mau menerima perjodohan ini. Apa karena kau memang sudah menyukai
Ryosuke sejak dulu? Atau karena hal yang lain?” . Hoshi bingung harus menjawab
apa. Ia menatap Ryosuke. Ryosuke hanya mengangguk memberi isyarat. “Saya hanya
ingin mewujudkan perdamaian itu. Dan menghentikan adanya korban yang akan
terbunuh lagi” jawab Hoshi dengan tegas. Kudaime tercekat saat mendengar itu.
“Ahaha.. ya tentu saja. Bukankah memang itu tujuan perdamaian?” ucapnya setelahnya.
“Hai”. Setelah itu mereka hanya diam menikmati makan malam itu hanya terdengar
suara sendok dan juga sumpit yang menciptakan instrument yang biasa kita dengar
saat makan..
Saat Hoshi
berbincang dan makan bersama ayah Ryosuke, ia tidak merasa ayah Ryosuke jahat.
Tapi, itu hanya perasaan. Kenyataannya ia adalah orang yang sangat kejam yang
tega membunuh keluarganya sendiri hanya demi kekuasaan. Dan dia juga yang
menyebabkan orangtuanya dan juga ayah kakaknya meninggal. Dia adalah orang yang
dibencinya. Dia sendiri bingung, bagaimana ia bisa hidup dengan dibenci banyak
orang? Ya, mungkin karena memang dia tidak punya hati.
Ryosuke yang sejak
tadi diam, hanya memperhatikan ayahnya. Ia melihat ayahnya terus memperhatikan
Hoshi seakan ingin melakukan sesuatu padanya. Ia sangat ingin mengajak Hoshi
pergi dari situ, namun, ia hanya bisa diam dan membiarkan ini sesuai rencana.
Ia sudah bosan dengan begitu banyak kejahatan ayahnya, dia sangat membenci
ayahnya yang seperti itu. Oleh karena itu ia bersikeras untuk mengakhiri
semuanya. Dia harus berusaha keras untuk itu.
~o0o~
“Bagaimana
perkembangannya?” tanya Hoshi pada kakaknya. “Kami melakukan penyelidikan lebih
lanjut, dan kemarin kami berhasil menangkap si penculik itu” jawab Hikka. Hoshi
memandang kakaknya seakan penuh tanya. “Penculik itu bukan dari klan kita
ataupun dari klan Akatsuki. Dia dari Kazegakure (Negeri Angin)” tambah Hikka.
Hoshi berfikir sebentar, seperti pernah mendengar nama klan itu. “Matte...
bukankah itu adalah bagian dari klan kita? Kazegakure masuk menjadi anggota
klan kita sekitar 2 tahun yang lalu. Dari buku yang pernah kubaca, klan itu
tinggal didaerah terpencil sekitar Nara” gumam Hoshi. “Benarkah? Apa kau
yakin?” tanya Hikka. “Kurasa begitu. Apa artinya dalang semua ini adalah klan
kita sendiri?” gumam Hoshi tak percaya. Mereka berdua perpikiran yang sama.
“Kita harus menyelidiki lebih lanjut lagi, Oniichan aku mohon bantuanmu” .
Hikka mengangguk pasti.
Seorang wanita
mendengar pembicaraan antara mereka langsung pergi menuju ruangan Hashirama.
Entah apa yang
mereka bicarakan, tapi terlihat Hashirama begitu geram.
~o0o~
Hoshi kini hidupnya
benar-benar tidak tenang, ia hanya dibayangi rasa takut, hampir setiap waktu
bahaya seakan mengintainya, bahkan dirumahnya sendiri. Ia tahu bagaimana resiko
memasuki dunianya ini. Tapi, yang tidak terfikirkan olehnya, banyak sekali
misteri yang belum terpecahkan. Ia hanya bisa percaya dengan teman-teman
dekatnya saja. Ucapan Ryosuke benar, bahwa sebagaimanapun kita mencoba
menghapuskan kesepian dalam hati kita, kita tetap akan merasakannya. Ya,
Ryosuke lah yang selalu memberinya semangat dan bersamanya lah ia berjuang
untuk perdamaian ini.
...
Kei, Hikka, Tsuki
dan Yuto melakukan pertemuan dimarkas mereka. Rencana pertunangan antara Hoshi
dan Ryosuke sudah terdengar dimana-mana. Di acara ini mungkin akan menjadi saat
paling bagus untuk melancarkan serangan. Mereka berempat membuat rencana
penjagaan untuk mereka berdua.
“Bagaimana ini? Apa
penyelidikan ini benar?” gumam Kei. “Aku juga bingung. Justru semua bukti
mengarah kepada klan Hyuga. Ini tidak masuk akal jika Hyuga ingin membunuh
penerusnya sendiri” gumam Hikka. “Tapi, itu bisa juga terjadi. Seperti kakak
dan ibu Ryosuke-niisama. Mereka juga jadi korban dalam konspirasi rumit ini”
sahut Tsuki. “Bagaimanapun caranya kita harus membantu mereka untuk mewujudkan
perdamaian itu. Kita harus mengantisipasi berbagai macam serangan yang terjadi”
kata Yuto. Mereka berempat pun berunding.
...
Selain desas-desus
petunangan mewah antar dua klan itu, juga terdengar desas-desus rencana
penyerangan untuk pewaris Hyuga. Oleh karena itu, rumah kediaman Hoshi dan
kakeknya dijaga super ketat, bahkan Hoshi tidak bisa keluar bahkan untuk
sekolah untuk menghindari hal buruk yang akan terjadi. Dan, hanya orang-orang
tertentu saja yang boleh menemuinya.
...
Hoshi berjalan-jalan
keliling rumahnya untuk melepas kejenuhan. Dan ia menemukan sebuah ruangan
kecil di ujung taman, ia pun memasukinya. Ruangan
itu dipenuhi dengan buku-buku dan beberapa alat lukis. Ruangan yang bisa
dibilang sebagai rumah kaca itu memang sangat indah. Ia pernah melihatnya saat
pertama kali kesini namun ia tak berani memasukinya. Ia melihat banyak sekali
benda-benda tua dan juga sebuah alat musik, yaitu gitar. Dan dibadan gitarnya
terukir nama Kouta & Mizuki.
Hoshi tersenyum
melihatnya, mungkin ini adalah ruangan pribadi ayah dan ibunya dulu. Ia pun
menuju rak buku dan mengambil sebuah buku yang terlihat seperti album kenangan.
Ia duduk dikursi baca yang disediakan. Ia sangat takjub melihat isinya, semua
berisi tentang kebersamaan ayah ibunya, mulai dari perkenalan mereka saat
dibangku sekolah, dan bagaimana mereka saling mencintai dan menunjukkan cinta
satu sama lain, pernikahan mereka, dan bahkan foto kehamilan ibunya pun ada.
Terlihat begitu menarik dan indah. Ia bisa membayangkan sebesar apa cinta
mereka berdua, dibalik kesibukannya, mereka masih bisa menyempatkan waktu untuk
bersama. “Apa aku bisa seperti kalian?” gumam Hoshi. Dia merasa sedih karena
tak pernah tersentuh oleh cinta dan kasih sayang mereka.
“Bukankah ini? Ayah
Ryosuke?” gumam Hoshi saat melihat sebuah foto, ia membolak-balik halamannya
dan melihat begitu banyak orang itu disana, sepertinya ia sangat dekat dengan
ayahnya, seperti seorang sahabat. Dari situ ia menyimpulkan bahwa Ayah Ryosuke
dan Ayahnya adalah teman akrab sejak bangku sekolah. Bahkan ada saat acara
pernikahan antara ayah dan ibu Ryosuke dimana ayah Ryosuke menjahili ayahnya
dengan mencoretkan krim kue kewajahnya, dan difoto itu mereka tertawa lepas.
Jika semua itu benar, lalu kenapa ayah Ryosuke tega membunuh ayah dan ibunya.
Jangan-jangan benar jika yang menginginkan kematiannya bukanlah Akatsuki, tapi
Hyuga sendiri dan kakeknya?. Tubuh Hoshi terasa lemas mengetahui hal itu.
Bagaimana bisa ia melawan kakeknya sendiri.
~o0o~
Hoshi bertemu
Ryosuke dan juga teman-temannya sehari sebelum acara pertunangannya akan
berlangsung. Mereka sudah mempersiapkan dengan matang segala macam rencana
untuk melindungi Ryosuke dan terutama Hoshi. Namun, Hoshi tidak menceritakan apapun
tentang apa yang dilihatnya dan didengarnya, ia memilih diam dan bermaksud
menyelesaikannya sendiri.
...
Hari pertunangan
mereka berdua pun tiba. Acaranya benar-benar besar dan mewah, dengan lokasi
outdoor dan penataan dekorasi yang sangat mengagumkan. Dengan nuansa serba
putih dan lampu-lampu yang kerlap-kerlip ditambah pemandangan alam yang
memanjakan mata. Kalian bisa bayangkan sendiri betapa kerennya.
Tamu undangan pun
sudah mulai memenuhi tempat itu. Tentu saja yang datang adalah para pejabat dan
orang-orang terkemuka di dunia. Bahkan kaisar Jepang pun hadir disana. Disana
juga mengundang beberapa artis dan band ternama di Jepang, yaitu Hey! Say! JUMP
dan yang pasti MOONSTAR sebagai penambah hiburan acara itu. Tidak hanya
dekorasi dan tempat saja yang mewah, namun, makanan dan juga minuman yang
dihidangkan pun berkelas dunia yang dimasak oleh para koki kelas internasional
yang sengaja didatangkan dari Italia. Melihat makanannya saja siapapun akan
tergiur untuk mencicipinya. Selain itu penjagaan juga semakin diperketat, baik
dari Hyuga maupun Akatsuki, semua mengirimkan banyak orang sebagai penjaga
selama acara itu berlangsung.
Cukup menceritakan
tempat acara. Kita masuk kedalam menuju tempat rias sang Putri malam ini.
Disebuah ruangan yang cukup besar banyak wanita berlalu lalang mengambil ini
itu, sedang Hoshi duduk di kursi rias, dan seorang wanita dan juga ibunya
tengah meriasnya. Hoshi terus menarik nafasnya dalam, mencoba menghilangkan
rasa gugupnya. Tak lama kemudian Tsuki datang membawakan sesuatu untuknya.
“Hoshi-chan ada surat untukmu” ucap Tsuki. “Humm” Hoshi pun membacanya.
Sebentar, lalu meremas kertas itu. “Semuanya sudah siap” panggil Hikka. “Iya,
sebentar lagi” jawab Ibunya. Hoshi pun segera bersiap, ia didampingi Ibunya dan
juga Tsuki menuju tempat acara.
...
“Ah, itu dia
Himemiya sudah tiba” pekik seorang wanita yang berpakaian seperti seorang
wartawan, membuat para wartawan lainnya menghampirinya. Dengan sigap para
penjaga mencoba menertibkan jalan yang akan dilalui Hoshi. Berbagai pertanyaan
dari para wartawan itu menyerbunya. Tapi, Hoshi hanya diam, tanpa komentar. Di
panggung yang disediakan Ryosuke dan ayahnya sudah menunggu di sana. Hoshi
disambut kakeknya dan mereka menuju kepanggung itu bersama.
Acara penyematan
cincin pertunangan pun dimulai. Mereka bersikap seperti biasa, namun
kebahagiaan mereka bukan kebohongan, mereka benar-benar merasa bahagia. Acara
itu berlangsung begitu meriah. Dan dipertengahan acara Hoshi berdiri di
panggung sambil memegang microfon, Ryosuke berdiri bersama para tamu dan
ayahnya tak jauh dari panggung. Hikka, Kei dan Tsuki juga sudah siap
ditempatnya.
Hoshi menarik nafas
dalam-dalam, dan menatap semua tamu undangan termasuk kakeknya.
“Minna-sama... saya
Hoshi Haruka putri dari Hyuga ingin mengatakan sesuatu. Jadi, saya mohon
perhatiannya sebentar” ucap Hoshi. Semua bertanya-tanya apa yang dilakukan
Hoshi disana. Tapi, mereka tetap memperhatikannya untuk mencari tahu.
“Saya. Hoshi Haruka
dari klan Hyuga. Menolak perjodohan ini” Hoshi melepas cincin pertunangannya.
Semuanya sangat terkejut. “Ada banyak alasan kenapa saya melakukan ini.
Pertama, Akatsuki adalah klan yang sangat saya benci, klan yang membuat orang
tua saya meninggal 19 tahun lalu. Ayah saya, Ku Hashirama Kouta adalah seorang
yang sangat berjasa dalam dunia bisnis ini, beliau sudah berhasil mengungkap
kejahatan dari klan Akatsuki. Dan sampai sekarang kejahatan mereka tidak pernah
berhenti. 3 minggu lalu mereka berusaha untuk menculik dan membunuh saya, dan
saya punya banyak bukti tentang itu”. Semua semakin terkejut mendengarnya.
Kudaime Akatsuki,
Ryosuke, dan Hachi Hashirama, mereka tak kalah terkejut Hoshi akan mengatakan
hal itu. “Perdamaian yang dikatakan selama ini hanyalah sebuah konspirasi untuk
menguasai kekayaan klan kami. Dia, Kudaime Akatsuki, bahkan tega membunuh istri
dan juga putra sulungnya” pekik Hoshi sambil menunjuk ayah Ryosuke yang begitu
geram mendengarnya. “Kau. Beraninya kau mengatakan hal itu. Kau” geramnya.
“Kenapa? Apa anda marah? Mungkin hanya itu yang anda bisa. Apa selama ini anda
mengerti bagaimana rasanya kasih sayang? Bagaimana rasanya cinta? Orang kejam
seperti anda tidak punya perasaan itu kan?”.
Tidak ada yang
berani bergerak dalam perdebatan itu. “Anda. Apa anda tahu apa yang dirasakan
oleh putra anda selama ini? Ia menanggung beban berat karena anda. Pernahkah
sekali anda bersikap manis padanya? Pernahkah anda mengucapkan selamat ulang
tahun padanya? Mengucapkan selamat atas kesuksesannya? Ataupun menyanyikan lagu
tidur untuknya? Apa anda pernah?” ucap Hoshi menggebu, sambil menatap Ryosuke.
Ryosuke menatap Hoshi berkaca-kaca.
“Cukup. Kau gadis
lancang. Beraninya kau. Apa yang kau tahu tentangku dan keluargaku hanyalah
omong kosong. Kalian jangan mendengar ucapannya. Apa kalian tahu bahwa Klan
Hyuga yang selama ini terlihat baik. Mereka adalah kumpulan orang-orang yang
tak punya pikiran, hanya mengandalkan perasaan yang tidak berguna. Mereka
adalah orang-orang yang lebih buruk dari binatang” kecam Kudaime Akatsuki.
“Benar, tapi, apakah
anda bisa mengalahkan kumpulan binatang itu? Tch, bahkan anda mencoba merampas
kekuasaan para binatang itu. Kakek terdahuluku Ichi Hashirama-sama yang
membangun klan ini adalah teman baik dari Iddaime Akatsuki, namun Iddaime
Akatsuki yang sengaja mengianati Hyuga. Itu adalah kenyataan. Jadi, sampai
kapanpun, perdamaian ini hanya akan sia-sia”.
“Prajurit tangkap
gadis itu” perintah Kudaime Akatsuki. “Lindungi Himemiya” perintah Hachi
Hashirama. “Lebih baik akui saja semuanya. Maka kami akan melepaskanmu” tambah
beliau.
Tiba-tiba Ryosuke
maju kedepan dan mengambil microfon. “Hentikan semua ini. Aku Ryosuke Akatsuki
putra dari Kudaime Akatsuki. Mengakui semua kejahatan yang pernah dilakukan
oleh para pendahulu kami. Dan juga semua yang dilakukan ayah saya. Saya minta
maaf yang sebesar-besarnya. Dan kepada Hoshi Haruka, saya mengucapkan terima
kasih karena telah mengungkapkan semua ini. Saya juga tidak ingin dijodohkan
hanya untuk memperluas kekuasaan bisnis, saya tidak ingin seperti ayah saya
yang rela mengorbankan orang lain hanya untuk kekuasaan. Bahkan dia tidak
pantas disebut ayah” ucapnya.
“Ryosuke” pekik
ayahnya yang semakin terpojok.
“Apa arti keluarga
bagimu? Apa artinya Okaasama, Oniisama dan juga aku bagimu?” pekik Ryosuke
menjadi. Kudaime Akatsuki terdiam seribu bahasa, mungkin hatinya tersayat saat
mendengar itu dari mulut putranya sendiri.
Kei dan Hikka
menyadari ada seseorang yang mencurigakan dari kerumunan para tamu, ia segera
bertindak menangkap orang itu sebelum, ...
‘DUAARR’
“AAAA” pekik Hoshi
yang langsung terjatuh kelantai. Semua berteriak histeris saat terdengar suara
tembakan itu terdengar. Ryosuke sangat terkejut saat melihat Hoshi tergolek
lemah di lantai, dengan segera ia besimpuh dan mengangkat kepala Hoshi, “Ka?”
pekiknya, bahkan air matanya telah keluar melihat darah menodai gaun putih
Hoshi. “Hoshi-chan?” pekik Ibu Hoshi, Hikka, Kei, Yuto dan Tsuki. Mereka
terlambat. “Dia telah membunuh cucuku, tangkap dia. Himemiya~!!” pekik kakek
Hoshi yang menghampiri Hoshi. Ia menopang kepala cucunya itu, ia menangis
sedih. Semua orang mengecam Kudaime Akatsuki itu.
Ryosuke dengan
amarah yang berkobar menghampiri ayahnya dengan bringas. “Apa yang kau lakukan
padanya, huh? Apa tidak puas kau merenggut ibu dan kakakku, dan sekarang kau
merenggut orang yang kucintai hah? Kau ini... MANUSIA MACAM APA KAU??” pekik
Ryosuke dengan mata menyala. Ayahnya hanya diam tak menjawab. “KEMBALIKAN DIA
SEKARANG... HIKS... HIKS...” Ryosuke terduduk bersimpuh, air matanya tak bisa
dibendungnya. Ia tidak tahu akan jadi seperti ini, dia benar-benar sudah
kehilangan orang yang paling dicintainya. Hidupnya seakan sudah hancur
sekarang, hanya kegelapan yang akan tersisa.
Semua yang ada
disitu menangis dan terus-menerus mengecam Kudaime Akatsuki. Hachi Hashirama
masih meratapi kematian cucunya. Namun, dia menyeringai saat menatap wajah
Hoshi yang baginya sudah tak bernyawa itu. “Ini karena kau sudah hampir
menghancurkan rencanaku seperti ayahmu dulu. Maafkan kakekmu ini, Himemiya”
lirihnya santai, hatinya seakan berteriak girang melihat kematian Hoshi.
Tiba-tiba. LAP. Mata
Hoshi terbuka lebar, membuat kakeknya terkejut dan melompat kebelakang. Semua
sangat terkejut saat Hoshi bangun, mereka juga takut dan menganggap Hoshi
adalah hantu. Begitupun Ryosuke, teman-temannya dan juga ibunya. “B-bagaimana..
bisa,, kau?” gagap kakeknya. Hoshi menatap kakeknya penuh kekecewaan dan
kemarahan. Ia berjalan menuju kearah Ryosuke, ibu dan juga teman-temannya, ia
tersenyum dan seolah mengatakan kalau dia tidak apa-apa. Ryosuke langsung
memeluk Hoshi erat, seakan tak ingin membiarkan Hoshi pergi lagi. Setelah itu
Hoshi menghampiri ayah Ryosuke.
“Sumimasen
Kudaime-sama, aku sudah membuatmu terpojok. Dan arigatou atas semuanya” ucap
Hoshi. Ayah Ryosuke tersenyum hangat menerimanya, “Hmm, selesaikan semuanya”
katanya. Semua kembali dibingungkan dengan perilaku Hoshi. Hoshi mengangguk dan
kembali ke panggung membantu kakeknya berdiri.
“Sumimasen
Minna-sama telah membuat kalian bingung. Ini adalah rencana saya untuk
membuktikan siapa yang benar-benar bersalah di sini. Sudah lama saya mencurigai
kakek saya sendiri yang melakukan semua hal keji itu, semula saya tidak percaya
dan ragu dengan hal itu, tapi, sekarang saya membuktikannya sendiri” ucap
Hoshi, “Himemiya?” gumam kakeknya. “Di dalam dunia ini, sangat sulit mencari
orang yang bisa kita percayai. Saya tidak mengira jika kakek saya sudah
melakukan semua hal ini. Kecelakaan yang dialami orangtua saya, dan juga
kematian istri serta putra sulung Kudaime Akatsuki, dan bahkan rencana
pembunuhan saya, semua adalah perbuatannya. Saya mengetahuinya setelah
mengumpulkan semua bukti yang ada dan juga penjelasan dari Kudaime-sama
sendiri” Hoshi menatap Ayah Ryosuke. Kudaime Akatsuki memberikan senyum
wibawanya. ‘Bagaimana mereka?’ batin Ryosuke menatap ayahnya dan Hoshi secara
bergantian.
“Dan, Ojiisama.
Sumimasen karena aku sudah membuatmu malu seperti ini. Tapi perbuatanmu memang
tidak bisa dimaafkan. Sumimasen” ucap Hoshi. Tiba-tiba Hachi Hashirama
menodongkan pistolnya kearah kepala Hoshi. Membuat semua kembali tegang.
“Jangan mendekat, atau kutarik pelatuknya” gertaknya. Ryosuke tak bisa
membiarkan ini terjadi lagi, ia memberanikan diri untuk melawan. “Kubilang
jangan mendekat” . “Tapi, dia adalah cucu anda sendiri” . “Dengarkan dia
Ryosuke, aku akan baik-baik saja. Hal ini sudah bisa ditebak. Ia melakukan ini
juga pada ayah dan ibuku dulu” ucap Hoshi . “Diamlah. Jangan banyak bicara”
gertak Hashirama lagi.
Hikka sudah berada
dibelakang dan berhasil melumpuhkan Hachi Hashirama, Kudaime Akatsuki menyuruh
beberapa orangnya untuk membekuk Hashirama. Hachi Hashirama terus meronta
mencoba melepaskan diri. “Himemiya! Aku adalah kakekmu! Hei beraninya kau
menangkapku, huh? Aku adalah pemimpin klan terkaya didunia. Lepaskan aku!”
pekiknya bertubi-tubi. Ia pun dibawa pergi dari tempat itu.
Semua berkumpul
mengerubungi Hoshi. Tidak ada yang menyangka bahwa Hoshi melakukan hal itu.
“Kau nekat sekali
melakukan hal itu” ucap Kei. “Iya. Bagaimana kau bisa melakukannya sendiri?”
tanya Tsuki. “Tidak. Aku tidak akan pernah mengijinkanmu melakukan hal bodoh
seperti itu lagi. Awas saja” geram Ryosuke. “Hehe. Gomen. Aku tidak bisa
membiarkan ini terjadi. Semua ini juga berkat ayahmu, dia orang yang baik. Kau
harus minta maaf padanya” ucap Hoshi. Kudaime Akatsuki menghampirinya. “Tapi,
aku masih belum mengerti semua ini. Bagaimana kau dan dia...?” tanya Yuto.
“Oh itu?...
#Flashback_On
Hoshi menghadap Kudaime Akatsuki
dengan segala keberanian dirinya.
“Aku datang untuk
minta penjelasan tentang ini” Hoshi menunjukkan buku album kenangan yang
ditemukannya. Kudaime memandangi semua fotoitu dengan nanar. “Kouta? Mizuki?
Mereka adalah sahabat terbaikku. Hanya mereka yang mengerti aku. Mereka juga
membantuku menguak kasus keji ayahku. Kau, memiliki mata yang sangat mirip
dengan ibumu” . “Tapi, kenapa anda membunuh mereka?” . “Aku tidak membunuhnya.
Sama sekali, bahkan aku saja tak tega melihatnya tersakiti. Saat itu setelah
kelahiranmu, ayahmu mendapat firasat buruk tentang keluarga kecilnya itu. Ia
menyuruhku untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi dengan sembunyi-sembunyi.
Aku mengerahkan orang-orang kepercayaanku untuk melakukannya. Ia menyadari
bahwa nyawanya dan keluarganya terancam, sehingga dia menitipkanmu pada istri
sopir pribadinya. Aku mendapat kabar dari para bawahanku bahwa kakekmu, Hachi
Hashirama bersekutu dengan ayahku untuk melakukan hal keji itu, dan ia
menganggap ayahmu adalah penghalang baginya. Saat aku akan memberitahu ayahmu,
aku terlambat. Dan itu adalah hal paling buruk bagiku, kehilangan mereka sudah
seperti kehilangan keluargaku sendiri” tutur Kudaime.
“Lalu bagaimana dengan
kematian istri dan putra anda?”
“Itu... Hhh. Mereka
mati karena melindungiku. Saat itu Ryosuke masih kecil. Aku ingin menghadiri
pertemuan dengan para klan bisnis lainnya. Tapi, istriku melarang, karena ia
merasakan ada sesuatu hal buruk yang akan terjadi padaku. Dan benar saja tak
berapa lama kemudian, seseorang bermasker tiba-tiba datang dan hampir menembak
putraku, aku segera mengambil pistolku dan menembak orang itu untuk melindungi
keluargaku. Namun, tiba-tiba putraku berlari kearahku dan istriku berlari
menolongnya, padahal saat itu peluruku sudah melesat. Dan akhirnya mengenai
mereka. Dan saat itu Ryosuke melihatnya. Sejak saat itulah Ryosuke membenciku.
Hatiku benar-benar hancur saat itu” airmatanya telah membasahi pipinya. Hoshi
merasa itu bukanlah kebohongan. Ia melihat kejujuran dimata ayah Ryosuke.
Ia kembali merasa
dilema. “Kudaime-sama. Aku masih belum yakin dengan semua ini. Tapi, apakah kau
bisa membantuku untuk mengungkap semua ini?” tanya Hoshi. “Akan kulakukan
apapun untuk menebus dosaku itu” tekad Kudaime...
#Flashback_Off
Semua kini
terpecahkan. Ryosuke menatap ayahnya penuh rasa bersalah. “Sumimasen,
Otousama... Sumimasen. Aku sudah membuatmu sedih selama ini” sesalnya sambil
menatap mata ayahnya dalam. “Tidak apa-apa. Ayah juga minta maaf tidak pernah
memperlakukanmu dengan baik selama ini” ucap Kudaime yang langsung memeluk
putranya itu erat. Ia menatap Hoshi dan tersenyum seakan ingin mengucapkan
terima kasih padanya.
Setelah itu, acara
pertunangan itupun diulang.
“Dengan ini. Kami
mengumumkan, bahwa tidak ada lagi klan Akatsuki ataupun Hyuga. Yang ada
hanyalah Koigakure, negara yang bahagia, tanpa perpecahan dan persaingan lagi.
Ini adalah impian yang selalu kami, aku dan Kouta bicarakan. Dan berkat mereka
semua, akhirnya ini terwujud” kata Kudaime Akatsuki. Semua bersorak gembira.
~o0o~
Kini impian untuk
mewujudkan dunia yang damai dan bahagia telah terwujud. Hoshi dan Ryosuke
berhasil melakukannya dengan baik. Mereka melewati jalan-jalan terjal itu
bersama, dan tentunya sedikit bantuan dari teman-temannya. Ryosuke kini menjadi
pemimpin Koigakure (Negara yang dipenuhi cinta) bersama Hoshi. Kisah cinta
mereka benar-benar penuh liku. Saat pertama mereka saling membenci, dan
akhirnya cinta itu tumbuh semakin besar dan semakin besar lagi.
Sedang ayah Ryosuke
kini duduk tenang dirumahnya, karena ia sudah pensiun. Kei dan Hikka
melanjutkan pekerjaan mereka menjadi Idol Dunia yang sangat terkenal. Dan
akhirnya Yuto bisa masuk Idol Group Hey! Say! JUMP seperti impiannya untuk
menjadi artis, tapi terkadang ia mengeluh karena tidak bisa tidur cukup dengan
jadwal yang sangat padat. Dan saat itu, Tsuki yang kini menjadi pacarnyalah
yang menegurnya dan tak bosan menceramahinya.
Haaahhh... bukankah
hidup ini indah jika didasari dengan kebahagiaan dan rasa syukur atas apa yang
sudah kita miliki.
∞∞∞ END ∞∞∞
Hwaah. Gimana ceritanya? Gaje ya? Aneh?. Pokoknya jangan lupa
commentnya. Arigatou uda membaca dan mengoment ceritaku. See u ^^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Biasakan untuk memberi komentar untuk posting kami. sebagai bahan koreksi kami untuk menghidupkan blog ini. Let's Comment ^^