Ogenki desuka , Minna san.... ^^
Perkenalkan ini adalah blog baru
kami, dan untuk Posting pertama kami. Kami memberikan sebuah Fanfiction ini,
yaaa... ini adalah fanfic pertama kami... jadi kalau ada kesalahan harap maklum
ya ^^.
Ok... Ini adalah pesembahan dari
kami.
Happy Reading and Dont forget to
leaving comment.
Arigatou ^^
Hurry Up
Cast: Yuto Nakajima, Daiki Arioka, Ryosuke
Yamada, Yuri Chinen (Hey! Say! JUMP)
Di
sebuah kamar dengan sebuah ranjang susun, sebuah ranjang tunggal, sebuah meja,
dan sebuah almari berukuran sedang, dua orang cowok sibuk merapikan seragam
sekolah mereka, sedangkan cowok yang satunya masih tertidur pulas sambil
memeluk boneka kelincinya.
"Haaahhhh,
dia belum bangun juga, kau coba bangunkan deh!!" ucap salah seorang cowok
yang sibuk di depan cermin, Daiki Arioka, itulah namanya. Cowok yang satunya
segera menghampiri temannya yang masih tertidur, dia mendekatkan bibirnya tepat
di lubang telinga temannya itu, Yuri Chinen, itulah namanya.
"Bunnyyyy
hilaaangg!!" teriaknya, dengan segera temannya itu bangun , `DUKKK´
kepalanya terbentur kayu ranjang di atasnya. Kedua temannya tertawa keras.
"Issshhh... kalian ini... sampai kapan mau membuatku terkejut,
huuhhh?" kata cowok yang baru bangun itu sambil memengangi kepalanya yang
sakit, Yuto Nakajima, itulah namanya.
"Iya...
sampai kapan kau tidak bangun kesiangan... sudah cepatlah mandi... kalau
telat... orang pertama yang ku salahkan adalah KAU" kata Daiki dengan
tegas. Yuto hanya nyengir sambil mengusap pipinya. Dengan segera dia pergi ke
kamar mandi.
***
Daiki
dan Chinen menunggu Yuto di luar kamar. Daiki bersandar di dinding dekat pintu,
sedangkan Chinen duduk di pagar balkon kamar mereka sambil membaca komik.
Sesekali Daiki melihat arlojinya, "Huuuhhh... apa yang sedang di
lakukannya di dalam?" ucapnya kesal. Di cobanya melihat ke dalam, belum
sempat dia membuka pintu, Yuto sudah keluar dan terkejut melihat Daiki. Daiki
yang kesal hanya mendesis pada Yuto.
"Ayo
!!" kata Chinen mendahului mereka. Daiki mengikutinya dan berjalan dengan
cepat. Yuto masih merapikan almamaternya dan berusaha mengejar kedua temannya
itu.
***
`KRIIIINGGG...
KRIIIINGGG... KRIIIINGGG´ Bel masuk berdering, Yuto, Daiki dan Chinen segera
belari menuju kelas mereka sebelum Wataru Sensei masuk kelas, atau mereka akan
mendapat hukuman lagi. Mereka segera mengganti sepatu mereka di depan
kelas dan buru-buru masuk ke dalam kelas.
`DEG´
Jantung mereka serasa berhenti saat seorang lelaki setengah baya menghadang
mereka di depan pintu kelas. "Telat ya?!" ucap lelaki itu dengan
lembut, yang tak lain adalah Wataru-sensei. Mereka bertiga hanya menunduk kaku.
"Cepat berlari keliling lapangan 10 kali, lalu bersihkan toilet dan
setelah itu ku tunggu di ruanganku!!!" ucap Wataru-sensei lagi, kali ini
dengan nada tinggi dan tegas, yang membuat siapapun yang mendengarnya gemetar
ketakutan. Mereka pun segera berlari ke lapangan tanpa banyak tingkah untuk
menjalankan hukuman mereka. Wataru-sensei hanya menggeleng menatap ketiga
muridnya itu, lalu kembali masuk kelas dan memulai pelajarannya.
***
“Semua
ini gara-gara kau Yuto!!" Kata Daiki sambil berlari diikuti Chinen dan
Yuto, mereka menjalankan hukuman mereka di lapangan. "Hehhhee!!" Yuto
tertawa kecil seakan merasa tak bersalah. "Cukup ini yang terakhir, kalau
kau tetap bangun kesiangan kami akan meninggalkanmu, ingat itu!" Kata
Daiki lagi tanpa berhenti berlari. Yuto menatap kearah Chinen yang hanya diam
saja mendengar percakapan teman-temannya itu. "Ya, aku mengerti!!"
ucap Yuto lirih. "Haaahhh, lagi-lagi aku yang salah" sambungnya, dia
menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan cepat.
***
Dari
dalam kelas, seorang cewek memperhatikan Daiki, Chinen dan Yuto yang sedang
dihukum dari jendela kaca. "Hmmmhhh... sampai kapan mereka tidak telat
ya?" ucapnya lirih sambil memutar-mutar pensil di jari-jarinya.
***
"Ahhhh...
akhirnya sudah selesai...!!" ucap Yuto lega. Daiki dan Chinen duduk santai
di dekat washtafle toilet sambil memperhatikan Yuto membersihkan toilet.
"Apa
kalian setega ini padaku ?!" kata Yuto sambil menghampiri Daiki dan
Chinen. "Ini sudah seharusnya kau yang mengerjakannya!" kata Daiki
dengan senyum tipisnya, "Tapi ... kan ini hukuman untuk semua!" bela
Yuto pada dirinya sendiri. "Tapi ... ini terjadi karena kesalahanmu!"
Daiki menimpali. Yuto hanya terdiam, Chinen hanya tersenyum kecil.
***
"Aaa...
Wataru-sensei... !" Panggil seorang guru perempuan saat Wataru-sensei baru
saja duduk di kursinya. Seketika beliau pun menoleh kearah wanita itu yang
mulai menuju ke arahnya. "Suzumi-sensei!" ucap Wataru-sensei tanpa
ekspresi. Wanita yang di panggil Sizumi-sensei itu tersenyum simpul.
"Ehmm...
apakah malam ini ada kegiatan?" tanya Suzumi-sensei. "Ada apa...
?" Wataru-sensei balik bertanya. "Uhhmmm... ini... !!" ucap
Suzumi-sensei sambil menyerahkan sebuah tiket film. "Ehhhh ? Apa ini
?" tanya Wataru-sensei seakan tidak mengerti. "Aku akan menunggumu di
Menara Jam... jam 8... Terima kasih!" Sizumi-sensei membungkukkan badannya
dan pergi keluar. "Tapi.... !" Wataru-sensei tak melanjutkan
kalimatnya karena Sizumi-sensei sudah pergi, beliau menghembuskan nafas sesal,
dan hanya menaruh tiket itu di buku jurnalnya.
***
Di
depan ruang guru Suzumi-sensei bertemu dengan 3 sekawan, Daiki, Chinen dan
Yuto. "Ehhhh ?" ucap Suzumi-sensei. "Suzumi-sensei!" ucap
Chinen lalu membungkuk diikuti Daiki dan Yuto. "Telat lagi ya?" ucap
Suzumi-sensei, Ketiga murid itu hanya tersenyum garing. "Haaahhh,.. kalian
ini kapan berubah!" sambung Suzumi-sensei dengan senyum kecutnya, lalu
pergi meninggalkan mereka bertiga.
Mereka
pun masuk ke ruang guru, hampir semua yang ada di ruang itu menatap mereka.
Mereka merasa semakin ngeri, puluhan pasang mata menatap mereka dengan tajam.
Mereka berjalan kearah meja Wataru-sensei dengan gemetar, seperti mendapati
malaikat maut di depannya.
"Lari
10 putaran?" tanya Wataru-sensei sambil menatap tajam ketiga muridnya itu.
"Sudah, Sensei!" jawab mereka serempak, "Membersihkan toilet
hingga mengkilap?" . "Sudah, Sensei!" Jawab Chinen dan Daiki
dengan keras, namun Yuto mengucapkannya lirih. "Haaahhh, sampai kapan
kalian akan berubah? Apa kalian tidak bosan kuhukum seperti ini setiap
hari?" tanya Wataru-Sensei. "Maaf, kami tidak akan mengulanginya
lagi!" kata mereka serempak. "Kalimat itu selalu kalian ucapkan, tapi
tidak ada hasilnya" ucap Wataru-sensei dengan nada tinggi.
"Maafkan
kami, Sensei!" kata mereka lagi. "Aku benar-benar tidak mengerti
dengan kalian. Kali ini nilai kalian tidak akan ku kurangi 1 point lagi, tapi 2
point." tegas Wataru-sensei. Mereka bertiga hanya bisa menunduk
pasrah. "Daiki-kun! Sebenarnya kau adalah salah satu murid terpandai
dikelasku, tapi sayangnya kau selalu melanggar peraturan seperti ini" .
"Maafkan saya!" ucap Daiki dengan lemas, 'Kenapa aku harus terjebak
dalam pertemanan seperti ini!' batinnya sambil menatap Yuto sekilas dengan
kesal, lalu kembali menunduk.
"Baiklah,
aku sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi pada kalian. Jika kalian mengulangi
kesalahan ini lagi, aku harus MENCABUT beasiswa kalian dan MENGELUARKAN kalian
dari sekolah ini!" Chinen dan Daiki menatap Wataru-sensei dengan tatapan
penolakan, sedangkan Yuto hanya menunduk saja, tapi Wataru-sensei tak peduli.
"Sekarang kalian kembalilah ke kelas, dan berusahalah untuk berubah!"
ucap Wataru-sensei agak lembut, karena sudah capek berteriak-teriak sejak tadi.
"Baik. Kami mengerti. Permisi Sensei!" jawab mereka bertiga lalu
keluar dari ruang guru itu.
***
“Hhh.
Kenapa ini terjadi padaku?” kesal Daiki sambil mematahkan ranting yang baru di
pungutnya dari tanah. Sedangkan Chinen yang duduk disampingnya hanya menunduk
menatap bukunya. “Ya. Sudah 1 tahun kita sekolah disini, namun aku belum
menunjukkan yang terbaik untuk orang tuaku” ucapnya.
Yuto
yang sejak tadi berdiri dan bersandar di pohon tak jauh dari mereka terus
merenungi dirinya. Dia merasa begitu bersalah sudah membuat kedua temannya itu susah.
“Maaf” katanya lirih, lalu pergi.
“Yuto....!!!”
panggil Chinen, dia bermaksud mengejarnya, namun Daiki menahannya. “Dia mungkin
butuh waktu sendiri. Biar dia merenungi kesalahannya” ucapnya. “Tapi, dia tidak
sepenuhnya salah kan? Kita juga bersalah” . “Sudahlah, lebih baik kita kembali
kekelas!” ajak Daiki sambil beranjak. Chinen masih diam di tempat, ia bingung
harus mengikuti siapa, namun akhirnya ia mengikuti Daiki ke kelas.
***
Di
sebuah ruang kelas, murid-muridnya sibuk mengobrol, lempar melempar kertas, dan
ada yang mencorat-coret papan tulis.
Di
sebuah kursi paling belakang seorang cowok dengan santainya memejamkan mata
sambil menikmati alunan musik dari earphone yang di pakainya, tanpa peduli
dengan segala tingkah polah teman-temannya. Ryosuke Yamada, itulah dia.
Tiba-tiba ponselnya bergetar, tanda ada e-mail masuk. Ia pun membuka e-mail
itu. Sesaat setelah membaca isi pesannya, Ia langsung pergi keluar dari kelas
dan memasukkan ponselnya di saku almamaternya.
To
Be Continue....
Gimana nih ceritanya? Agak gaje ya?
*emang gaje* :p
Tapi jangan lupa commentnya ya,
DIMOHON DENGAN SANGAT sebagai bahan koreksi juga.
ARIGATOU GOZAIMASU....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Biasakan untuk memberi komentar untuk posting kami. sebagai bahan koreksi kami untuk menghidupkan blog ini. Let's Comment ^^