Kamis, 19 Juni 2014

Hurry Up FunFiction

Ogenki desuka , Minna san.... ^^
Perkenalkan ini adalah blog baru kami, dan untuk Posting pertama kami. Kami memberikan sebuah Fanfiction ini, yaaa... ini adalah fanfic pertama kami... jadi kalau ada kesalahan harap maklum ya ^^.
Ok... Ini adalah pesembahan dari kami.
Happy Reading and Dont forget to leaving comment.
Arigatou ^^



Hurry Up
Cast: Yuto Nakajima, Daiki  Arioka, Ryosuke Yamada, Yuri Chinen (Hey! Say! JUMP)




Di sebuah kamar dengan sebuah ranjang susun, sebuah ranjang tunggal, sebuah meja, dan sebuah almari berukuran sedang, dua orang cowok sibuk merapikan seragam sekolah mereka, sedangkan cowok yang satunya masih tertidur pulas sambil memeluk boneka kelincinya.
"Haaahhhh, dia belum bangun juga, kau coba bangunkan deh!!" ucap salah seorang cowok yang sibuk di depan cermin, Daiki Arioka, itulah namanya. Cowok yang satunya segera menghampiri temannya yang masih tertidur, dia mendekatkan bibirnya tepat di lubang telinga temannya itu, Yuri Chinen, itulah namanya.
"Bunnyyyy hilaaangg!!" teriaknya, dengan segera temannya itu bangun , `DUKKK´ kepalanya terbentur kayu ranjang di atasnya. Kedua temannya tertawa keras. "Issshhh... kalian ini... sampai kapan mau membuatku terkejut, huuhhh?" kata cowok yang baru bangun itu sambil memengangi kepalanya yang sakit, Yuto Nakajima, itulah namanya.
"Iya... sampai kapan kau tidak bangun kesiangan... sudah cepatlah mandi... kalau telat... orang pertama yang ku salahkan adalah KAU" kata Daiki dengan tegas. Yuto hanya nyengir sambil mengusap pipinya. Dengan segera dia pergi ke kamar mandi.
***
Daiki dan Chinen menunggu Yuto di luar kamar. Daiki bersandar di dinding dekat pintu, sedangkan Chinen duduk di pagar balkon kamar mereka sambil membaca komik. Sesekali Daiki melihat arlojinya, "Huuuhhh... apa yang sedang di lakukannya di dalam?" ucapnya kesal. Di cobanya melihat ke dalam, belum sempat dia membuka pintu, Yuto sudah keluar dan terkejut melihat Daiki. Daiki yang kesal hanya mendesis pada Yuto.
"Ayo !!" kata Chinen mendahului mereka. Daiki mengikutinya dan berjalan dengan cepat. Yuto masih merapikan almamaternya dan berusaha mengejar kedua temannya itu.
***
`KRIIIINGGG... KRIIIINGGG... KRIIIINGGG´ Bel masuk berdering, Yuto, Daiki dan Chinen segera belari menuju kelas mereka sebelum Wataru Sensei masuk kelas, atau mereka akan mendapat hukuman lagi. Mereka segera mengganti sepatu mereka di depan kelas dan buru-buru masuk ke dalam kelas.
`DEG´ Jantung mereka serasa berhenti saat seorang lelaki setengah baya menghadang mereka di depan pintu kelas. "Telat ya?!" ucap lelaki itu dengan lembut, yang tak lain adalah Wataru-sensei. Mereka bertiga hanya menunduk kaku. "Cepat berlari keliling lapangan 10 kali, lalu bersihkan toilet dan setelah itu ku tunggu di ruanganku!!!" ucap Wataru-sensei lagi, kali ini dengan nada tinggi dan tegas, yang membuat siapapun yang mendengarnya gemetar ketakutan. Mereka pun segera berlari ke lapangan tanpa banyak tingkah untuk menjalankan hukuman mereka. Wataru-sensei hanya menggeleng menatap ketiga muridnya itu, lalu kembali masuk kelas dan memulai pelajarannya.
***
“Semua ini gara-gara kau Yuto!!" Kata Daiki sambil berlari diikuti Chinen dan Yuto, mereka menjalankan hukuman mereka di lapangan. "Hehhhee!!" Yuto tertawa kecil seakan merasa tak bersalah. "Cukup ini yang terakhir, kalau kau tetap bangun kesiangan kami akan meninggalkanmu, ingat itu!" Kata Daiki lagi tanpa berhenti berlari. Yuto menatap kearah Chinen yang hanya diam saja mendengar percakapan teman-temannya itu. "Ya, aku mengerti!!" ucap Yuto lirih. "Haaahhh, lagi-lagi aku yang salah" sambungnya, dia menarik nafas panjang dan menghembuskannya dengan cepat.
***
Dari dalam kelas, seorang cewek memperhatikan Daiki, Chinen dan Yuto yang sedang dihukum dari jendela kaca. "Hmmmhhh... sampai kapan mereka tidak telat ya?" ucapnya lirih sambil memutar-mutar pensil di jari-jarinya.
***
"Ahhhh... akhirnya sudah selesai...!!" ucap Yuto lega. Daiki dan Chinen duduk santai di dekat washtafle toilet sambil memperhatikan Yuto membersihkan toilet.
"Apa kalian setega ini padaku ?!" kata Yuto sambil menghampiri Daiki dan Chinen. "Ini sudah seharusnya kau yang mengerjakannya!" kata Daiki dengan senyum tipisnya, "Tapi ... kan ini hukuman untuk semua!" bela Yuto pada dirinya sendiri. "Tapi ... ini terjadi karena kesalahanmu!" Daiki menimpali. Yuto hanya terdiam, Chinen hanya tersenyum kecil.
***
"Aaa... Wataru-sensei... !" Panggil seorang guru perempuan saat Wataru-sensei baru saja duduk di kursinya. Seketika beliau pun menoleh kearah wanita itu yang mulai menuju ke arahnya. "Suzumi-sensei!" ucap Wataru-sensei tanpa ekspresi. Wanita yang di panggil Sizumi-sensei itu tersenyum simpul.
"Ehmm... apakah malam ini ada kegiatan?" tanya Suzumi-sensei. "Ada apa... ?" Wataru-sensei balik bertanya. "Uhhmmm... ini... !!" ucap Suzumi-sensei sambil menyerahkan sebuah tiket film. "Ehhhh ? Apa ini ?" tanya Wataru-sensei seakan tidak mengerti. "Aku akan menunggumu di Menara Jam... jam 8... Terima kasih!" Sizumi-sensei membungkukkan badannya dan pergi keluar. "Tapi.... !" Wataru-sensei tak melanjutkan kalimatnya karena Sizumi-sensei sudah pergi, beliau menghembuskan nafas sesal, dan hanya menaruh tiket itu di buku jurnalnya.
***
Di depan ruang guru Suzumi-sensei bertemu dengan 3 sekawan, Daiki, Chinen dan Yuto. "Ehhhh ?" ucap Suzumi-sensei. "Suzumi-sensei!" ucap Chinen lalu membungkuk diikuti Daiki dan Yuto. "Telat lagi ya?" ucap Suzumi-sensei, Ketiga murid itu hanya tersenyum garing. "Haaahhh,.. kalian ini kapan berubah!" sambung Suzumi-sensei dengan senyum kecutnya, lalu pergi meninggalkan mereka bertiga.
Mereka pun masuk ke ruang guru, hampir semua yang ada di ruang itu menatap mereka. Mereka merasa semakin ngeri, puluhan pasang mata menatap mereka dengan tajam. Mereka berjalan kearah meja Wataru-sensei dengan gemetar, seperti mendapati malaikat maut di depannya.
"Lari 10 putaran?" tanya Wataru-sensei sambil menatap tajam ketiga muridnya itu. "Sudah, Sensei!" jawab mereka serempak, "Membersihkan toilet hingga mengkilap?" . "Sudah, Sensei!" Jawab Chinen dan Daiki dengan keras, namun Yuto mengucapkannya lirih. "Haaahhh, sampai kapan kalian akan berubah? Apa kalian tidak bosan kuhukum seperti ini setiap hari?" tanya Wataru-Sensei. "Maaf, kami tidak akan mengulanginya lagi!" kata mereka serempak. "Kalimat itu selalu kalian ucapkan, tapi tidak ada hasilnya" ucap Wataru-sensei dengan nada tinggi.
"Maafkan kami, Sensei!" kata mereka lagi. "Aku benar-benar tidak mengerti dengan kalian. Kali ini nilai kalian tidak akan ku kurangi 1 point lagi, tapi 2 point." tegas Wataru-sensei.  Mereka bertiga hanya bisa menunduk pasrah. "Daiki-kun! Sebenarnya kau adalah salah satu murid terpandai dikelasku, tapi sayangnya kau selalu melanggar peraturan seperti ini" . "Maafkan saya!" ucap Daiki dengan lemas, 'Kenapa aku harus terjebak dalam pertemanan seperti ini!' batinnya sambil menatap Yuto sekilas dengan kesal, lalu kembali menunduk.
"Baiklah, aku sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi pada kalian. Jika kalian mengulangi kesalahan ini lagi, aku harus MENCABUT beasiswa kalian dan MENGELUARKAN kalian dari sekolah ini!" Chinen dan Daiki menatap Wataru-sensei dengan tatapan penolakan, sedangkan Yuto hanya menunduk saja, tapi Wataru-sensei tak peduli. "Sekarang kalian kembalilah ke kelas, dan berusahalah untuk berubah!" ucap Wataru-sensei agak lembut, karena sudah capek berteriak-teriak sejak tadi. "Baik. Kami mengerti. Permisi Sensei!" jawab mereka bertiga lalu keluar dari ruang guru itu.
***
“Hhh. Kenapa ini terjadi padaku?” kesal Daiki sambil mematahkan ranting yang baru di pungutnya dari tanah. Sedangkan Chinen yang duduk disampingnya hanya menunduk menatap bukunya. “Ya. Sudah 1 tahun kita sekolah disini, namun aku belum menunjukkan yang terbaik untuk orang tuaku” ucapnya.
Yuto yang sejak tadi berdiri dan bersandar di pohon tak jauh dari mereka terus merenungi dirinya. Dia merasa begitu bersalah sudah membuat kedua temannya itu susah. “Maaf” katanya lirih, lalu pergi.
“Yuto....!!!” panggil Chinen, dia bermaksud mengejarnya, namun Daiki menahannya. “Dia mungkin butuh waktu sendiri. Biar dia merenungi kesalahannya” ucapnya. “Tapi, dia tidak sepenuhnya salah kan? Kita juga bersalah” . “Sudahlah, lebih baik kita kembali kekelas!” ajak Daiki sambil beranjak. Chinen masih diam di tempat, ia bingung harus mengikuti siapa, namun akhirnya ia mengikuti Daiki ke kelas.
***
Di sebuah ruang kelas, murid-muridnya sibuk mengobrol, lempar melempar kertas, dan ada yang mencorat-coret papan tulis.
Di sebuah kursi paling belakang seorang cowok dengan santainya memejamkan mata sambil menikmati alunan musik dari earphone yang di pakainya, tanpa peduli dengan segala tingkah polah teman-temannya. Ryosuke Yamada, itulah dia. Tiba-tiba ponselnya bergetar, tanda ada e-mail masuk. Ia pun membuka e-mail itu. Sesaat setelah membaca isi pesannya, Ia langsung pergi keluar dari kelas dan memasukkan ponselnya di saku almamaternya.

To Be Continue....

Gimana nih ceritanya? Agak gaje ya? *emang gaje* :p
Tapi jangan lupa commentnya ya, DIMOHON DENGAN SANGAT sebagai bahan koreksi juga.
ARIGATOU GOZAIMASU....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Biasakan untuk memberi komentar untuk posting kami. sebagai bahan koreksi kami untuk menghidupkan blog ini. Let's Comment ^^